Pastor Filemon I dela Cruz Jr OP, asal Filipina, yang dua tahun lalu merayakan 25 tahun imamat dalam Ordo Dominikan, berada di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan untuk menjadi salah satu pembicara dalam Retret Nasional Persaudaraan Dominikan Awam (PDA) Indonesia.
Ketika meninggalkan retret, 6-8 September 2019 itu, mantan Wakil Rektor Urusan Agama Universitas Santo Tomas, Manila, itu masih mengingat pembicara lain, Pastor Edmund Nantes OP, yang berusaha dalam homilinya menggambarkan tentang semangat, dengan cara seperti membuka botol berisi cairan bergas yang mengeluarkan suara “ciiiiiiiisssssssssss” sambil mengangkat kedua tangannya.
“Tak ada kata-kata, selain bunyi yang semakin kuat dan tangan yang semakin tinggi,” kata drummer band para imam Dominikan, Inggo 1587, yang akrab dipanggil Pastor Deng, dan kini bertugas sebagai pimpinan Komunitas Rumah Santo Tomas Aquinas, Surabaya.
Artinya, tegas Pastor Deng, “kalau Persaudaraan Dominikan Awam setia pada karisma Ordo dan panggilan mereka, saya kira semangat mereka tak akan pernah mati, karena semangatnya terpusat pada Sabda Tuhan, Yesus yang berinkarnasi, dan Maria menuntun dan menemani kita. Saya kira semua harus yakin bahwa ke mana pun kita pergi kita akan mencapainya.”
Paul C Pati dari PEN@ Katolik mewawancarai imam Dominikan, yang pernah menjadi Direktur Rohani Dominikan Awam Universitas Santo Tomas dengan nama Young Thomasian Professionals itu tentang bagaimana dia melihat PDA Indonesia.
PEN@ Katolik: Inikah Retret PDA pertama yang pastor ikuti? Apa kesan pastor?
PASTOR FILEMON I DELA CRUZ JR OP: Ya, ini yang pertama kali saya menghadiri Retret Nasional PDA Indonesia, yang dihadiri bukan hanya oleh Dominikan Awam tetapi delapan suster dan empat imam Dominikan.
Saya tidak pernah menyangka bahwa Keluarga Dominikan sebesar ini, bukan hanya soal jumlahnya tetapi sungguh merupakan sebuah keluarga yang dinamis. Bahkan ini belum lengkap. Banyak awam, pastor dan suster tidak hadir. Namun dengan jumlah sekitar 150 ini, kita melihat, kalau keluarga Dominikan berkumpul, selalu ada sukacita.
Maka, meski berada jauh dari Filipina, di sini saya seperti berada di negara sendiri. Begitu selalu pengalaman saya di mana-mana. Bukan tempatnya tetapi kebersamaan saudara-saudari Dominikan yang membuat saya merasa seperti di negara sendiri. Saya merasa penuh suka cita.
Pernah pastor hadiri pertemuan PDA Filipina, dan apa bedanya dengan di sini?
Ya, dulu saya pernah aktif dalam PDA Filipina. Tapi, ketika saya ditugaskan ke Universitas Santo Tomas, keaktifan itu semakin berkurang.
Karena di Filipina begitu banyak anggota PDA, maka di sana saya tidak terlalu peduli. Tapi di sini, saya bisa merasakan kegembiraan dan saya tersenyum saat retret, karena biasanya retret sangat tenang dan kontemplatif. Tentu para Dominikan bisa melakukannya. Tetapi, retret seperti ini juga merupakan kesempatan bagi mereka untuk berbicara dan menikmati. Dan, saya kira, sukacita di saat bertemu adalah juga semangat Santo Dominikus.
Apakah Pastor terlibat dalam pendampingan PDA Surabaya?
Saya tidak terlibat langsung dalam pendampingan PDA Surabaya, tapi saya biasa berjumpa dengan mereka dalam banyak kesempatan saat mereka mengundang saya untuk Misa atau memberikan ceramah. Jadi saya tidak full atau reguler berjumpa dengan mereka.
Bagaimana Pastor melihat PDA Indonesia saat ini?
Saya melihat seperti yang dilihat oleh Pastor Edmund Nantes OP yakni semangat. Mereka bersemangat. Selama semangat itu masih ada, akan selalu terlihat masa depan yang cerah dan penuh harapan. Tentu ada berbagai tantangan, tapi saya tahu mereka sedang belajar. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana mempertahankan agar semangat itu tetap hidup. Selama semangat masih hidup, saya sangat optimis dan berharap akan masa depan yang lebih baik.
Saya sendiri sangat senang dengan saudara-saudara imam Dominikan Indonesia karena mereka sangat mendukung PDA. Dalam waktu yang sama, PDA tidak menyadarinya bahwa kehadiran mereka juga memberikan keyakinan besar bagi para imam. Semangat mereka mempengaruhi kami. Maka, di mana pun imam Dominikan hadir, PDA bertumbuh besar.
Pastor memberi presentasi berjudul “Dominicans on the Way to God with Mary” yang akan ditampilkan media ini bulan Oktober. Apa sebenarnya yang Pastor sampaikan?
Saya hanya minta PDA untuk mengikuti Maria dan berusaha berdoa bersama-sama sebagai peziarah, berjalan bersama menuju Tuhan, tanpa perlu saling memandang atau membandingkan dengan teman. Itulah kebersamaan kita, Keluarga Dominikan, imam, suster atau bruder, frater dan juga awam, selalu berjalan menuju Tuhan.
Seperti halnya perjalanan lain, bepergian sendiri akan lebih sulit. Kalau bepergian dengan teman, perjalanan akan nampak cepat berlalu, peristiwa berwarna-warni dan percakapan membuat kita bertumbuh.
Saya selalu katakan, seperti yang juga dibagikan oleh orang-orang yang saya kenal, kalau kita berdevosi kepada Rosario dan fokus pada misteri-misteri seperti Maria, kita tidak pernah akan tidak melihat Yesus.***
Artikel Terkait:
Band Dominikan mengadakan konser ucapan syukur untuk peringatan 20 tahun
Dominikan Awam berproses mencapai kedewasaan imam dalam retret nasional ketiga
Pastor Nantes OP minta Persaudaraan Dominikan Awam semangat menuju kedewasaan iman
Theo Atmadi OP terpilih sebagai Presiden Pertama Persaudaraan Dominikan Awam Indonesia
Presiden Pertama Persaudaraan Dominikan Awam akan konsentrasi pada formasi
Dominikan Awam Indonesia hidup dan ingin kembangkan empat pilar Dominikan