Mengingat banyaknya tantangan, Paus Fransiskus mengatakan masalah-masalah saat ini mengharuskan para imam menyesuaikan diri dengan Tuhan dan dengan tatapan kasih yang Tuhan gunakan untuk menatap kita. “Dengan menyesuaikan tatapan kita dengan Dia, tatapan kita diubah jadi tatapan kelembutan, rekonsiliasi dan persaudaraan,” kata Paus Fransiskus kepada para imam dan mahasiswa dari Kolese Kepausan Meksiko di Roma dalam pertemuan di Vatikan 29 Maret.
Paus mengatakan, kita perlu memiliki “tatapan kelembutan” yang Allah gunakan untuk melihat masalah yang menimpa masyarakat, termasuk “kekerasan, ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, polarisasi, korupsi dan kurangnya harapan terutama di kalangan orang paling muda.” Dalam hal ini, kata Paus, Perawan Maria berfungsi sebagai teladan, dan mencerminkan kasih Allah yang lembut, yang menerima semua orang tanpa perbedaan melalui kelembutan keibuannya.
“Konfigurasi yang semakin dalam dengan Gembala Baik membangkitkan dalam setiap imam belas kasih yang otentik, bagi domba yang dipercayakan kepadanya dan bagi orang-orang yang tersesat,” kata Paus. Hanya dengan membiarkan diri dijadikan model oleh Dia maka kasih pastoral ditingkatkan dan tidak ada yang dikecualikan dari perhatian dan doa Gereja. Hal itu juga “mencegah kita mengasingkan diri di rumah, di kantor atau [dengan] hobi kita, dan mendorong kita keluar untuk bertemu orang, bukan diam.”
Menghadapi kesulitan-kesulitan sosial, perbedaan-perbedaan besar dan korupsi, Paus menekankan pentingnya tatapan rekonsiliasi, yang membuat kita “mampu menjalin bersama berbagai benang yang telah dilemahkan atau dipotong dalam tatanan budaya beraneka warna yang membentuk tatanan sosial dan agama bangsa, dan memperhatikan, terutama, orang-orang yang dibuang karena akar asli mereka atau religiositas populer khusus mereka.”
Paus lebih lanjut menyoroti bahwa para gembala dipanggil untuk membantu membangun kembali hubungan saling menghormati dan konstruktif di antara pribadi, kelompok dan budaya dalam masyarakat, dan mengajak setiap orang “membiarkan diri mereka didamaikan oleh Allah,” dan untuk berkomitmen pada pemulihan keadilan.
“Saat ini mendesak kita untuk memiliki pandangan persaudaraan,” kata Paus. “Tantangan kita sangat luas sehingga mencakup tatanan sosial dan realitas global yang terhubung oleh jaringan sosial dan media.” Maka, “bersama Kristus, Hamba dan Gembala, kita harus mampu memiliki visi keseluruhan dan kesatuan, yang mendorong kita menciptakan persaudaraan dan memungkinkan kita menyoroti titik-titik koneksi dan interaksi di pusat budaya dan komunitas gerejawi.”
Visi ini juga memfasilitasi persekutuan dan peranserta persaudaraan yang membimbing umat beriman untuk menghormati rumah kita bersama, dan menjadi pembangun-pembangun dunia baru dalam kerja sama dengan orang-orang berkemauan baik.
Untuk bisa melihat dengan cara ini, jelas Paus, “kita perlu cahaya iman dan kebijaksanaan dari orang-orang yang tahu cara ‘melepaskan sandal mereka’ untuk mengkontemplasikan misteri Allah, dan, dari perspektif ini, membaca tanda-tanda zaman.” Kita juga perlu menyadari kekurangan dan kesalahan pribadi dan komunitas yang perlu kita perbaiki dalam hidup kita sendiri.
Supaya ini terjadi, “formasi membutuhkan penyelarasan dimensi akademis, spiritual, manusiawi dan pastoral,” kata Paus seraya menegaskan bahwa “Kita dipanggil untuk tidak meremehkan godaan-godaan duniawi yang bisa mengarahkan kita pada pengetahuan pribadi yang tidak mencukupi, sikap-sikap yang mengacu pada diri sendiri, konsumerisme dan berbagai cara menghindari tanggung jawab.”
Seraya mendorong para imam agar tidak gagal dalam memperdalam akar iman yang mereka terima di berbagai gereja partikular mereka, yang berasal dari proses inkulturasi Injil yang kaya, Paus ingatkan mereka bahwa Bunda Maria dari Guadalupe, yang dihormati di kapel kolese mereka, mengingatkan kita akan kasih Putranya yang membuat kita ikut ambil bagian dalam imamat-Nya. “Karena itu, kita bisa berpaling padanya dan meminta apa yang kita butuhkan.”
Seraya meminta mereka agar berdoa juga bagi dirinya, Paus mohon berkat Tuhan dan mempercayakan klerus Meksiko dan komunitas Kolese Kepausan Meksiko itu kepada Bunda Maria dan Santo Yosef yang tahunnya kita rayakan, dan yang merupakan “model peranserta dalam misteri penebusan dengan pelayanan rendah hati dan diam.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Vatican News)