Selasa, Desember 3, 2024
27.8 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Senin 13 Maret 2023 – Pekan III Prapaskah (Ungu)

Bacaan Pertama 2 Raja-Raja 5:1-15a

“Banyak orang sakit kusta, dan tak seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman orang Syria itu.”

Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi pahlawan tentara itu sakit kusta.

Sekali peristiwa orang Aram pernah keluar bergerombol dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Anak itu menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya, “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”

Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya, “Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” Maka jawab raja Aram, “Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel.”

Lalu berangkatlah Naaman. Sebagai persembahan ia membawa sepuluh talenta perak, enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.

Ia menyampaikan surat raja Aram itu kepada raja Israel, yang berbunyi, “Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya.”

Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata, “Allahkah aku ini, yang dapat mematikan dan menghidupkan sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya?

Sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.” Segera sesudah didengar oleh Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya, “Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu?

Biarlah orang itu datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.” Kemudian datanglah Naaman dengan kuda dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa.

Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan, “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”

Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata, “Aku sangka, setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu, dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel?

Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya, “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah Bapak akan melakukannya?

Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” Maka turunlah Naaman membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu.

Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak, dan ia menjadi tahir. Kemudian kembalilah Naaman dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Sesampai di sana majulah ia ke depan Elisa dan berkata, “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hamba ini!”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 42:2-3;43:3-4

Ref. Jiwaku haus pada-Mu Tuhan, ingin melihat wajah Allah.

  • Seperti rusa yang merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
  • Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
  • Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
  • Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, sukacita dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku.

Bait Pengantar Injil Mzm 130:5.7

Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.

Aku menanti-nantikan Tuhan, dan mengharapkan firman-Nya, sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.

Bacaan Injil Lukas 4:24-30

“Yesus seperti Elia dan Elisa, diutus bukan kepada orang-orang Yahudi.”

Ketika Yesus datang ke Nazaret, Ia berkata kepada umat di rumah ibadat, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Tetapi Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam bulan, dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.

Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu, sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.

Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Menghadapi Cibiran

Sebagaimana dialami oleh Yesus sendiri, orang-orang sekampung halaman-Nya juga mencibir Dia ketika Dia mengajar dengan hebat atau membuat karya-karya besar. Mereka merasa tau banyak tentang siapa Yesus dan keluarga-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, sama seperti para tetangga Yesus, kita sering sulit untuk melihat dan mengakui kelebihan, prestasi, ketrampilan, kepandaian dan kesuksesan sesama.

Kita sering membuat cap atau stempel pada sesama kita, dalam cara kita memandang sesama. Ketika sesama kita memiliki kehebatan, kelebihan atau sukses didalam karya, tugas, usaha, kita tidak mampu menghargainya.

Lebih dari itu, kita sering tidak mampu menghargai dan memuji atau memberi apresiasi kepada teman yang berhasil. Terkadang rasa iri menjadikan kita sulit untuk mengapresiasi sesama kita.

Kita sulit untuk memuji keberhasilan sesama, bahkan tak jarang ketika dengan jelas-jelas kita melihat kesuksesan sesama, kita justru akan menyoroti kekurangan atau kelemahannya.

Kita sering tidak tulus untuk memuji atau menghargai kesuksesan sesama. Rasa iri sering mendorong kita utnuk memojokkan sesama yang berhasil. Semestinya keberhasilan sesama menjadi pemicu kita untuk maju dan berkembang.

Doa Penutup

Allah Bapa sumber belas kasih, semoga kerahiman-Mu membersihkan dan menguatkan umat-Mu. Bimbinglah kami dengan rahmat-Mu, karena tanpa Engkau kami takkan mungkin selamat. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://www.renunganhariankatolik.web.id/

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini