“Ada yang memanggil kami anak, kakak, adik, sayang, om, dan sekarang Bapak Pastor. Sebutan dan sapaan ini mau melukiskan harapan terbaik bagi para imam muda. Oleh karena itu, kami berharap boleh menjadi pribadi yang baik sehingga bisa menjadi pembawa pesan Allah yang menyelamatkan, menghidupi semangat tolong menolong sesama rekan imam, dan tidak melupakan akar kami. Kami berempat ini berasal dari umat, hidup dan bertindak dengan cara-cara umat. Sudah keterlaluan kalau pada akhirnya mengkhianati umat.”
Itulah sambutan dari neomis Pastor Yos Haris Ruban MSC yang mewakili tiga imam lainnya Pastor Erol Markus Ohoduan Pr, Pastor Mathias Batfian MSC, Pastor Damianus Ratuanik Pr, dan yang ditahbiskan oleh Administrator Apostolik Amboina yang juga Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC di Katedral santo Fransiskus Xaverius Ambon, 20 Februari.
Empat hari sebelumnya, 16 Februari, satu anggota Ordo Saudara Dina Kapusin Pontianak bernama Pastor Masseo Clinton OFMCap ditahbiskan imam oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus di Gereja Kristus Raja Paroki Sambas, Kalbar. Dan, tanggal 14 Februari, empat anggota Ordo Santo Agustinus (OSA) ditahbiskan imam oleh Uskup Manokwari Sorong Mgr Hilarion Datus Lega di Katedral Kristus Raja Sorong. Empat imam OSA itu bernama Pastor Antonio Viali Tawa OSA, Pastor Fransiskus Mba’a OSA, Pastor Danyel Bastian Kelmanutu OSA dan Pastor Aloysius Du’a OSA.
Menurut Pastor Haris Ruban MSC, sebenarnya mereka “yang belum layak dilayakkan dan yang belum pantas akhirnya dipantaskan pula,” karena mereka yakin bahwa “Allah yang berinisiatif, Allah yang pertama memulai dalam diri kami, dan kami coba merespon dalam doa, dalam karya amal kasih dan pelayanan lain di tengah umat.”
Dalam tahbisan di Sambas, Mgr Agus mengingatkan Pastor Clinton bahwa sebagai imam dia harus melayani sakramen, menguduskan orang, hidup doa dan merayakan Ekaristi, dan Provinsial Kapusin Pontianak Pastor Hermanus Mayong OFMCap mengingatkan seperti kata Bunda Teresa bahwa, “pertama-tama kita dipanggil bukan untuk melakukan sesuatu perkara yang spektakuler, tetapi kita dipanggil untuk setia.”
Sedangkan dalam tahbisan di Ambon, Mgr Mandagi mengingatkan kepada keempat imam baru nasehat Paus Benediktus XVI bahwa ada tiga pilar untuk hidup para imam yakni Doa, Firman dan Ekaristi. “Peganglah ketiga pilar ini. Kalau Anda memegang ketiga pilar ini, Anda tidak akan jatuh, Anda akan berdiri tegak meskipun banyak tantangan termasuk tantangan penyakit yang kita alami,” kata Mgr Mandagi.
Kepada empat imam baru “edisi covid” itu, Wakil Provinsi MSC Indonesia Pastor Florianus Miranta MSC mengatakan mungkin dulu keempat imam itu mengharapkan perayaan besar, mewah dan meriah tapi jadi seperti ini. “Ini akan menjadi tantangan peduli dengan keselamatan diri sendiri dan banyak orang, maka kita setia juga dengan perayaan yang diatur seperti ini. Ini makna kepedulian dalam perayaan ini.”(PEN@ Katolik/pcp/sam)
Bawalah misi pelayanan sebagai gembala yang setia pada panggilan yg seutuhnya dan lupakanlah kehidupan duniawi yg bukan milikmu, karena kehidupan duniawi bisa membuat lupa akan panggilan sebagai gembala,Tuhan Yesus Memberkati, dan profisiat bagi imam Baru,
PADANG GURUN HIDUP ORANG “TERPANGGIL” Salam sehat dan salam kasih bagi kita semua. Di tenga situasi dunia kita saat ini yang sedang dilanda “wabah Virus Corona”. Kita sendiri sebagai orang yang terpanggil khusus di jalan panggilan ini,bahkan seluruh umat sedang menjalani Padang gurun kehidupan dalam berbagai aspeknya. Kerinduan akan Ekaristi dan beberapa sakramen lainnya tak dapat diterima. Karena itu tak dapat dilakukan oleh siapapun selain “imam tertabis”, ibadat dan doa lainnya dapat kami lakukan untuk menambah suplemen mempertahankan atau juga meningkatkan iman. Sebagai agen pastoral, pewarta kabar baik, kita perlu menjadi Dian yang menyinari kegelapan hati dalam menemukan oase untuk bertahan hidup, menghadapi pelbagai realita yang datang silih berganti dalam Padang gurun kehidupan. Mata setiap orang memandang gembala yang berjalan di depan mereka, setiap hati dambah sukacita dari siraman rohani yang membesarkan hati dan mendorong untuk tetap semangat dan tetap hidup serta memaknai setiap pengalaman dan situasi yang dihadapi dalam perjalanan gurun hidup agar tidak menjadi putus asa. Sebagai seorang biarawati sayapun tertantang karena ketika sedang beribadat komunio tetangga sekitar komunitas mendengar dan rindu mendapatkan jaminan rohani seperti saya,tetapi tidak mendapatnya. Dari tatapan wajah polos memancarkan hati yang terluka oleh goresan beban hidup saya cuma bisa mengulurkan tangan seadanya. Saya bangga akan keuletan mereka memenuhi kebutuhan hidup tanpa merasa putus asa. Ya Tuhan pada saya ada 5 roti dan 2 ikan saya harus bersyukur. Sebagai tanda syukur kupinta Rahmat-Mu agar kami yang Engkau panggil khusus menghayati semangat Injil-Mu tetap setia pada-Mu yang telah setia dan tetap setia bersama kami, agar kami mampu menjadi suplemen untuk engimuni iman mereka yang Engkau titipkan pada kami.