Paus Fransiskus bertemu Presiden Perancis Emmanuel Macron dalam audiensi hari Selasa, 26 Juni 2017. Kemudian di hari yang sama, Presiden Macron menerima warisan gelar kanon kehormatan dari Basilika Lateran. Dalam audiensi itu Presiden Macron didampingi istrinya, Brigitte.
Menurut komunike dari Kantor Pers Tahta Suci, seperti dilaporkan oleh Devin Watkins dari Vatican News, pembahasan Paus Fransiskus dan Presiden Perancis itu adalah tentang perlindungan lingkungan, migrasi, dan pencegahan konflik.
Komentar-komentar mereka tentang isu-isu global mencakup perlunya “komitmen multilateral untuk pencegahan dan penyelesaian konflik, terutama dalam kaitannya dengan pelucutan senjata.”
Selain berbagi pandangan tentang konflik di Timur Tengah dan Afrika, serta merefleksikan “prospek-prospek proyek Eropa,” Paus Fransiskus dan Presiden Macron berbicara tentang bagaimana agama berkontribusi bagi “kebaikan bersama” Perancis, terutama komitmen Gereja Katolik untuk memperbaiki masyarakat.
Mereka juga saling bertukar hadiah. Paus Fransiskus memberikan kepada Macron, yang dibaptis Katolik pada usia 12 tahun, sebuah medali Santo Martin dari Tours. Menurut cerita, orang kudus itu memotong dua jubahnya dan memberikan setengahnya kepada seorang pengemis di musim dingin.
Presiden Macron memberikan kepada Paus sebuah buku langka tahun 1936 dari Georges Bernanos yakni “Diary of a Country Priest”.
Setelah itu, Presiden Macron bertemu Sekretaris Negara Kardinal Pietro Parolin dan Sekretaris Hubungan dengan Negara-Negara Uskup Agung Paul Richard Gallagher.
Kemudian pada sore hari, Presiden Emmanuel Macron menerima gelar “Kanon Kehormatan yang pertama dan satu-satunya” dari Basilika Santo Yohanes Lateran atau Katedral Roma.
Para pemimpin Perancis secara otomatis mewarisi gelar “Kanon Kehormatan” sesuai tradisi abad ke-15 saat Perancis adalah monarki. Kardinal terpilih Angelo De Donatis memimpin upacara itu dan memberikan gelar itu kepada Presiden Macron.(pcp berdasarkan Vatican News)