Ribuan orang Katolik datang ke halaman Kantor Bupati Merauke. Mereka datang bukan untuk demo, tetapi untuk mendengar Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC yang berjanji menjaga Papua Selatan sebagai tanah damai selama menjabat sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke. “Saya akan korbankan diri untuk membangun kedamaian di tanah ini. Tetapi memang perlu kerja keras.”
Mgr Mandagi juga menyampaikan rasa bangga kepada masyarakat Papua Selatan yang tetap menjaga kedamaian di tengah situasi yang memanas di Papua. “Saya bangga sebagai uskup di sini. Ketika berbicara dengan banyak orang, saya selalu mengatakan bangga dengan masyarakat Papua Selatan, yang melaksanakan demo tetapi tidak dengan kekerasan. Ini luar biasa,” ungkap uskup.
Di halaman kantor pemerintah itu, Sabtu 26 Oktober 2019, Uskup Mandagi berbicara dalam Misa untuk merayakan 25 tahun tahbisan dirinya sebagai uskup. Setelah Misa yang dipimpinnya bersama para imam diosesan dan religius sebagai konselebran, uskup itu menyalakan lilin sebagai tanda persatuan dan memotong kue ulang tahbisan episkopalnya.
Bupati Merauke Frederikus Gebze, Sekda Merauke Daniel Pauta, tokoh masyarakat Papua Selatan Johannes Gluba Gebze, para pejabat Pemda Merauke, perwakilan muspida, para imam, biarawan-biarawati serta tokoh-tokoh umat hadir dalam perayaan itu. Perayaan yang sama sudah dilaksanakan di Ambon, 18 September 2019.
Dalam homili, uskup meminta umat Papua Selatan tidak pernah takut menyuarakan kebenaran dan membangun persatuan, karena Roh Kudus akan selalu menyertai. “Jangan takut, harus berani tampil sebagai orang Katolik yang menyuarakan kebenaran dan jangan takut mewartakan Tuhan kita. Roh Tuhan ada untuk menguatkan,” kata Mgr Mandagi.
Sudah dibuktikan di Papua Selatan, tegas Uskup Amboina, ada persatuan dan perdamaian, “tetapi Anda buktikan di sini juga ada tantangan, karena kita bukan malaikat, kita orang berdosa.” Tapi, kata uskup, “jangan takut, pengalaman saya 25 tahun sebagai uskup, ketika membantu penyelesaian konflik di Maluku, saya terus-menerus dengan lantang menyuarakan persatuan dan perdamaian.”
Persatuan, jelas Mgr Mandagi, adalah inti beragama secara Kristiani, itu perutusan Gereja. “Gereja harus tampil menyuarakan persatuan sejati sebagaimana Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus, yang bersatu dalam kasih. Maka, kalau mau cari model persatuan datanglah kepada Allah Tritunggal. Itu model persatuan sejati. Banggalah sebagai orang Kristen, kita bersatu karena kita berpatokan pada Allah kita yang bersatu dalam kasih. Kita harus bersatu. Inilah perutusan Yesus, inilah perutusan kita. Orang Kristen akan jadi agama omong kosong kalau kita tidak mencintai persatuan,” tegas uskup.
Persatuan, menurut uskup, harus dibangun dalam keluarga, Gereja dan masyarakat, meski tidak mudah. “Sering terjadi perpecahan dalam Gereja, apalagi karena duit. Juga terjadi perpecahan dalam keluarga, karena perselingkuhan dan mabuk, dalam masyarakat karena agama dan politik. Sebagai sumber persatuan dan sumber persaudaraan akhirnya agama menjadi sumber perpecahan,” kata uskup.
Mewakili umat, Vikjen Keuskupan Agung Merauke Pastor Hengky Kariwop MSC berterima kasih kepada Mgr Mandagi yang bersedia menjadi administrator apostolik. “Dalam usia memasuki 70 tahun, Mgr Mandagi masih memiliki semangat melayani umat di dua keuskupan,” kata Pastor Kariwop seraya mengatakan pesta itu adalah tanda ucapan terima kasih umat. Imam itu juga berterima kasih kepada bupati yang memfasilitasi pesta itu.
Bupati Frederikus Gebze menyampaikan profisiat kepada Mgr Mandagi dan berterima kasih kepada keuskupan yang bersama pemerintah menjaga kedamaian di Kabupaten Merauke. “Kami juga sampaikan terima kasih kepada umat Katolik dan panitia yang mendesain acara ini sehingga berjalan dengan baik. Ini yang pertama kali dilaksanakan Misa di sini,” kata bupati seraya berharap perayaan itu membawa perubahan di Keuskupan Agung Merauke.
Menurut Johannes Gluba Gebze, Mgr Mandagi yang memiliki keagungan hati diutus Tuhan untuk melakukan yang terbaik menurut kehendak Allah dan harapan umat di Tanah Hati Kudus Yesus. Dia juga menyampaikan profisiat kepada Mgr Mandagi yang setia menjalani perutusan sebagai gembala di Tanah Amboina dan Merauke.
“Tanah Papua Selatan adalah hati Allah dalam simbol Hati Kudus Yesus. Jadi semua perbedaan yang tinggal di sini terbingkai hidup damai dalam hati Allah. Pulau Papua boleh kacau, tetapi di tempat ini ada kedamaian untuk semua. Tuhanlah yang menghendaki Bapak Uskup ada di sini untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya,” kata Gluba.
Mgr Mandagi yang lahir di Kamangta, Sulawesi Utara (Sulut), 27 April 1949, menjabat Uskup Amboina sejak 10 Juni 1994. Mantan SD Katolik Kamangta (1954-1960) itu meneruskan pendidikan di Seminari Menengah Kakaskasen, Tomohon, hingga 1967, dan bergabung dengan Tarekat MSC dan menjalani pendidikan filsafat dan teologi di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng, 1975.
Setelah tahbisan imam 18 Desember 1975, Mgr Mandagi diangkat menjadi socius sekaligus pembina calon anggota MSC di Karanganyar (1976-1977) dan kemudian menjadi Kepala Paroki Bunda Hati Kudus, Kemakmuran, Jakarta hingga 1978.
Setelah studi di Leuven, Belgia (1978-1981) dengan meraih MA dalam Religious Studies (1979) dan Lisensiat dalam Teologi Dogmatik (1981), Mgr Mandagi kembali ke Indonesia dan menjadi dosen dogmatik di Seminari Tinggi Pineleng hingga 1990. Sementara itu Mgr Mandagi menjadi kembali bertugas sebagai socius sekaligus pembina calon imam MSC (1981-1982) dan superior pembina Skolastikat MSC (1982).
Provinsial MSC Provinsi Indonesia sejak 1990 itu ditunjuk oleh Paus Yohanes Paulus II menjadi Uskup Amboina (10 Juni 1994) menggantikan Mgr Andreas Peter Cornelius Sol MSC dan ditahbis 18 September 1994 oleh Mgr Sol didampingi Uskup Auksilier Amboina Mgr Josephus Tethool MSC dan Uskup Auksilier Makassar Mgr Johannes Liku Ada.
Uskup Mandagi pernah menjabat Ketua Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) (1997-2003), Anggota Presidium KWI (2000-2003), Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian dan Pastoral Perantau KWI (2003-2009), dan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan sekaligus Anggota Presidium KWI (2009-2015).
7 Agustus 2019, Mgr Mandagi diangkat oleh Tahta Suci menjadi Administrator Apostolik sede plena Keuskupan Agung Merauke menggantikan Mgr John Philip Saklil yang meninggal dunia setelah seminggu ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Merauke karena Tahta Suci minta uskup waktu itu Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC menjalani on-going formation.(PEN@ Katolik/Yakobus Maturbongs)
Artikel terkait: