ROMA, Pena Katolik – Basilika Agung St. Yohanes Lateran adalah katedral Keuskupan Roma di mana tersimpan takhta Uskup Roma, yaitu Paus. Biara di sebelahnya berfungsi sebagai kediaman kepausan hingga abad ke-14.
Pemberkatan Basilika Agung St. Yohanes Lateran diperingati sebagai hari raya oleh seluruh Gereja Katolik sejak tahun 1565. Peringatan ini penting di mana Basilika Agung St. Yohanes Lateran menjadi simbol “ibu dan “kepala” semua gereja di kota dan dunia.
Sebuah prasasti Latin di basilika itu menyatakan hal ini: “Omnium ecclesiarum urbis et orbis mater et caput”, ‘Ibu dan kepala semua gereja di kota dan dunia’.
“Dengan menghormati Basilika Agung St. Yohanes Lateran, seseorang bermaksud untuk mengungkapkan cinta dan penghormatan terhadap Gereja Roma, yang, seperti ditegaskan oleh St. Ignatius dari Antiokhia, ‘memimpin amal’ seluruh persekutuan Katolik,” kata Paus Benediktus XVI pada tahun 2008.
Basilika Agung Santo Yohanes Lateran dibangun setelah diundangkannya Dekrit Milan oleh Kaisar Konstantinus. Pemimpin Romawi itu memberikan kebebasan umat Kristiani, untuk menjalankan agamanya pada tahun 313.
Paus Sylvester I mendedikasikan basilika agung tersebut pada tanggal 9 November tahun 324. Santo Yohanes Pembaptis dan Santo Yohanes Penginjil menjadi pelindung gereja yang diselesaikan pada abad keenam. Namun nama basilika ini disebut St. Yohanes Lateran, karena dibangun di atas tanah sumbangan, dari keluarga Plautii Laterani pada masa Kekaisaran Romawi.
Keuskupan Roma merayakan ulang tahunnya yang ke 1.700 dengan perayaan khusus selama setahun penuh, termasuk konser, Misa, dan pembicaraan agama-budaya tentang sejarah basilika agung dan Istana Lateran yang bersebelahan. Perayaan ini diakhiri pada hari Sabtu, 9 November 2024, dengan Misa yang dirayakan oleh Vikjen Keuskupan Roma, Mgr. Baldassare Reina yang akan diangkat menjadi kardinal pada Desember 2024 nanti.
Pada tahun 2008, Paus Benediktus XVI mengatakan, Kaisar Konstantinus memberi Paus Miltiades properti lama keluarga Lateran dan membangun basilika, tempat pembaptisan, dan kediaman uskup Roma, tempat para paus tinggal hingga periode Avignon.
Paus Benediktus mencatat pentingnya bangunan material tempat komunitas berkumpul untuk memuji Tuhan, dan mengatakan, “setiap komunitas mempunyai kewajiban untuk menjaga dengan hati-hati bangunan sucinya sendiri, yang merupakan warisan agama dan sejarah yang berharga.” (AES)