28.2 C
Jakarta
Friday, May 3, 2024

Panti Asuhan Santa Perawan Maria, dari Dikelola Ibu-Ibu Paroki Redemtor Mundi, Kini Mengurusi 150 Anak Asuh

BERITA LAIN

More
    Kepala Paroki Redemptor Mundi, Romo Joseto N Barnadas, OP, saat mengunjungi Panti Asuhan Santa Maria. IST

    SURABAYA, Pena Katolik – Anda mungkin belum pernah mendengar atau belum begitu tahu tentang sebuah komunitas yang mengurusi bidang kemanusiaan. Markasnya berada di wilayah Paroki Redemptor Mundi. Pengelolanya juga sebagian besar umat paroki ini dan beberapa orang dari Paroki Algonz Surabaya Jawa Timur.

    Beberapa waktu lalu, Jumat 21 Januari 2022 pagi, Kepala Paroki Redemptor Mundi, Romo Joseto N Barnadas, OP, mengunjungi komunitas tersebut. Kepada Romo Joseto, Bertha menjelaskan panjang lebar tentang pengelolaaan lembaga ini.

    Pada kunjungan itu, Romo Joseto tiba di sebuah rumah di kawasan Dukuh Kupang Barat  XXVI/249  yang menjadi markas panti asuhan  ini. Nama panti asuhan tersebut adalah Santa Perawan Maria.

    Bertha salah seorang tokoh wanita dari Paroki Redemptor Mundi, memulai dengan menceritakan bagaimana awalnya terbentuknya komunitas ini.  Awalnya, Bu Bertha bersama beberapa ibu-ibu lain, tidak tega melihat anak-anak manusia yang kehidupannya sangat membutuhkan bantuan. Perasaaan iba terhadap anak-anak dari keluarga tidak mampu membuat Bertha dan beberapa rekan-rekannya memberanikan diri membentuk komunitas Santa Perawan Maria pada 11 tahun silam.

    Pembagian bantuan kepada ibu-ibu dan masyarakat sederhana yang menjadi dampingan Panti Asuhan Santa Maria. (Yok

    Bertha menceritakan, suatu ketika dia ditanya seorang ibu Bernama Lily Ario. Lily adalah seorang pengusaha yang punya kepedulian terhadap anak-anak bangsa yang terlantar atau dari keluarga yang tidak mampu. Ketika itu, Bertha dengan komunitas Panti Santa Perawan Maria (SPM). Lily meminta kepada Bertha agar kalau bisa anak-anak dikumpulkan dalam satu acara ulang tahun di gereja. Namun karena jadwal misa sangat padat, apalagi kalau pas Misa bahasa Inggris, umatnya meluber sampai di garasi mobil pastoran.

    Jadi, rencana itu dibatalkan. Lily kemudian pun setuju dan acara yang diadakan di markas. Hari itu, Lily memberikan sumbangan berupa snack, susu dan lainnya. Selan itu, disumbangkan juga beras 8 karung untuk pani asuhan.

    “Tuhan memang terlalu baik, Romo (Romo Seto). Saya sampai menangis melihat sumbangan yang diberikan begitu banyak,” kata Bertha kepada Romo Joseto.

    Selain itu, Lily dan pihak panti juga mendapat sumbangan susu rutin tiap minggu dari salah seorang OMK Redemptor Mundi yang peduli. Anak OMK ini punya jaringan dengan pihak pengolah susu dan dia membantu mengusahakan untuk panti SPM ini.

    Setelah Lily, penyumbang beras yang berikut adalah seorang ibu yang tudak disebutkann namanya. Ibu tersebut awalnya menyumbangkan beras delapan karung, kemudian terus meningkat dan sekarang menjadi 18 karung tiap bulan.

    “Saya bersyukur dengan ibu ini yang terus memberikan donasi beras secara rutin tiap bulan. Akhirnya kami tidak lagi berusaha memberi beras karena beras sudah ada yang mau menyumbang,” kata Bertha lagi.

    Ada lagi yang datang memberikan donasi berupa sprei dan baju-baju layak pakai.

    “Saya bilang kepaa penyumbang, beri apapun saya terima karena memang kami butuh,” kata Bertha.

    Tiap Jumat

    Kini jumlah yang diasuh sebanyak 150 orang plus lansia. Jumlah lansia sebanyak 10 orang sementara sisanya semuanya adalah anak-anak. Kriteria apa saja yang menjadi warga panti? Bertha mengatakan, berasal dari keluarga tidak mampu, kehilangan orangtua. Semua mereka tinggal di kos-kos-an yang sangat sederhana dan memprihatinkan. Para anak yang diasuh, setiap Jumat biasanya mereka (anak-anak asuh) mendatangi markas panti untuk menerima jatah mereka seperti beras, susu, dan sebagainya.

    “Kalau dulu sebelum pandemi, ketika mereka datang pada hari Jumat, biasanya diajak makan bersama, kemudian sebelum makan diawali dengan doa. Ya saya doa sesuai agama saya. Kepada mereka saya juga bilang kalau doa pakai agamanya mereka silakan. Setelah makan semua mereka diajarkan untuk cuci piring, bersih-bersih dan ngepel lantai. Jadi mereka juga harus diajak tentang kebersihan,” tutur Bertha.

    Bertha mengatakan hampir semuanya beragama Islam. Namun, panti ini tidak membedakan agama dia dari mana yang penting dengan dasar kasih kami membantu anak-anak yang membutuhkan bantuan,” kata Bertha.

    Panti asuhan ini hampir semua diurus oleh ibu-ibu dari Paroki Redemptor Mundi. Awalnya cukup banyak anggota pengurus dari para ibu-ibu namun beberapoa tahun kemudian, menyusut mundur perlahan-lahan.

    Nanti kita Lihat dulu

    Untuk mendirikan sebuah panti asuhan, seseorang harus siap-siap menghadapi banyak kendala atau permasaahan.  Dalam perjalanan waktu, seorang pendiri atau mereka yang menjadi pengurus panti, harus sudah siap mengorbankan waktu dan harus mampu mendekati para donatur demi kelangsungan hidup panti tersebut.

    Pasalnya, di tengah jalan mesti menemukan kesulitan, apakah sandang atau pangan untuk membantu para asuhan mereka. Bertha sudah menceritakan semuanya kepada Pastor Paroki Redemptor Mundi. Pagi itu Romo Joseto sebagai tamu hanya ingin mendengar cerita suka dan duka mengelola panti tersebut.

    “Saya datang untuk melihat dan mendengar saja,” kata Romo Joseto.

    Banyak pertanyaan yang disampaikan Romo Joseto saat itu. Romo Joseto selama ini sepertinya penasaran ada sebuah panti yang dikelola ibu-bu Katolik dari Paroki Redemptor Mundi dan Paroki Algonz. Salah satu yang disampaikan Bertha dan beberapa pengurus saat itu dimana ketika mereka mengalami kesulitan beras. Pasalnya, beras merupakan kebutuhan utama anak-anak. Dalam perbincangan pagi itu, Bertha menceritakan mereka pernah ingin membeli beras di PSE Paroki Redemptor Mundi, namun ketua PSE, meminta agar pihak panti mengajukan dulu proposal. Masalahnya, semua harus ada laporannya. Namun berhubung yang mengurus panti adalah ibu-ibu yang tidak punya kemampuan membuat proposal, sehingga kerja sama itu gagal.

    “Maaf Romo, saya kalau diminta membuat proposal, ya maaf saja Romo. Saya memang tidak bisa membuat proposal, tahunya kami omong danlangsung adajawaban. Bu Mansa memang tidak mempemasalahkan kerja sama ini, namun Bu Manna juga butuh proposal masalahnya untuk laporan pertanggungjawaban,” kata Bertha sambil senyum-senyum.

    Mendengar itu, Romo Joseto belum bisa berbicara banyak. Romo Joseto juga tidak memberi janji-janji. Romo Joseto hanya mengatakan nanti kita lihat dulu.

    “Yah..ya nanti saya lihat dulu ya.”

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI