Pen@ Katolik

Theodorus Camp 2019 ajak siswa berubah sesuai tuntutan zaman seperti Santa Angela

Salah satu pentyas seni dalam Theodorus Camp 2019 (PEN@ Katolik/ampcp)
Salah satu pentas seni dalam Theodorus Camp 2019 (PEN@ Katolik/ampcp)

Kalau perubahan jaman menuntut perubahan, lakukanlah itu. Itulah nasehat Santa Angela yang menjadi acuan pendidikan Ursulin untuk berubah. Dalam kehidupan Santa Angela, banyak ibu dan anak perempuan mengalami dampak peperangan dan perempuan dilarang bersekolah. Dan, Santa Angela melawan arus dengan masuk biara untuk mengabdi Tuhan Yesus dan berelasi dengan masyarakat. Itulah terobosan pertama yang dilakukan perempuan untuk hidup menggereja dan menjadi warisan bagi kita. Itulah spritualitas Santa Angela.

Kepala SMA Katolik Theodorus Kotamobagu Suster Antoinette Mude OSU berbicara dalam Theodorus Camp 2019 bertema “One Team One Mission” yang dilaksanakan 9-11 Desember 2019 di SMA Katolik Theodorus Kotamobagu, Sulawesi Utara.

Kehidupan Santa Angela, menurut Suster Antoinette, adalah cerminan untuk memberikan pelayanan dan kepedulian terhadap sesama. Lewat Theodorus Camp, suster menegaskan para siswa mulai belajar saling bersimpati dan peduli dalam pergaulan serta berelasi di tengah masyarakat.

Berbagai masukan diterima para siswa dalam kegiatan itu, baik dari ketua yayasan, katekis, orangtua yang Muslim, pendeta, serta pastor paroki.

Ketua Yayasan Setia Bhakti Kotamobagu Suster Theresia Sri Biastuti OSU mengajak para siswa untuk lebih menyadari akan pentingnya lingkungan dengan aksi nyata “Satu Hati Satu Bumi” serta berkomitmen setiap Sabtu pukul 20.00 sampai 21.00 mematikan listrik dan tidak menggunakan SmartPhone walaupun hanya sejam.

Dengan demikian, suster itu percaya, “mereka akan lebih peduli menjaga kebersihan dalam dirinya sehingga rasa nyaman dan percaya diri akan muncul saat sedang berelasi dengan masyarakat, karena masa depan lebih baik ditentukan saat ini.”

Katekis Felani Fransiskus Towaki menambahkan, perlu proses untuk menjadi pemimpin kreatif, karena “Barangsiapa setia pada perkara kecil akan diberi perkara besar.” Felani juga mengajak para siswa untuk menjadi pemimpin rendah hati, mau berkorban dan mampu berorganisir.

Saat memberi penguatan terhadap tujuh siswa, salah satu orangtua siswa, Hajjah Teli Tongkasi, mengatakan, “Kita sebagai umat Muslim harus saling baku sayang, jangan saling marah dan tentunya menjalankan perintah Allah.”

Menurutnya anaknya ingin bersekolah di SMA Katolik karena keinginan sendiri. “Itu tidak menjadi masalah bagi kita sebagai orangtua. Justru di sini kami melihat anak-anak bisa memahami dan peduli keberagaman untuk saling menghargai sesama,” katanya.

Belajar dari kelahiran dan kematian Tuhan Yesus, Pendeta Silia Lumenta Pangalila mengatakan, “ciri-ciri orang benar adalah tidak egois, tidak sombong, namun sabar, setia, taat, mengendalikan diri dan tidak pemarah.”

Menyambut Natal, dia mengajak para siswa untuk tidak egois, namun “saling membantu, mengasihi dan menolong di mulai dari keluarga kita.” Dengan Natal, lanjutnya, “diharapkan ada kedamaian dan sukacita di dalam tindakan dan lebih bijaksana dalam kemajuan dunia pendidikan, dalam menggunakan teknologi.”

Theodorus Camp 2019 diisi dengan lomba yel-yel, lomba vocal grup dan lomba pensi. Kalau para siswa beragama Katolik secara khusus diberi kesempatan menerima Sakramen Tobat, para siswa beragama Islam, Kristen, Hindu dan Budha menerima pembinaan iman.

Kegiatan itu ditutup dengan Misa yang dipimpin Pastor Stevi Moto Pr dan Pastor Engelbert Rio Sumajow Pr. Pastor Stevi berharap anak-anak SMA Katolik Theodorus bisa kerja tim, karena dengan kerja tim mereka bisa saling menghargai, peduli dan saling memperhatikan, dan dengan demikian “tujuan, misi dan visi sekolah ini akan terwujud.”

Masa paling indah, menurut imam itu, adalah saat duduk di bangku SMA. “Namun, di saat lulus kita harus sudah punya misi kehidupan,” kata imam itu seraya percaya para siswa itu memiliki kualitas-kualitas berbeda yang menentukan posisi mereka ke depan.(PEN@ Katolik/michael)

Ketua Yayasan memberikan materi ‘satu hati satu bumi’ (PEN@ Katolik/ampcp)
Pendeta Silia Lumenta Pangalila mengajak siswa menjadi tidak egois, tidak sombong, namun sabar, setia, dan taat (PEN@ Katolik/ampcp)
Theodorus Camp ditutup dengan Misa: saat lulus siswa harus sudah punya misi (PEN@ Katolik/ampcp)