Home NUSANTARA Pasutri hendaknya hidup sebagai soulmate bukan atasan-bawahan

Pasutri hendaknya hidup sebagai soulmate bukan atasan-bawahan

0

Nikah Massal 3 Juli 2015 (2) (1)

Pasangan suami-istri (pasutri) hendaknya tidak sekedar menjadi pasangan hidup, tetapi juga membangun hidup sebagai sahabat dan soulmate terhadap pasangan, membangun relasi terbuka sebagai mitra bukan seperti relasi antara tuan dan hamba atau relasi sebagai atasan bawahan.

Kepala Paroki Katedral Kristus Raja Kupang Pastor Ambrosius Ladjar Pr berbicara dalam homili Misa nikah massal di katedral itu tanggal 3 Juli 2015. Sebanyak 41 pasangan menerima Sakramen Pernikahan.

“Relasi yang dibangun pasangan suami-istri adalah relasi sebagai sahabat dan soulmate, bukan relasi tuan hamba, bukan juga relasi antara atasan dan bawahan,” ujar ekonom Keuskupan Agung Kupang itu.

Pastor Ambrosius yang didampingi enam orang imam konselebran dari enam paroki di Kota Kupang itu memberikan Sakramen Pernikahan kepada enam pasutri dari Paroki Santo Yoseph Naikoten, enam pasutri dari Paroki Santo Gregorius Oeleta, lima pasutri dari Paroki Sancta Familia Sikumana, empat pasutri dari Paroki Santo Yoseph Pekerja Penfui, dan 20 pasutri dari tuan rumah, Paroki Katedral Kristus Raja.

Kepada para pasutri itu Pastor Ambrosius minta agar menganggap pasangannya sebagai yang paling berharga dari hal lainnya serta menunjukkan rasa ketergantungan yang tinggi terhadap pasangannya. “Dua hal ini juga menjadi prasyarat sebuah keluarga Katolik menjadi langgeng sesuai harapan Gereja,” kata imam asal Lembata itu.

Misa itu turut dihadiri oleh Asisten I Pemerintah Kota Kupang, Yoseph Rera Beka, yang datang mewakili  wali kota, anggota keluarga dan undangan lainnya. Nikah massal itu diprakarsai oleh Pemerintah Kota Kupang.

Yoseph Rera Beka menjelaskan bahwa program nikah massal itu telah menjadi program pemerintah Kota Kupang sejak tahun 2013. “Hingga saat ini telah ada 4000-an pasutri yang menikah secara agama melalui program yang dikhususkan bagi keluarga dari golongan ekonomi menengah ke bawah ini.”

Selama tahun 2015 sudah dilakukan lima kali nikah massal baik di gereja Protestan maupun Katolik. Tanggal 29 Juni 2015 dilangsungkan di tiga gereja dan tanggal 3 Juli 2015 itu di dua gereja. “Program nikah massal ini diharapkan membantu warga kota dari keluarga kurang mampu yang ingin menikah,” ujar Rera Beka. (Thomas  A  Sogen)

 

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version