Bapa Sinode dari Indonesia, Uskup Ketapang Mgr Pius Riana Prapdi, mengatakan dalam Sinode tentang kaum muda di Vatikan bahwa pendidikan, pekerjaan, perjuangan melawan intoleransi dan perlindungan lingkungan hidup merupakan tantangan utama yang dihadapi orang muda di negaranya.
“Negara diminta untuk memberi kepada mereka pendidikan yang memadai, dengan kualitas yang sama baik di daerah lebih maju, seperti Jawa dan Sumatra, serta daerah kurang sejahtera, seperti Papua dan Kalimantan,” kata Mgr Prapdi kepada AsiaNews seperti dilaporkan oleh Vatican News.
Ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) itu mewakili Gereja Indonesia dalam Sinode Para Uskup sedunia di Vatikan bersama Uskup Pangkalpinang Mgr Adrianus Sunarko. Selain itu, OMK Indonesia diwakili oleh seorang wanita awam muda, yang anggota Komisi Kepemudaan KWI, Anastasia Indrawan, yang hadir sebagai auditor.
Sinode Para Uskup 3-28 Oktober dengan tema, “Kaum Muda, Iman dan Pencermatan Panggilan” akan berakhir hari Minggu, 28 Oktober dengan Misa yang akan dipimpin Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus di Vatikan.
Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan merupakan negara terpadat keempat di dunia, sedang mengalami transisi demografis. Di tahun-tahun mendatang, segmen penduduk yang lebih muda akan terus tumbuh, meskipun sedikit lebih lambat daripada orang tua mereka. Menurut data pemerintah, yang berusia antara 15 dan 29 berjumlah lebih dari 62 juta dari perkiraan penduduknya sebanyak lebih dari 266 juta.
Puas dengan jumlah besar orang muda itu, Uskup Prapdi mengatakan, jumlah angkatan kerja yang banyak itu membutuhkan pekerjaan berkualitas, sehingga pelatihan kejuruan menjadi sangat penting. “Akan menjadi bencana jika orang muda tidak berkualitas dan memiliki pola pikir lemah,” tegas uskup itu.
Di samping itu, Mgr Prapdi mengakui orang muda di negara dengan penduduk Muslim terbanyak itu juga terancam oleh tekanan Islamis. “Hubungan antara umat yang berbeda itu baik,” tetapi perlu diakui bahwa “kelompok-kelompok radikal beroperasi dalam masyarakat, mempromosikan intoleransi dengan daya tarik yang besar bagi orang muda.”
Menurut uskup itu, pembangunan ekonomi tidak boleh mengabaikan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Maka, uskup itu menyerukan adanya “komitmen serius terhadap alam” melalui program dan inisiatif yang melawan konsumerisme dan masalah-masalah yang ditimbulkannya, seperti monokultur, penggunaan plastik dan kertas yang berlebihan dan penggundulan hutan.
Di Indonesia, dari sekitar tujuh juta umat Katolik, dua juta masih muda. “Kami sadar, mereka merupakan ‘kawanan kecil’ tetapi kami dapat menghadapi tantangan-tantangan itu karena tahu bahwa mereka adalah misionaris di dunia saat ini,” kata Uskup Prapdi.
Indonesia memiliki 37 keuskupan. Di banyak keuskupan itu, lanjut Mgr Prapdi, dan juga di tingkat nasional, Gereja menawarkan kepada anak-anak muda, pria dan wanita, berbagai program pelatihan bisnis, kepemimpinan, perlindungan lingkungan, dan dialog antaragama. “Dengan cara ini,” kata uskup itu, “mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan Gereja dan masyarakat.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
Artikel Terkait:
Orang muda dari Indonesia salah satu penyusun pesan sinode untuk orang muda sedunia
Sinode para uskup: Orang muda kurang digunakan bukan tidak berguna