MANADO, Pena Katolik — Suasana syukur dan sukacita memenuhi Aula Mapalus Kantor Gubernur Sulawesi Utara saat Perayaan Ekaristi menandai pembukaan resmi Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I Provinsi Sulawesi Utara, Kamis 13 November 2025. Perayaan kudus ini dipimpin oleh Uskup Keuskupan Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC, sebagai selebran utama bersama para pastor konselebran. Ratusan umat dan peserta dari berbagai kabupaten/kota hadir dengan wajah penuh harapan, menjadikan momentum ini bukan sekadar seremoni, melainkan ruang perjumpaan yang menghangatkan.
Dalam sambutannya, Uskup Rolly menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara serta seluruh pemerintah kabupaten/kota atas dukungan penuh bagi terselenggaranya Pesparani pertama di Bumi Nyiur Melambai.
“Atas nama umat Katolik Keuskupan Manado, khususnya yang ada di Sulawesi Utara, saya sungguh berterima kasih dan memberi apresiasi atas dukungan, sinergi, dan kolaborasi yang sudah terbangun bersama pemerintah. Semoga perhatian dan kerja sama ini terus berlanjut, bukan hanya dalam perhelatan Pesparani, tetapi juga dalam karya pelayanan dan kemasyarakatan di hari-hari mendatang,” ujar Mgr. Rolly.
Sebagai pesta iman yang merayakan keindahan liturgi dan seni suara Gereja Katolik, Pesparani I Sulut membawa semangat mempererat persaudaraan, memelihara nilai kemanusiaan, serta memperkuat kerukunan antarumat beragama. Di tengah masyarakat yang majemuk, Pesparani menjadi jembatan yang menghubungkan iman, budaya, dan kehidupan sosial.
Usai Perayaan Ekaristi, acara berlanjut dengan seremoni pembukaan yang ditandai pemukulan tetengkoren — simbol budaya Sulawesi Utara yang melambangkan persatuan dan panggilan kebersamaan. Pemukulan dilakukan oleh Gubernur Sulut Yulius Selvanus, Wakil Gubernur Victor J. Mailangkay, Sekum LP3KN sekaligus Direktur Urusan Agama Katolik Ditjen Bimas Katolik Kemenag RI Salman Habeahan, Kakanwil Kemenag Sulut H. Ulyas Taha, serta Kasdam XIII/Merdeka Brigjen TNI Yustinus Nono Yulianto. Dentuman tetengkoren menggema, menghadirkan rasa haru dan kebanggaan bagi peserta yang telah lama menantikan momen ini.
Dalam sambutannya, Gubernur Yulius menekankan bahwa Pesparani merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mendorong kehidupan beragama yang rukun, harmonis, dan saling menghargai. Ia berharap ajang ini memberi ruang bagi talenta seni gerejani untuk bertumbuh sekaligus memperkuat karakter masyarakat Sulawesi Utara yang dikenal religius dan toleran.
Pembukaan Pesparani I Sulut tidak hanya mencatat sejarah baru bagi provinsi ini, tetapi juga menegaskan kembali bahwa harmoni dan kolaborasi adalah fondasi penting dalam membangun masyarakat. Melalui lantunan mazmur, paduan suara, dan doa bersama, Pesparani menghadirkan pesan bahwa iman dapat berjumpa dengan budaya, dan kebersamaan dapat menjadi rumah bagi semua.
Dengan semangat itu, Pesparani I Sulut resmi dimulai — ruang di mana suara-suara terbaik dipersembahkan bukan hanya untuk kompetisi, tetapi untuk memuliakan Tuhan dan merayakan persaudaraan tanpa sekat.
