Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Bacaan Injil dan Renungan Harian Minggu 13 Februari 2022

Bacaan Pertama: Yeremia 17:5-8

“Terkutuklah yang mengandalkan manusia, Terpujilah yang mengandalkan Tuhan.”

INILAH sabda Tuhan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a

Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.

  • Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
  • Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya; daunnya tak pernah layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
  • Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bacaan Kedua: 1 Korintus 15:12.16-20

“Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu.”

SAUDARA-saudara, jika kami wartakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Sebab andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Dengan demikian binasa pulalah orang-prang yang meninggal dalam Kristus. Dan jikalau kita berharap pada Kristus hanya dalam hidup ini, maka kita ini orang-orang yang paling malang dari semua manusia. Namun, ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang telah meninggal dunia.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Bait Pengantar Injil: Lukas 6:23ab

Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya

Bersukacita dan bergembiralah, sabda Tuhan, sebab besarlah ganjaranmu di surga.

Bacaan Injil: Lukas 6:17.20-26

“Berbahagialah orang miskin, celakalah orang kaya.”

PADA waktu itu Yesus bersama kedua belas rasul-Nya turun dari gunung dan berdiri di suatu tempat yang datar. Di situ telah berkumpul banyak murid dan sejumlah besar orang yang datang dari seluruh Yudea, dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Yesus menengadah, memandang murid-murid-Nya lalu berkata, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.

Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

SIAPA YANG MASUK KATEGORI BERBAHAGIA?

SANG Dirigen dengan penuh keyakinan dan percaya diri memimpin orkestranya, memainkan lagu “How Great Thou Art”,  saat air mulai menenggelamkan pelan-pelan Titanic kapal pesiar terbesar dan tercepat waktu itu. Tercatat sekitar 2.200  penumpang dan awak kapal pada 15 April 1912 tenggelam di Samudera Atlantik Utara. Masih belum hapus dari ingatan kita juga betapa dahsyatnya gempa bumi dan tsunami di Aceh tahun 2004, pulau Nias kemudian disusul di Padang dan Yogyakarta dan sekitarnya. Dan bencana ini juga melanda pulau Lombok lalu beralih ke Palu dan sekitarnya. Ribuan jiwa melayang dan masih banyak lagi korban yang kehilangan rumah serta barang-barang keseharian mereka. Mereka yang selamat cukup lama hidup dalam tenda pengungsian.

Baik gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir bandang, maupun berbagai musibah alam yang menimpa bumi ini serta kecelakaan di laut, darat dan di udara  hanya bisa membawa permenungan betapa kecil manusia dengan segala buatannya, sebaliknya betapa agung dan sangat dahsyat Kuasa ALLAH Yang Mahabesar! Kemajuan iptek dan tingginya nalar manusia hingga mampu membuat hasil teknologi yang super canggih, serta harta kekayaan yang jadi kebanggaan manusia telah berkeping-keping hancur berantakan tiada arti. Semua bencana alam dan musibah besar yang menimpa umat manusia seolah memaksa kita untuk merenungkan bahwa apa yang ada di dunia ini ternyata hanyalah satu titik kecil yang mudah dihapuskan oleh Sang Maha Pencipta dalam sekejap!

Bangga atas hasil kreasi sendiri di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya tidaklah dilarang. Menjadi kaya bukanlah barang haram. Namun, kebanggaan akan hasil yang kita capai janganlah sampai berlebihan hingga kita lupa bahwa kreasi yang dibuat manusia hanyalah sebagian terkecil dari Karya Agung Sang Pencipta. Kebanggaan yang berlebihan mengantar kita pada sikap jumawa dan sombong. Sikap itulah yang dikritisi oleh TUHAN YESUS dalam Perikop Injil hari ini.

“Terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN” (Yer. 17: 5) demikian Nabi Yeremia telah mengingatkan kita dalam Bacaan Pertama. Lalu Rasul Paulus dalam Bacaan Kedua mengajak kita untuk selalu bersikap berserah dan berharap pada KRISTUS yang telah bangkit sebagai Yang Sulung…. (lihat 1Kor. 15: 16-20).

Lalu siapa yang bisa diselamatkan? Melalui Penginjil Lukas yang mencatat Ucapan Bahagia dari TUHAN YESUS telah memberikan Peringatan kepada kita: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan ALLAH. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena ANAK MANUSIA orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat…….” (lihat Luk. 6: 20-22 dan seterusnya).

Kita ditantang oleh TUHAN YESUS untuk melihat nilai-nilai lain yang sangat berbeda dan paradoks atas nilai-nilai yang selama ini kita pahami dari dunia ini. Justru orang miskin, orang lapar, orang menangis dan orang yang dicap jahat karena KRISTUS, mereka itulah sejatinya yang berhak mengecap Kebahagiaan Surgawi, bukan kenikmatan duniawi.

Biasanya yang disebut miskin adalah mereka yang serba berkekurangan untuk dapat hidup layak. Namun, dalam terang Iman, orang-orang miskin adalah mereka yang terbuka hatinya akan Kehadiran dan Bimbingan ALLAH; mereka yang bukan menomorduakan atau bahkan menyingkirkan ALLAH dari hidupnya karena merasa telah dijamin dengan kekayaan dan kenikmatan duniawi. Bersemangat dan menjadi miskin berarti menjadi rendah hati dan berserah sepenuhnya kepada ALLAH. Usaha memang tetap harus dilakukan. Keberhasilan dan kekayaan patut disyukuri. Namun janganlah kita karena kuasa, sukses dan kaya serta populer lalu membusungkan dada dan menjadi takabur, sombong, angkuh dan meremehkan pihak lain serta enggan berbagi kepada sesama atas sukses yang dicapai.

Santa Teresia dari Lisieux menggambarkan orang miskin sebagai mereka yang datang kepada ALLAH dengan kedua belah tangan kosong; bukan dengan kedua belah tangan terkatup dan tergenggam erat, tetapi dengan kedua belah tangan terbuka dan rela berbagi atas semua kebaikan ALLAH yang telah diterimanya. Santa Teresa dari Kalkuta memaknai kemiskinan dengan kalimat singkat “I am nothing, I have nothing, I can do nothing.” Sikap seperti itu rasanya sulit dimiliki oleh orang yang merasa paling kuasa, hebat, kaya dan sombong! Sikap seperti itu dalam nada keras yang dikecam YESUS dengan satu istilah “Celakalah…” (Lihat ayat 24-26). – Bagaimana dengan diri kita sendiri saat ini?

Doa

Ya TUHAN, ajarilah aku untuk selalu bersikap rendah hati di mana pun dan kapan pun. Semaikanlah benih-benih kerendahan hati dan sikap pasrah total kepada-MU, agar hidupku berbuah nyata dan berguna bagi sesama. Amin.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini