Home BERITA TERKINI Jonatan Christie (2): Bulutangkis Bukan yang Pertama

Jonatan Christie (2): Bulutangkis Bukan yang Pertama

0
Jonathan Christie saat meraih Piala Thomas tahun 2021. IST

Bulutangkis bukanlah olahraga pertama yang dikenal Jonathan Christie. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, sang ayah menyuruh Jonathan untuk berlatih renang. Hal ini dikarenakan saat itu Jonathan terlihat agak gemuk. Sang ayah yang mantan atlet basket, tak ingin anaknya gendut, hingga ia menyuruh Jonathan ikut Latihan renang. 

Perkenalan Jonathan dengan bulutangkis terjadi saat di sekolah dasar ia memilih ikut ekstrakulikuler tepok bulu ini. Mengapa bulu tangkis, hal ini karena sang ayah tidak ingin anaknya kepanasan dan berkulit gosong. Bulutangkis dipilih karena ekstra ini dilakukan di dalam ruangan, yang menghindarkan Jonathan terkena sinar matahari langsung. 

“Ayah yang dulu atlet basket memang kulitnya agak gosong karena terkena sinar matahari, jadi ia tidak mau anaknya mengalami hal yang sama,” ujar Jonathan.

Karena bakatnay cukup bagus dalam olahraga ini, Jonathan akhirnya bergabung dalam sebuah klub di Jakarta. Prestasinya meningkat, hingga ia harus bergabung di sebuah klub bulutangkis di daerah Jakarta Barat. 

Saat di bangku SMP, Jonathan sudah mulai menjajal beberapa kejuaraan bulutangkis. Namun sayang prestasi sepertinya belum berpihak kepadanya. Ia tak pernah juara. Di sinilah, putus asa mulai menyerang. Menjelang ikut serta di sebuah kejuaraan, ia mengutarakan niatnya untuk berhenti saja kepada sang ayah. Ia ingin fokus sekolah. 

“Aku bilang ke ayah, kalau kali ga juara, lebih baik aku berhenti saja yah dari bulutangkis.”

Sang ayah yang mantan atlet tentu merasa kecewa dengan keputusan anaknya ini. Ia berharap, Jonathan dapat berprestasi lebih. Ia berharap anaknya tidak menyerah dan terus berjuang untuk meraih prestasi. 

Kali ini Jonathan mampu meraih prestasi. Meski kejuaraan ini tidak terlalu besar, namun di sinilah titik balik bagianya. Sejak menjuarai kejuaraan itu, ia berhasil meraih prestasi demi prestasi. Saat usianya baru 15 tahun, ia berhasil meraih peringkat ke-3 dalam kejuaraan nasional di bawah usia 19 tahun. Saat itu, lawannya adalah atlet-atlet yang usianya jauh di atasnya. Ia pun terpilih untuk masuk ke Pelatnas Bulutangkis Indonesia. 

Di Pelatnas, prestasi Jonathan kembali naik turun. Namun, ia tak kenal menyerah. Ia menyatukan setiap perjuangannya di setiap kejuaraan dengan keinginannya untuk dapat mengembangkan hidup rohaninya secara lebih mendalam. Tak ada yang menyangka, pada setiap pertandingan, Jonathan terus saja menjalaninya sambil berdoa. Dalam setiap kejuaraan atau pada pertandingan-pertandingan penting, Jonathan selalu berdoa Bapa Kami. 

“Karena aku Katolik, maka di setiap waktu jeda, aku selalu berdoa Bapa Kami,” ujar Jonathan.

Puncak Prestasi

Menjelang Asian Games, Jonathan sebenarnya tidak terlalu diunggulkan. Meski begitu, Jonathan merasakan, seakan ada kepercayaan diri bahwa ia akan dapat “berbicara” dalam perhelatan besar ini. Alhasil, Jonathan pun menghadapi setiap pertandingan dengan berani. 

Setiap lawan dihadapi Jonathan dengan kepercayaan diri. Saat mengingat pencapain itu, Jonathan kadang merasa tidak pecaya, lawan-lawan yang di kejuaran lain gagal ia taklukan, di Asian Games mereka dapat ia kalahkan. 

Jonathan meyakini, hal ini berkat kekuatan yang ia dapat dari Tuhan. Jonathan percaya, ia tak mungkin meraih kemenangan ini tanpa peran Tuhan sendiri yang memberi kekuatan. Untuk itu, ada rasa syukur yang diucap Jonathan saat ia akhirnya berhasil meraih emas.

“Lawan di Asian Games adalah nama-nama besar, tanpa berkat Tuhan, aku tak mungkin mampu meraih prestasi.”

Prestasi Jonathan ditunjukkan lagi saat kejuaraan Piala Thomas 2021 di Aarhus, Denmark. Prestasi ini mengobati puasa gelar regu Indonesia di kejuaraan bulutangkis beregu paling bergengsi di dunia ini. Pada Piala Thomas ini, Jonathan berhasil menjadi penentu. Dalam laga final melawan Tiongkok, Jonathan berhasil meraih kemenangan pada game ke-3. Indonesia pun berhasil membawa pulang Piala Thomas setelah kemenangan terakhir diraih tahun 2002, atau 19 tahun yang lalu.

Pada laga Piala Thomas ini, Jonathan juga bernazar. Ia akan menyumbangkan setengah bonus dan hadiah yang ia terima untuk mereka yang membutuhkan. Jonathan Mengakui, prestasi yang ia raih adalah juga tanggung jawab. Dengan semakin banyak memberi, Jonathan menyadari bahwa berkat yang ia terima juga semakin banyak.

Bersyukur dengan Memberi

Kemenangan dari gelanggang ke gelanggang, menjadikan Jojo bergelimang hadiah. namun, sebagai wujud syukurnya, ia rutin mengunjungi atlet-atlet yang sudah pensiun, yang hidupnya tidak diperhatikan lagi pemerintah. Ia membagikan sedikit rezekinya bagi mereka.

Jojo beranggapan, bahwa apa yang ia terima hanyalah titipan. ia berkewajiban untuk membagikan apa yang lebih ia dapat dan mengambil cukup untuk dirinya.

Antonius E. Sugiyanto 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version