Pasangan suami-istri (pasutri) Katolik perlu bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang memberikan kekuatan kepada pasangan hidup untuk melewati lika-liku hidup berkeluarga, dan pasutri harus berkomitmen memelihara hubungan dalam keluarga agar selalu damai dan tenang.
Kedua hal itu kadang menjadi pemicu keretakan hubungan komunikasi antara pasangan suami istri dalam berkeluarga, maka mantan Koordinator Badan Pelayanan Pembaruan Kharismatik Katolik Keuskupan Agung Surabaya Laurentius Suliadi mengangkat hal itu dalam sebuah talk show pasutri.
Acara bertema “Merajut Kembali Cinta Suami istri Melalui Pergumulan Spiritualitas St Yusuf, Pria Sejati, Teladan dan Pelindung keluarga Kristiani” berlangsung di Gedung Karya Pastoral Paroki Santa Helena, Curug, 25 Maret 2017.
Talk show itu diikuti 180 orang terdiri dari pasutri dari beberapa paroki di Dekanat Tangerang yakni Paroki Agustinus Karawaci, Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang, Paroki Santo Laurensius Alam Sutera, Paroki Santa Monika BSD, Paroki Sana Odilia Citraraya.
Kurang bersyukur dan tidak berkomitmen, menurut Laurentius, menjadi alasan keretakan pasutri bahkan berujung pada perceraian yang sesungguhnya tidak diinginkan dalam Gereja Katolik. Maka, “jikalau dua hal itu menjadi perhatian maka kebahagiaan keluarga niscaya akan tercapai,” katanya.
Akhir-akhir ini, Laurentius mengamati, pasutri sedang menghadapi tantangan berat berupa kemelut yang melanda rumah tangga, akibat keegoisan sesaat. “Kadang kala, kehidupan keluarga menjadi berantakan karena kurang setia, faktor ekonomi, dan kekerasan dalam rumah tangga,” katanya.
Pembicara lain, Laurentia Naniek Natalia menegaskan, bagi isteri, kesalahan tidak selamanya terletak pada laki-laki, dan bagi suami kesalahan tidak selalu terletak pada perempuan. “Setiap peristiwa dalam rumahtangga sesungguhnya merupakan saat untuk merefleksikan apa yang terjadi dalam keluarga, sehingga hambatan dalam komunikasi bisa diselesaikan dengan damai dan kepala dingin,” katanya.
Pastor Felix Supranto SSCC dalam kotbahnya mengajak pasutri Katolik untuk selalu meneladani kesetiaan, kesederhanaan, dan kepatuhan Santo Yosef, dan “bersikap rendah hati dalam kehidupan setiap hari.”
Ketua penyelenggara talk show itu, Antonius A Janto Singgih menjelaskan, kegiatan itu dilaksanakan untuk memberikan penyegaran terhadap pasutri sehingga mereka selalu merenungkan perjalanan hidup berkeluarga khususnya pada saat mengalami situasi krisis.
Kegiatan talkshow selain dihadiri juga oleh umat dari paroki tetangga yakni Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung, Keuskupan Bogor. (Konradus R Mangu)