34 C
Jakarta
Thursday, May 2, 2024

Bacaan Injil Hari Selasa 07 Juni 2022

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: 1Raj. 17:7-16

    PADA waktu itu Sungai Kerit menjadi kering, sebab hujan tiada turun-turun di negeri itu. Maka datanglah sabda Tuhan kepada Elia, “Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana.

    Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.” Maka Elia pun bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Ketika ia tiba di dekat gerbang kota, tampaklah seorang janda sedang mengumpulkan kayu api.

    Elia berseru kepada perempuan itu, “Cobalah, ambilkan daku sedikit air dalam kendi untuk kuminum.” Ketika wanita itu pergi mengambil air, Elia berseru lagi, “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.”

    Wanita itu menjawab, “Demi Tuhan Allahmu yang hidup, sesungguhnya tiada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli.

    Sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, sebentar lagi aku pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.”

    Tetapi Elia berkata kepadanya, “Janganlah takut, pulanglah, dan buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dulu bagiku sepotong roti bundar kencil dari padanya, dan bawalah kepadaku; kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.

    Sebab beginilah sabda Tuhan Allah Israel, “Tepung dalam tempayan itu takkan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun takkan berkurang sampai tiba waktunya Tuhan menurunkan hujan ke atas muka bumi.”

    Maka pergilah wanita itu, berbuat seperti yang dikatakan oleh Elia. Maka Elia, wanita itu dan anaknya mendapat makan beberapa waktu lamanya.

    Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

    Mazmur Tanggapan: Mzm. 4:2-3,4-5,7-8

    Ref. Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan.

    • Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah yang membenarkan daku. Engkau memberi kelegaan kepadaku di saat kesesakan; kasihanilah aku, dan dengarkanlah doaku! Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan?
    • Ketahuilah, Tuhan telah memilih bagi-Nya seorang yang Ia kasihi; apabila aku berseru kepada-Nya, Ia mendengarkan. Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hati di tempat tidurmu, tetapi tetaplah tenang.
    • Banyak orang berkata, “Siapa akan memperlihatkan yang baik kepada kita? Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak daripada yang mereka berikan di saat mereka kelimpahan gandum dan anggur.”

    Bait Pengantar Injil: Alleluya

    Ref. Alleluya.

    Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapa-Mu di surga.

    Bacaan Injil: Mat. 5:13-16

    DALAM khotbah di bukit Yesus bersabda: “Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang.

    Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

    Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”

    Demikianlah Injil Tuhan

    GARAM DUNIA DAN TERANG DUNIA

    KARENA manfaat dan kegunaannya, garam menjadi salah satu kebutuhan pokok umat manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Maka tidak mengherankan kalau ada pepatah Latin mengatakan “Nul utilius sole et sale”, artinya “tidak ada sesuatu yang lebih berguna dari pada matahari dan garam”. Bangsa Israel diwajibkan untuk menyertakan garam dalam aneka persembahannya (bdk.Im. 2: 13); kuil-kuil kuno Yahudi selalu memiliki tempat penyimpanan garam.

    Pada masa lalu, imam biasanya meletakkan secuil garam pada lidah bayi yang sedang dibaptis, sambil berkata : “Terimalah garam kebijaksanaan”. Sampai sekarang garam selalu ditambahkan pada air suci yang dipakai pada aneka pemberkatan (bdk. 2Raj. 2: 20-22). Garam menyedapkan makanan, membuat semua makanan terasa enak dan tidak hambar. Garam juga dapat mengawetkan dan menghindarkan kebusukan. Berkat garam yang ditaburkan di seputar tenda, maka ular tidak berani mendekati anak-anak muda yang sedang camping. Garam juga sebagai lambang kesuburan. Sifat garam adalah perubahan, karena garam itu berasal dari air laut yang dijemur sampai kering dan dibolak-balik hingga menjadi sebungkal garam.

    Dengan latar belakang begitu banyak manfaat garam, maka TUHAN YESUS dalam kotbah di bukit mengharapkan para murid-NYA : “Kamu adalah garam dunia” (Mat. 5: 13). Kecuali  garam dunia, kita juga diharapkan menjadi “terang dunia” (ayat 14). Padahal Terang dunia yang sejati adalah KRISTUS sendiri (bdk. Yoh. 8: 22). Namun oleh KRISTUS kita pun diutus menjadi terang bagi dunia (bdk. Rm. 2:  19; Flp. 2: 15). Dengan demikian kehadiran para murid dan pengikut-NYA itu dapat menjadi cahaya yang menerangi kegelapan yang dialami oleh masyarakat.

    Melalui pembaptisan, kita diterima menjadi pengikut KRISTUS, dan bukan sekedar pengikut pasif  melainkan sebagai murid-murid yang dipercaya, bahkan sebagai sahabat dan saudara KRISTUS. Karena itu, kehadiran setiap murid KRISTUS harus dapat menggarami suasana tempat ia berada, bekerja dan melayani sesama. Identitas murid KRISTUS adalah garam  dan terang dunia. Maka apa pun profesi dan fungsinya, apa pun jabatan dan pangkatnya, apa pun jenis pekerjaannya, setiap murid-NYA harus bisa bermanfaat bagi sekelilingnya, memberi rasa sedap dengan contoh dan teladan hidupnya, tidak hanyut ikut arus korupsi atau hanya berebut kursi. Juga tidak hanya ikut-ikutan menjadi ekstrimis, radikalis atau provokator yang mengacaukan suasana dan memecah belah persatuan dalam masyarakat yang majemuk ini.

    Sebaliknya, kehadiran seorang murid-NYA tidak  perlu menonjolkan diri dengan menepuk dada, melainkan tetap rendah hati. Seperti garam, keberadaannya tidak jelas tampak karena larut menjadi satu dalam “masakan atau makanan tertentu” (dalam masyarakat) namun yang penting memberi kesedapan atau kenyamanan dan menyejukkan suasana. Ia harus bisa memberikan harapan baru, optimisme baru atau suatu perubahan menuju suasana yang lebih adil, lebih benar, lebih tertib, lebih santun, lebih demokratis, lebih sejahtera dan lebih bersatu padu dalam memecahkan berbagai permasalahan pelik yang terjadi di dalam masyarakat, bangsa dan negara  kita ini.   Siapkah mentalitas kita untuk selalu menjadi garam dan terang dunia?

    Untuk menjadi garam dan terang dunia tidak perlu mempunyai suatu kedudukan tinggi atau jabatan penting dalam masyarakat. Bahkan TUHAN telah memanggil seorang janda miskin yang tidak diperhitungkan oleh masyarakat, untuk melayani seorang Nabi besar yaitu Elia, seperti dikisahkan dalam Bacaan Pertama. Janda sangat miskin yang hidup di Sarfat bersama anaknya itu dipilih TUHAN  untuk menyediakan makan bagi Elia, padahal ia hanya mempunyai segenggam tepung dan beberapa tetes minyak saja.

    Begitu miskinnya, sampai kalau ia sudah membuat roti dari tepung dan minyak yang sangat terbatas itu, ia siap untuk mati, karena sudah tidak mempunyai apa pun untuk dimakan lagi. Dan sekarang jatahnya bertambah satu yaitu Nabi Elia. Bagaimana mungkin? Ternyata tidak ada yang mustahil di hadapan ALLAH.

    Lewat Nabi Elia, TUHAN membesarkan hati janda itu “Jangan takut”.  Dan TUHAN memberikan pengganti yang sangat melimpah  jauh melebihi yang dibayangkan oleh janda miskin itu. “Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi” (1Raj. 17: 14).  Pada waktu itu bumi sedang dilanda musim kering, tidak ada hujan dan air sungai pun mengering. Nabi Elia telah membawa kegembiraan pada janda miskin yang dengan tulus melaksanakan panggilan-NYA untuk melayani Sang Nabi.   Bagaimana sikap kita andaikata kita dalam posisi seperti janda itu?

    Doa

    Ya TUHAN, ENGKAU  mengharapkan aku menjadi garam dan terang dunia, namun sering aku menjadi garam yang tawar dan terang yang meredup. Bantulah aku dengan ROH-MU agar aku selalu kuat dan mampu menjadi garam dan terang dunia seperti Kehendak-MU. Amin.

    PK/hr.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI