“Saya terpesona dengan Pastor Bayu karena ke mana pun dia berjalan dia selalu membaca buku, dia tidak mau memboroskan waktu, dia baca buku terus, sehingga di Filipina, di Universitas kami, dia memperoleh kehormatan tertinggi karena nilainya tertinggi di antara semua frater. Ini pasti lewat doa. Dia juga berusaha supaya lulus, dan dia bukan hanya lulus tetapi nilainya paling baik.”
Pastor Edmund Nantes OP, mantan provinsial Ordo Pewarta Provinsi Filipina yang kini bertugas sebagai Rektor Seminari Tinggi Antarkeuskupan Antonino Ventimiglia Pontianak berbicara dalam homili Misa Perdana Pastor Valentinus Bayuhadi Ruseno OP (Pastor Bayu) di Gereja Santa Odilia Cikutra Bandung.
Misa itu dipimpin Pastor Bayu dengan pendamping Pastor Andre Putranto Nursantosa Pr (salah satu dari empat imam yang ditahbiskan bersama Pastor Bayu), Pastor Nantes OP, dan Pastor Emanuel Bambang Adhi Prakoso OSC sebagai kepala paroki, serta 19 imam konselebran, beberapa di antaranya imam OP dari Filipina, dan imam-imam OSC yang menjalankan paroki itu. Orang tua, keluarga dan saudara-saudara Pastor Bayu juga suster serta frater dan bruder OP dan Dominikan Awam dari Filipina dan Indonesia serta umat paroki itu memenuhi gereja serta bagian depan dan sampingnya.
Di akhir Misa itu Pastor Bayu menyerahkan kepada ibunya, Katharina Endang Suryati, sebuah kain khas “sangat spesial” yakni manutergium atau lap tangan yang digunakan imam baru untuk mengelap minyak krisma yang diurapi uskup ke telapaknya dalam ritus tahbisan agar tangan itu diberkati untuk bisa mengkonsekrasi Tubuh dan Darah Kristus.
“Menurut tradisi, manutergium adalah tiket ke surga untuk mama atau ibu dari imam baru karena sudah mempersembahkan anaknya sendiri kepada Tuhan,” kata Pastor Bayu yang kemudian turun dari mimbar dan menyerahkan manutergium itu kepada ibunya. Untuk ayahnya, Bernardinus Budihadi Nursasono, lanjut Pastor Bayu, tiket ke surga adalah stola pertama yang dipakai imam baru saat mendengarkan pengakuan dosa yang pertama.
“Nanti kalau ke surga, Santo Petrus akan tanya kepada orang tua, kamu siapa, dan ibu akan menjawab saya seorang ibu. Bagaimana kamu menghidupi panggilan kamu sebagai ibu? Anak saya menjadi Romo. Mana buktinya. Dan manutergium itu diberikan sang ibu sebagai buktinya. Begitu juga dengan ayah,” cerita Pastor Bayu.
Pastor Bayu ditahbiskan imam oleh Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC di Gereja Santo Paulus Bandung 25 Juli 2019, dan Misa Perdana itu dirayakan 27 Juli 2019. Pastor Nantes yakin Pastor Bayu dan keluarganya mendoakan panggilan dan imamat itu, namun “doa harus disertai usaha.”
Yesus, lanjut Pastor Nantes, “mau kita meminta kepada-Nya dengan doa, tapi harus ada partisipasi kita sendiri.” Imam itu yakin, di waktu kecil Pastor Bayu juga diajari oleh ibu dan bapanya untuk berdoa dan menghadiri Misa meski saat itu dia tidak mengerti apa itu Misa.
“Waktu kecil, selain Misa Minggu, saya tiap hari diharuskan berdoa Rosario, sehingga saya benci Rosario. Tetapi orangtua tidak menyerah. Kami tujuh anak, saya anak sulung, semua nakal-nakal, tapi berdoa terus, meski program tv bagus, doa terus, karena kita punya waktu makan bersama, nonton tv bersama, doa bersama. Saya tak mengerti yang saya doakan. Tapi lucunya, saya jadi imam Dominikan dengan Rosario panjang-panjang. Dulu saya membencinya sekarang saya harus mendoakannya setiap hari,” cerita imam itu.
Pastor Nantes mengakui, pasti ada permohonan dalam doa yang tidak dikabulkan, “namun dengan berdoa kita dibentuk” dalam keluarga dan paroki yang merupakan sekolah doa.
Usaha bahkan kegigihan ditunjukkan Pastor Nantes dengan menceritakan kegigihan Santa Odilia, perawan dan martir, yang meminta sampai tiga kali penampakan kepada Bruder Yohanes Novelan de Eppa OSC di Paris, agar diberi izin oleh kepala biara OSC membuat penggalian di kebun buah Cologne untuk menemukan relikuinya yang bisa menyembuhkan.
“Dengan kegigihan kita dilatih. Kalau berdoa seperti Yesus, kita bersatu dengan Yesus, pikiran-Nya pikiran kita, kehendak-Nya kehendak kita, cita-cita-Nya cita-cita kita juga. Kalau bersatu dengan Kristus atau dengan perantaraan-Nya pasti doa itu menyenangkan Allah. Itu yang dikabulkan,” kata Pastor Nantes.
Misa perdana, menurut Pastor Nantes, adalah Misa Syukur. Maka, Pastor Bayu kembali ke parokinya, Paroki Odilia, tempat dia berdoa saat kecil, untuk bersyukur dan berterima kasih atas banyak karunia yang dia terima, karunia kehidupan, karunia keluarga, karunia panggilan, karunia sebagai Dominkan dan karunia imamat. “Tapi semua karunia itu tidak bertumbuh begitu saja, pasti dia berusaha dengan gigih, studi lagi, baca lagi, usaha lagi, kalau jatuh coba lagi, bangun lagi,” tegas imam itu.
Pastor Nantes mengingatkan, panggilan Pastor Bayu muncul dari Pastor Edwin Latutenten OSC, mantan kepada Paroki Odilia, yang “sangat baik, bagus saat berkhotbah dan berelasi dengan umatnya.” Tapi, ketika remaja “dia punya pacar-pacar, cinta monyet.”
Kita tidak tahu bagaimana Tuhan mengabulkan doa imam baru itu, tegas imam itu, namun ”kita hadir di sini secara istimewa untuk bersyukur kepada Allah karena Allah Tuhan mendengarkan doa orang beriman.”(PEN@ Katolik/paul c pati)
Artikel Terkait:
Yang tidak betah di gereja dan disenangi banyak cewek kini menjadi imam
Mgr Subianto ajak lima diakon berkomitmen lawan aji mumpung setelah tahbisan imamat