Pertunjukan empat barongsai dua berwarna kuning dan lainnya berwarna merah dan orange dari grup ‘Barongsai Sejahtera’ menghiasi pintu masuk Katedral Santo Yoseph Pontianak di pagi hari, Tahun Baru Imlek 2570, tanggal 5 Februari 2019.
Seusai pertunjukan itu barulah Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus beserta sembilan imam konselebran termasuk seorang diakon dari Keuskupan Agung Pontianak memasuki katedral itu untuk merayakan Misa Imlek yang dihadiri sekitar dua ribu umat, termasuk lantai bawah. Misa itu ditandai dengan suasana merah-merah atau lambang kebahagiaan. Banyak orang tua datang bersama anak dan cucu mereka merayakan tahun baru itu dengan Misa.
Hari ini, kata Mgr Agus dalam ritus pengantar, “kita diingatkan Tuhan untuk menyadari begitu pentingnya hati tertuju kepada Tuhan. Jika hati dan pikiran kita tertuju kepada Tuhan, artinya kita berserah kepada Tuhan, dan dengan sendirinya berkat dan hidup sejahtera kita capai.”
Kata kunci untuk mencapai dan menyadari indahnya rencana Tuhan, lanjut Mgr Agus, adalah “percaya.” Tahun baru Imlek ini adalah Tahun Babi. “Menurut orang Tionghoa, yang Shio Babi harus hati-hati dalam berjuang dan melakukan tindakan, dalam bekerja maupun beraktivitas sehari hari. Namun yang paling penting, bukan terdapat pada shio atau tahun saja, melainkan bagaimana kita menghayati hidup dengan berkaca dari tahun yang lama dan hidup baru di tahun yang baru,” tegas Mgr Agus.
Tarian pembukaan oleh sembilan anak Sekami dengan busana Tionghoa yang mengiringi perarakan pembukaan bersama 14 OMK dengan ‘Tenlung’ serta 20 pasutri sudah kembali duduk di dalam katedral.
“Hidup lama kita tinggalkan, dan tahun baru kita sambut. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan Gong Xi Fa Cai,” kata Mgr Agus.
Dalam ritus penutup, Mgr Agus memberkati anak-anak sekaligus membagikan angpao kepada semua anak-anak yang menghadiri Misa di katedral itu, serta buah jeruk dan angpao kepada umat lansia berumur 70 hingga 97 tahun.
Tarian dan lagu Imlek dari anak-anak menutup Misa. Seusai Misa, masih ada lagi yang dibagi oleh Mgr Agus bersama para imam, yakni jeruk dan kue keranjang sebagai tanda bahwa “dengan berbagi kita akan mendapatkan,” jelas uskup, dan kembali bunyi gong terdengar dan tarian Barongsai beraksi lagi di luar katedral.(PEN@ Katolik/samuel)