Home PLURALISME Mahasiswa-mahasiswi Islam belajar kekatolikan di pastoran dan gereja Katolik

Mahasiswa-mahasiswi Islam belajar kekatolikan di pastoran dan gereja Katolik

0

Mejeng+bersama+setelah+Misa+Suci

Sebanyak 30 mahasiswa-mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Sunan Walisongo, Semarang datang bersilaturahmi ke Pastoran Fransiskus Xaverius Kebon Dalem Semarang untuk berjumpa dengan Kepala Paroki Pastor Aloys Budi Purnomo Pr dan belajar mengenai kekatolikan dan perihal Gereja Katolik.

“Dengan mengenal kekatolikan, kami bisa memahami perbedaan dan saling menghargai perbedaan,” jelas salah seorang mahasiswa, Luqman, kepada Pastor Budi serta kepada teman-teman lain, termasuk sejumlah orang muda Katolik yang ikut menyambut mereka tanggal 31 Mei 2014.

Ketika datang sekitar pukul 15.30, mereka menanyakan masjid terdekat untuk sholat dan Pastor Budi menunjukkan masjid terdekat dan mereka sholat di situ.

Kedatangan mereka ke Kebon Dalem, menurut Pastor Budi, tidaklah spontan. “Ini sudah direncanakan beberapa waktu lalu, ketika empat di antara mereka menemui saya. Acaranya kami sepakati demikian. Diawali penjelasan tentang kekatolikan dari pukul 16.00 hingga 17.00, lalu melihat tata cara ibadat Katolik dari pukul 17.30 hingga 19.00, dan tanya jawab setelah makan malam bersama.

Menurut Pastor Budi, kemauan mereka untuk datang dan keinginan untuk tahu tentang kekatolikan bukanlah dalam katekumenat melainkan dalam rangka upaya melek agama lain. “Ini semangat yang bagus untuk anak-anak muda. Hemat saya, anak-anak muda harus diajak melek agama lain. Dengan demikian fanatisme dan radikalitas bisa ditangkal,” kata Pastor Budi kepada media Katolik.

Setelah sekitar satu seperempat jam memberikan info-info seputar kekatolikan, mulai dari institusi Gereja Katolik hingga spirit pelayanan dan landasan iman akan Tritunggal Mahakudus, serta menjelaskan pandangan positif Gereja Katolik terhadap agama-agama lain seperti tertulis dalam Nostra Aetate, Pastor Budi berangkat ke gereja untuk persiapan Misa.

Seperti biasa, sebelum Misa, Pastor Budi berdiri di depan pintu gereja untuk menyalami umat. Lima menit menjelang Misa mulai, mahasiswi-mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Walisongo itu juga ke gereja. “Mereka bukan hanya mau mendengar tetapi mau melihat, mengamati, menyaksikan dan turut merasakan suasana tata ibadat Katolik melalui Perayaan Ekaristi,” jelas imam itu.

Perayaan Ekaristi berjalan seperti biasa dengan kehadiran “para tamu” yang sedang belajar untuk tahu apa dan bagaimana itu Gereja Katolik. Kebetulan ritus tobat menggunakan percikan air suci Asperges me. Maka sebelum percikan, imam itu menjelaskan, “Percikan air ini adalah percikan air suci. Bukan untuk baptisan melainkan untuk pembersihan. Kalau teman-teman mau sholat harus wudhu terlebih dahulu, percikan air suci bisa dianggap wudhlu ala Katolik.” Mereka pun mengikuti ritus percikan dengan tenang dan khusyuk.

Di saat homili dimulai, waktu menunjukkan pukul 17.55. Maka, imam itu mengawali homili dengan mengatakan, “Teman-teman dari IAIN yang terkasih. Sekarang sudah pukul 17.55. Masih ada kesempatan mendirikan sholat magrib. Selama saya kotbah atau homili, silahkan kalian sholat magrib di pastoran.” Sejumlah OMK lalu menjemput mereka dan mengantar ke pastoran untuk sholat magrib.

Homili dilanjutkan. Dua puluh menit kemudian mereka masuk lagi di gereja persis saat Pastor Budi menutup homili dengan menegaskan kembali kutipan dari bacaan kedua, “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.” (1 Petrus 4:14)

Bisa jadi, kata Pastor Budi, meski tidak mengimani Kristus, hanya karena teman-teman IAIN hadir dalam Misa dalam rangka belajar kenal bukan dalam rangka iman pun, mereka akan “dinista karena nama Kristus”. Maka imam itu menegaskan, “Berbahagialah! Jangan takut! Anda semua tetap seorang Muslim yang membawa rahmatanlilalamin!”

Di akhir Misa, dalam kaitan dengan penutupan bulan Mei sebagai Bulan Maria, Pastor Budi mengajak mereka tahu sikap dan iman Katolik terhadap Bunda Maria yang dalam Alquran disebut Siti Maryam, ibunda Isa Almasih. “Mereka pun ikut dalam ritus ini dengan khidmat! Sungguh mereka pun telah menjadi berkat bagi umat dan masyarakat!”

Selesai Misa, para mahasiwa-mahasiswi itu makan malam bersama di pastoran. Setelah makan, diadakan tanya jawab hingga pukul 21.00. Mereka pulang. “Mas Luqman pun mengirimkan sms  … ‘Romo, matur nuwun nggeh …, sudah memberikan pengalaman yang luar biasa … Semoga silaturahmi ini nanti bisa tetap berlanjut …” (pcp)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version