27.3 C
Jakarta
Thursday, May 2, 2024

Kaul Kekal Suster Anastasia Sogen DSY: Terpesona Suster Berjubah Coklat

Selain itu, Sr. Anas memilih nama Anastasia sebagai nama biaranya, terinspirasi oleh St. Anastasia yang menjadi martir karena membela imannya. Nama tersebut juga memiliki arti "bangkit," menggambarkan keteguhan dan ketahanannya dalam menghadapi berbagai rintangan dalam hidupnya.

BERITA LAIN

More
    Suster Anastasia Sogen DSY tengah dan umat yang hadir saat kaul kekal. Fian

    SELOR, Pena Katolik Suster Anastasia Sogen, DSY Pengikraran kaul kekal ini dilaksanakan bertepatan dengan Peringatan Wajib St. Fransiskus Assisi, di di Gereja Katedral St. Maria Assumpta, Tanjung Selor, 4 Oktober 2023. Peristiwa ini bertepatan dengan Pesta Pelindung Suster FransiskanDina Santo Yoseph (DSY) Manado, Tarekat di mana Sr. Anastasia bergabung.

    Suster Anas mengucapkan ikrar profesi kekalnya dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Uskup Tanjung Selor (KTS), Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF. Sr. Anas mengikrarkan Profesi Kekal di hadapan Pemimpin Umum DSY Manado, Suster Christina Tadayu DSY, dan Pemimpin Yunior DSY Manado, Suster Theresiana Bupu DSY. Hadir pula dalam perayaan ini keluarga dari yubilaris, para imam yang berkarya di KTS sebagai konselebran Misa bersama Bapa Uskup sebagai Selebran Utama.

    Selain itu, tak ketinggalan komunitas-komunitas biarawan-birawati yang ada di KTS; Komunitas Frater CMM, Bruder MSF, Suster PRR, Suster OSF, Suster KSSY, dan pastinya Suster DSY Komunitas Tanjung Selor dan Tanjung Redeb, serta sejumlah umat yang antusias dengan perayaan ini. Untuk diketahui bahwa upacara pengucapan kaul kekal ini, baru pertama kali digelar di KTS. Terlebih lagi, Suster Anas, DSY juga berasal dari KTS, tepatnya Stasi St. Gabriel, Sumber Mulia, Paroki St. Yoseph, Dumaring, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

    Sr. Anas mengikrarkan Profesi Kekal di hadapan Pemimpin Umum DSY Manado, Suster Christina Tadayu DSY, dan Pemimpin Yunior DSY Manado, Suster Theresiana Bupu DSY.Fian

    Berawal dari SEKAMI

    Suster Anas, DSY, dilahirkan di Larantuka, 11 Januari 1994 dari pasangan suami istri Ignasius Miru Sogen dan Maria Goreti Watun. Ia kemudian dibawa keluarga pindah ke Kalimantan karena mengikuti program transmigrasi, saat usianya delapan bulan.

    Awal panggilannya dirasa mulai tumbuh saat dia duduk di kelas enam sekolah dasar. Dia yang ketika itu mengikuti rekoleksi bagi anak-anak Serikat Kepausan Anak-anak dan Remaja Misioner (SEKAMI), berjumpa dengan seorang biarawati DSY, Sr. Jein, DSY.

    “Waktu itu saya lihat Suster Jein, DSY saat kegiatan rekoleksi SEKAMI. Suster itu tinggal di rumah saya. Awalnya saya suka lihat pakaian dari suster yang agak berbeda dari pakaian suster pada umumnya. Biasanya ‘kan suster bajunya putih, kok suster ini bajunya coklat,” kisahnya.

    Namun, kekaguman itu masih dia simpan sendiri dan hanya sekedar impian sambil lalu baginya.

    Seiring berjalannya waktu, dia menjalani hidup layaknya remaja putri pada umumnya, sekolah, bergaul, tertarik dan mejalin hubungan dengan lawan jenis.

    Hingga saat menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah, impian yang selama ini tersimpan, perlahan namun pasti benih itu tetap tumbuh.

    “Sampai tiba saya tamat sekolah menengah, saya mengutarakan niat saya untuk menjadi suster kepada orang tua. Awalnya agak ikhlas ga ikhlas keluarga mendengar niat saya. terlebih mama yang selalu mengingatkan saya kalau jadi suster itu tidak menikah, hidup sendiri dan lainnya. Mama takut saya tidak siap. Tapi saya berusaha meyakinkan mereka dan berjanji akan menjalani pilihan ini dengan sungguh-sungguh.”, katanya.

    Akhirnya, dia mengajukan diri sebagai aspiran dan tinggal di Komunitas Suster DSY, Paroki St. Eugenius de Mazenod (Eudema), Tanjung Redeb. September 2014, bergabung menjadi postulant di Biara DSY Lotta, Manado.

    “Karena Aku, Engkau Cinta”

    Suster Anas, DSY memilih motto panggilan “Karena Aku, Engkau Cinta”.

    Ini merupakan ungkapan refleksi perjalanan panggilannya. Dia merasa dipangill Allah  sejak awal dan Allah sendiri yang membimbingnya  dalam seluruh proses hidupya.

    Segala tantangan dan pergumulan hidup, menghantarkannya menjadi pribadi yang mampu untuk bertahan dalam jalan panggilan ini.

    “Kalau saya mengandalkan kekuatan saya sendiri, saya tidak akan sampai pada titik ini. Tuhan begitu mencintai saya. Segala pengalaman “luka” yang saya alami, saya anggap sebagai kado manis dalam perjalanan panggilan saya. Karena Cinta Tuhan saya mampu melewati semuanya. Cinta Tuhan nyata. Saya alami dan itu menguatkan saya,” ujar Suster Anas.

    Dia juga berharap bahwa Kaul Kekal ini memang suatu puncak dalam panggilannya.

    Di sisi lain, masih ada banyak lagi  puncak-puncak kehidupan yang  harus digapai.

    Suster Anas juga sangat membutuhkan dukungan dan doa dari umat, yang sedang berjuang.

    “Tegur, kritik, sadarkan, dan nasihat saya jika saya salah. Bangunkan saya ketika terlambat bangun. Terangilah langkah saya,” harap Suster Anas.

    Sr. Anastasia Sogen, DSY (04/10/2023)

    Veronika menjadi Anastasia

    Suster Anas, DSY lahir dengan nama Veronika Serang Sogen.

    Setelah diterima dan resmi bergabung dalam komunitas para suster DSY, dia kemudian memilih nama Anastasia sebagai nama biaranya.

    Berangkat dari latar belakang pengalaman pribadinya, dia melihat bahwa teladan hidup Santa Anastasia sejalan dengan apa yang dia lakoni.

    Baginya keteladanan Santa Anastasia yang wafat sebagai martir karena membela imannya menjadi alasannya memilih nama Anastasia menjadi nama biara.

    Bahkan dia mengaku bahwa dulu tinggal dan sekolah sebagai minoritas. Sebagai remaja, juga pernah berpacaran dengan cowok-cowok yang beda keyakinan.

    “Namun, sebisa mungkin saya berusaha bertahan dengan apa yang saya imani sejak kecil. Saya harus memilih di antara kenyamanan-kenyamanan hubungan yang saya jalani,” tambahnya.

    Nama orang suci itu (Anastasia) yang dipilih sejalan dengan arti yang dia inginkan, artinya bangkit.

    Suster Anas mengaku pengalaman tumbuh dalam keluarga yang bisa dibilang kurang harmonis membuatnya belajar untuk tetap kuat dengan keadaan. Dari itulah santa Anastasi juga dia banyak belajar tegar dan tidak menyerah dengan keadaan.

    Setelah Misa diadakan resepsi syukur sederhana bersama keluarga, umat, dan komunitas biarawan-biarawati yang turut hadir dalam perayaan ini.

    Agustinus Fian Arfianto – Pegiat Komsos Keuskupan Tanjung Selor/Pena

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI