PEKAN BIASA IV (H)
Peringatan Wajib Santo Yohanes Don Bosko;
Santa Marcela
Bacaan I: Yer. 1:4-5.17-19
Mazmur: 71:1-2.3-4a.5-6ab.17; R; 15ab
Bacaan II: 1Kor. 12:31-13:13
Bacaan Injil: Luk. 4:21-30
Sekali peristiwa, Yesus mengajar orang banyak di rumah ibadat di kota asalnya, kata-Nya: ”Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: ”Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: ”Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Renungan
Injil mengisahkan peristiwa Yesus ditolak di kampung halamannya sendiri. Terhadap pengalaman penolakan itu, Yesus bersikap positif dengan mengatakan: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” (Luk. 4:24).
Sebagai manusia biasa, penolakan juga sering kita alami, namun Yesus mengajarkan kepada kita agar menyikapi penolakan secara arif sebagai peluang untuk maju dan berkembang. Sabda Yesus meneguhkan pelayanan dan perjuangan kita para pengikut-Nya agar tidak mudah putus asa dan kecewa.
Dalam hidup bersama, hidup komunitas, dan hidup bermasyarakat, kadang kala orang-orang yang membawa ide baru bagi pembaruan mendapat penolakan. Orang tidak melihat apa yang baik yang kita lakukan atau katakan, tetapi melihat siapa kita di masa lalu kita. Mungkin kita pernah menjadi korban dari sikap negatif seperti ini, atau juga barang kali kitalah orang yang berpikiran negatif tersebut, sehingga dengan sadar kita justru membelenggu sesama kita pada masa lalunya. Kisah penolakan Yesus kiranya menggerakkan nurani kita untuk bercermin diri dan tidak melakukan hal yang sama, yang dapat membelenggu sesama kita di masa lalunya.
Ya Tuhan yang maha pengasih, aku bersyukur atas segala kebaikan yang kualami. Aku juga bersyukur atas segala penolakan yang kadangkala aku alami dalam hidup. Semoga aku dimampukan untuk menerima pengalaman penolakanku sebagai peluang untuk lebih berbuat kebajikan bagi sesama, dan apa yang tidak aku kehendaki orang perbuat untuk aku, tidak akan aku lakukan hal yang sama juga kepada sesamaku. Teguhkanlah niat suciku ini. Amin.