Seperti biasa sejak awal kepausannya, Paus Fransiskus merayakan liturgi untuk menghormati Bunda Maria dari Guadalupe. Banyak anggota komunitas Amerika Latin di Roma ikut bersama Paus merayakan Misa itu di Basilika Santo Petrus, 12 Desember 2019. Paus Benediktus XVI adalah Paus pertama yang merayakan liturgi itu tahun 2011 untuk memperingati dua abad kemerdekaan negara-negara Amerika Latin dan Karibia.
Paus menyampaikan homili tanpa teks dengan mengatakan bahwa liturgi Pesta Bunda Maria dari Guadalupe dengan menampilkan gambarnya di altar memberi kesan tiga kata sifat dalam dirinya. Tiga kata sifat itu menjelaskan esensi Maria: perempuan, ibu, mestiza (berdarah campuran), kata Paus.
Maria seorang perempuan, kata Paus. Dialah perempuan yang paling istimewa terutama karena dia adalah murid Putranya, dia membawa pesan-Nya. “Sesederhana itu,” kata Paus. Meskipun orang-orang Kristiani telah memuliakannya dengan banyak gelar penuh cinta selama berabad-abad, “tidak ada lagi yang diperlukan” untuk menggambarkan Maria, kata Paus. Maria rendah hati dan setia kepada gurunya, Putranya, satu-satunya Penebus.
Maria tidak pernah mengambil apa pun dari Putranya karena dia ibu-Nya. “Dialah ibu kita, ibu umat kita … ibu hati kita,” jelas Paus. Dia bukan hanya Bunda Gereja, dia juga adalah gambaran Gereja. Maka, “yang bisa dikatakan tentang Maria bisa juga dikatakan tentang Gereja yang feminin,” kata Paus. Gereja tidak bisa dibayangkan kecuali dalam pengertian Maria itu. Ini penting untuk memahami peran perempuan dalam Gereja, lanjut Paus. Tidaklah lengkap memahami peran perempuan hanya dengan cara fungsional, kata Paus.
Bunda Maria ingin dilihat sebagai “mestiza” (perempuan berdarah campuran), kata Paus, “tidak hanya dengan Juan Diego. Dia menjadi mestiza untuk menunjukkan bahwa dia adalah ibu semua orang.” Maria berbicara kepada kita sama seperti dia berbicara dengan Juan Diego, dengan lembut, secara keibuan.
Paus mengakhiri homili dengan mengatakan bahwa Maria muncul sebagai orang dengan ras campuran untuk menyampaikan bahwa Putranya juga adalah “mestizo,” Dia adalah Allah, dan Dia adalah manusia.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Suster Bernadette Mary Reis FSP/Vatican News)