33.4 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Karya kasih Gereja-Gereja Kristus perlu menjadi gerakan bersama

BERITA LAIN

More
    PDS KAS
    Prosesi perarakan jelang Ibadat Ekumene di Gereja SPM Bunda Kristus Wedi (PEN@ Katolik/lat)

    Gereja-gereja Paroki tidak boleh lupa akan saudara-saudari dari Gereja-Gereja lain yang ada di lingkungannya. Relasi yang tulus perlu dibangun sehingga memungkinkan adanya persaudaraan yang tulus. Pekan doa ini tentu hanya menjadi momen tahunan karena sebenarnya persaudaraan ini perlu menjadi bagian dari hidup sehari-hari kita.

    Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang Pastor Eduardus Didik Chahyono Widyatama SJ menulis hal itu dalam bahan doa Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS KUK) 2020 berupa leaflet dan booklet yang dikirim ke seluruh paroki dan komunitas religius di wilayah KAS untuk menegaskan bahwa “usaha mempertemukan karya kasih Gereja-gereja Kristus perlu jadi gerakan bersama.”

    Khusus di Keuskupan Agung Semarang, PDS KUK 2020 mengambil tema “Orang Katolik yang Transformatif.” Dalam bahasa yang lebih sederhana, “Orang Katolik Yang Berdaya Ubah.” Daya ubah, menurut imam itu, tidak akan mungkin terjadi tanpa ada perjumpaan dan ketulusan persaudaraan. Fakta bahwa “Gereja kita tidak lagi satu tidak boleh menjadi alasan untuk lari dari usaha membangun persatuan,” tulis imam itu.

    Juga diamati bahwa di beberapa tempat PDS KUK telah melibatkan jemaat dari segala usia, dari anak-anak, remaja, orang muda hingga dewasa. Sejak dini, PEN@ Katolik mengamati, anak-anak, remaja dan kaum muda sudah diperkenalkan dengan saudara seiman di dalam Yesus Kristus meski berasal dari berbagai Gereja yang berbeda. Jemaat yang hadir pun dari waktu ke waktu semakin bertambah banyak.

    Pastor Didik berharap, yang sudah dirayakan dengan kegembiraan tidak hanya berhenti di gereja, namun diteruskan dalam kerja sama antarlembaga. Dan, jemaat yang sudah berkenalan diharapkan melanjutkan perkenalan dan persahabatan dalam aktivitas bersama.

    Menanggapi hal itu, Ketua Badan Kerja Sama Gereja-gereja Kristen Daerah Istimewa Yogyakarta (BKSAG DIY) Pendeta Agus Haryanto berharap dalam ibadat di GKJ Gondokusuman Yogyakarta, 22 Januari 2020, agar kebersamaan sebagai umat Kristiani tidak semata-mata hanya doa tetapi bagaimana menunjukkan kepedulian kita terhadap pergumulan kehidupan dalam masyarakat dan berbangsa.

    Prihatin dengan adanya kekerasan, radikalisme dan intoleransi, pendeta itu mengajak umat Kristiani, “berjuang bersama melalui bidang masing-masing agar kebaikan hati yang luar biasa, yang telah ditunjukkan oleh orang-orang di Malta bersama dengan Paulus terpancar dalam setiap sikap, bicara, tindakan dan peran kita.”

    Vikaris Episkopal Daerah Istimewa Yogyakarta Pastor Adrianus Maradiyo Pr sependapat. Iman kepada Kristus yang diimani bersama-sama seperti dalam doa-Nya, kata Pastor Maradiyo dalam GKJ Gondokusuman Yogyakarta itu, “mengajak kita semua pula untuk terus membangun persaudaraan yang sejati baik antar-Gereja dengan pelbagai macam denominasi maupun persaudaraan sejati yang hendak terus kita bangun bersama-sama dengan saudara-saudari kita karena Gereja hidup di tengah-tengah masyarakat.”

    Dalam ibadat ekumene di Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Klaten, 21 Januari 2020,  Pendeta Andono Pawoko dari GKJ Prambanan mengajak jemaat supaya semakin menyadari indahnya perayaan perbedaan tersebut. “Dengan perbedaan ini kita menikmati betapa mulianya Tuhan yang sungguh sangat super bijaksana menciptakan perbedaan ini,” katanya.

    Sedangkan dalam ibadat ekumene di Gereja Kristus Raja Ungaran, 20 Januari 2020, Pendeta Andreas Oktavianto dari GKJ Ungaran menegaskan, sebagai sesama umat kristiani, ada kesatuan luar biasa di dalam baptisan. “Kita disatukan dalam baptisan dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kesatuan kita ada di sana. Tentu kesatuan Gereja itu tidak harus agamis dalam kesatuan organisasinya. Tidak mungkin Bapak-Ibu, organisasi gereja yang sudah begitu banyak menjadi hanya satu gereja,” katanya.

    Pendeta Matius Imanuel Totok Dwikorianto dari GPdI Fajar Pengharapan, Klaten, mengatakan, walaupun masing-masing Gereja memiliki pandangan berbeda namun sama-sama dipersatukan lewat penebusan Yesus Kristus.

    “Walaupun kita tahu bahwa setiap Gereja memiliki pandangan berbeda tentang teologi, memiliki tata ibadah berbeda, memiliki kebiasaan-kebiasaan tradisi yang juga mungkin berbeda. Namun, kita semua percaya, kita semua dipersatukan dengan karya penebusan keselamatan lewat Pribadi Yesus Kristus. Dan itulah yang mempersatukan kita semua sehingga Gereja Tuhan harus bersatu, karena dengan demikian berarti Gereja Tuhan hidup di dalam saling mengasihi. Salah satu ciri cara hidup anak-anak Tuhan yaitu mengalami hubungan penuh kasih,” katanya dalam ibadat ekumene di Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Klaten, 21 Januari 2020.(PEN@ Katolik/Lukas Awi Tristanto)

    Artikel Terkait:

    Pekan doa sedunia untuk kesatuan umat Kristiani dapat tanggapan positif umat kristiani

    Paus tutup pekan doa untuk persatuan umat Kristen dengan ajakan menjadi lebih ramah

    Pastor Didik
    Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang Pastor Eduardus Didik Chahyono Widyatama SJ (PEN@ Katolik/lat)
    PDS KAS 3
    Ibadat ekumene di Gereja Santo Ignatius Krapyak (PEN@ Katolik/lat)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI