Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Senin 5 Juni 2023; Peringatan Wajib St. Bonifasius

Bacaan I – Tb. 1:1a,2a,3; 2:1b-8

Kitab kisah Tobit bin Tobiel bin Ananiel bin Aduel bin Gabael bin Rafael bin Raguel dari keturunan Asiel dari suku Naftali. Di zaman Salmaneser, raja orang-orang Asyur, Tobit diangkut tertawan dari Tisbe.

Aku, Tobit menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupku dan banyak melakukan kebajikan kepada para saudara dan segenap bangsaku yang bersama dengan daku telah berangkat ke pembuangan, ke negeri Asyur ke kota Niniwe.

Jadi, di masa pemerintahan Esarhadon aku kembali ke rumahku. Juga isteriku Hana dan anakku Tobia diserahkan kembali kepadaku. Sekali peristiwa pada hari raya Pentakosta, yaitu hari raya Tujuh Minggu, disajikanlah kepadaku suatu jamuan makan yang baik. Akupun telah duduk untuk makan.

Sebuah meja ditempatkan di hadapanku dan kepadaku disajikan banyak hidangan. Maka keluarlah Tobia untuk mencari seorang saudara kita yang miskin. Sepulangnya berkatalah ia: “Pak!” Sahutku: “Ada apa, nak?” Jawabnya: “Salah seorang dari bangsa kita sudah dibunuh. Ia dicekik dan dibuang di pasar. Masih ada disitu juga!”

Aku melonjak berdiri dan jamuan itu kutinggalkan sebelum kukecap. Mayat itu kuangkat dari lapangan dan kutaruh di dalam salah satu rumah hingga matahari terbenam, untuk kukuburkan nanti.

Kemudian aku pulang, membasuh diriku, lalu makan dengan sedih hati. Maka teringatlah aku kepada firman yang diucapkan nabi Amos mengenai kota Betel ini: “Hari-hari rayamu akan berubah menjadi hari sedih dan segala nyanyianmu akan menjadi ratap!” Lalu menangislah aku. Setelah matahari terbenam aku pergi menggali liang lalu mayat itu kukuburkan.

Para tetangga menertawakan aku, katanya: “Ia belum juga takut! Sudah pernah ia dicari untuk dibunuh karena perkara yang sama. Dahuli ia melarikan diri dan sekarang ia menguburkan mayat lagi!”

Mzm. 112:1-2,3-4,5-6

  • Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.
  • Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.
  • Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.

Bacaan Injil – Mrk. 12:1-12;

Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: “Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.

Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa.

Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh.

Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita.

Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain.

Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.”

Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Santo Bonifasius, Uskup dan Martir

Bonifasius berasal dari sebuah keluarga Angolsakson. Ia lahir pada tahun 680 di Crediton, Inggris, dari pasangan orang-tua yang Katolik. Namanya sejak kecil ialah Winfried. Pertemuan dengan para misionaris sudah dialaminya sejak masa kecilnya. Para misionaris ini biasanya singgah di rumah mereka dan bercerita banyak tentang pengalaman mereka di seberang Laut Utara.

Cerita-cerita para misionaris ini membangkitkan dalam hati Bonifasius keinginan untuk mengikuti jejak mereka. Ketika meningkat dewasa, Bonifasius masuk biara di Nursling. Di biara ini, ia dididik dan dilatih untuk menjadi seorang rasul yang tangguh. Akhirnya ia berhasil ditabhiskan menjadi imam dan diutus ke Frisia.

Tetapi karena bangsa Frank yang telah banyak menjadi Kristen adalah musuh orang Frisia, maka penyebaran Injil disini dilarang. Oleh karena itu, Winfried kemudian pergi ke Roma. Oleh Paus Gregorius II ( 715-731), ia diterima dengan baik dan diberi nama baru Bonifasius yang berarti “yang mujur”. Dari Roma Bonifasius diutus ketengah-tengah bangsa Jerman. Tugas perutusan yang berat dan berbahaya ini dijalankannya dengan setia. Di Jerman, Bonifasius pertama-tama pergi ke Hesse, kemudian ke Thuringia, Bavaria dan akhirnya ke Frisia. Para sahabatnya di Inggris mendukungnya dengan doa-doa, keperluan-keperluan altar dan gereja.

Atas permintaan Paus Gregorius II, ia sekali lagi pergi ke Roma pada tahun 722, dan disana ia ditabhiskan menjadi Uskup. Setelah itu, Bonifasius kembali ke Jerman sebagai utusan Sri Paus untuk melayani gereja disana.

Ia mendirikan banyak gereja dan biara serta mengadakan pembaharuan hidup rohani umat dan para imamnya. Banyak misionaris baru, imam maupun suster, didatangkan dari Inggris. Dari antara misionaris-misionaris ini,terkenallah suster-suster: Tekla, Walburga dan Lioba serta dua orang imam yang kemudian menjadi orang kudus: Santo Lulus dan Santo Eobanus.

Untuk tetap memelihara hidup rohaninya, Bonifasius mempergunakan beberapa minggu dalam setahun untuk beristirahat dan berdoa di kota Fulda. Kota Fulda ketika itu menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Dengan cara ini, Bonifasius berkembang menjadi seorang uskup yang saleh dan suci. Pada usianya yang lanjut itu, ia sekali lagi pergi ke Frisia bersama beberapa imam untuk menerimakan Sakramen Krisma.

Tetapi di daerah Dokum, Bonifasius bersama imam-imam itu diserang segerombolan orang-orang kafir. Para imam yang bersamanya dan orang-orang serani di tempat itu bertekad melawan serang itu. Melihat hal itu Bonifasius berkata: “Anak-anakku! Janganlah berperang! Hari yang sudah lama kutunggu dengan penuh kerinduan akhirnya tiba juga. Biarlah Tuhan berperang melawan mereka.”

Bonifasius dengan para imam yang menyertainya dalam perjalanan itu dibunuh karena imannya, bersama-sama 53 orang serani. Peristiwa ini terjadi pada tahun 754. Kemudian jenazahnya dibawa ke Fulda. Bonifasius dikenal sebagai perintih pewartaan Injil di Jerman dan dihormati sebagai pelindung negeri Jerman.

Doa Penutup

Inspirasi menjadi pewarta kadang datang di saat tak terduga. Ya Bapa, semoga hati dan budi kami selalu terbuka untuk menerima inspirasi-inspirasi iman dan perutusan dari-Mu. Semoga dari kehidupan keseharian kami, kami dapat menemukan semangat misi untuk mewartakan kasih-Mu. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini