Home OPINI Rahasia di balik asap putih atau hitam yang keluar dari atap Kapel...

Rahasia di balik asap putih atau hitam yang keluar dari atap Kapel Sistina di Vatikan

0
Foto Jeffrey Bruno | Aleteia
Foto Jeffrey Bruno | Aleteia

Semua umat Katolik akrab dengan ritual asap putih dan hitam yang menyertai pemilihan Paus baru. Ketika asap putih keluar dari atap Kapel Sistina di Roma, itu berarti seorang Paus baru telah terpilih. Jika yang muncul adalah asap hitam, berarti kesepakatan belum tercapai. Namun, tidak banyak orang yang tahu bagaimana ritual yang sudah berlangsung berabad-abad itu berfungsi. Berikut adalah beberapa fakta kunci yang mengungkapkan rahasia di balik “asap konklaf” itu.

  1. Warna asap tercipta berkat proses kimia

Asap putih dan hitam tercipta dengan pembakaran kartu pemilihan yang digunakan para kardinal dalam konklaf kepausan. Amplop-amplop pemilihan kemudian dicampur dengan zat yang berbeda untuk mendapatkan asap berwarna putih atau hitam. Berkat pembakaran bahan tertentu, seperti zink (seng, timah sari) metalik dengan belerang elemental, gas putih yang tebal bisa dihasilkan dan menghasilkan “asap putih” yang terkenal. Membakar bahan-bahan berat yang mengandung zat arang seperti kayu melepaskan senyawa yang terlihat abu-abu atau hitam, sehingga menghasilkan asap “hitam”.

  1. Asap berasal dari dua kompor besi di Kapel Sistina

Kita semua bisa melihat asap yang dikeluarkan oleh cerobong yang mencuat keluar di atap Kapel Sistina. Tapi dari mana asalnya asap itu? Jawabannya terletak pada dua tungku atau alat pembakaran dari besi di Kapel Sistina. Tinggi tungku itu sekitar 3,2 kaki dan memiliki dua bukaan, satu di bagian bawah untuk menghidupkannya dan satu di bagian atas untuk memasukkan amplop-amplop serta bahan-bahan lain yang dibutuhkan untuk pembakaran.

  1. Sistem kompor saat ini pertama kali digunakan tahun 1939

Sistem kompor besi yang digunakan sekarang pertama kali digunakan untuk pemilihan Paus Pius XII tahun 1939. Sejak itu telah digunakan tujuh kali: tahun 1958 (Paus Yohanes XXIII), 1963 (Paus Paulus VI), 1978 (Paus Yohanes Paulus I), 1978 (Paus Yohanes Paulus II), 2005 (Paus Benediktus XVI), 2013 (Paus Fransiskus). Setiap tanggal itu diukir dengan angka Romawi di atas kompor itu.

  1. Sistem kompor panjangnya 98 kaki

Dari bawah ke atas, sistem kompor itu berukuran sekitar 98 kaki. Bagian pertama terbuat dari total 32 tabung sedangkan bagian terakhir, yang mencapai atap, terbuat dari satu tabung sepanjang 65 kaki yang terbuat dari baja dan tembaga.

  1. Hanyalah lonceng dan asap yang diizinkan untuk mengomunikasikan pemilihan Paus

Bersama dengan asap putih, pemilihan Paus yang baru dikomunikasikan dengan dentangan lonceng Basilika Santo Petrus. Bentuk komunikasi lain apa pun tentang hasil konklaf kepausan itu, termasuk pesan teks, dilarang.

  1. Burung camar yang terbang di atas cerobong asap menjadi selebritis media sosial

Dalam konklaf kepausan terakhir tahun 2013, seekor burung camar putih menginjak bagian luar cerobong asap tepat setelah asap hitam dikeluarkan dan membangkitkan simbol harapan. Kelompok-kelompok penonton yang penasaran memfilmkan camar itu dan video itu menjadi viral di media sosial. Burung itu akhirnya terbang setelah menjadi selebritis selama 30 menit.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan V. M. Traverso/Aleteia)

Kompor atau tungku pembakar amplop pemilihan dan bahan-bahan lain yang mengeluarkan asap putih atau hitam dalam konklaf (Cathopedia)
Burung camar menjadi selebritis saat umat menanti keluarnya asap putih dari cerobong asap Kapel Sistina 13 April 2013. (NBCNews)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version