Kamis, November 20, 2025

Bacaan dan Renungan Selasa 25 November 2025, Pekan Biasa ke-XXXIV (hijau)

Bacaan I – Dan. 2:31-45

Ya raja, tuanku melihat suatu penglihatan, yakni sebuah patung yang amat besar! Patung ini tinggi, berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan tuanku, dan tampak mendahsyatkan. Adapun patung itu, kepalanya dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga, sedang pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat.

   Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk.

Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan. Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi.

Itulah mimpi tuanku, dan sekarang maknanya akan kami katakan kepada tuanku raja. Ya tuanku raja, raja segala raja, yang kepadanya oleh Allah semesta langit telah diberikan kerajaan, kekuasaan, kekuatan dan kemuliaan, dan yang ke dalam tangannya telah diserahkan-Nya anak-anak manusia, di manapun mereka berada, binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, dan yang dibuat-Nya menjadi kuasa atas semuanya itu? Tuankulah kepala yang dari emas itu.

   Tetapi sesudah tuanku akan muncul suatu kerajaan lain, yang kurang besar dari kerajaan tuanku; kemudian suatu kerajaan lagi, yakni yang ketiga, dari tembaga, yang akan berkuasa atas seluruh bumi.

Sesudah itu akan ada suatu kerajaan yang keempat, yang keras seperti besi, tepat seperti besi yang meremukkan dan menghancurkan segala sesuatu; dan seperti besi yang menghancurluluhkan, maka kerajaan ini akan meremukkan dan menghancurluluhkan semuanya.

   Dan seperti tuanku lihat kaki dan jari-jarinya sebagian dari tanah liat tukang periuk dan sebagian lagi dari besi, itu berarti, bahwa kerajaan itu terbagi; memang kerajaan itu juga keras seperti besi, sesuai dengan yang tuanku lihat besi itu bercampur dengan tanah liat.

   Tetapi sebagaimana jari-jari kaki itu sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat, demikianlah kerajaan itu akan menjadi keras sebagian dan rapuh sebagian.

Seperti tuanku lihat besi bercampur dengan tanah liat, itu berarti: mereka akan bercampur oleh perkawinan, tetapi tidak akan merupakan satu kesatuan, seperti besi tidak dapat bercampur dengan tanah liat.

   Tetapi pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya,

   tepat seperti yang tuanku lihat, bahwa tanpa perbuatan tangan manusia sebuah batu terungkit lepas dari gunung dan meremukkan besi, tembaga, tanah liat, perak dan emas itu. Allah yang maha besar telah memberitahukan kepada tuanku raja apa yang akan terjadi di kemudian hari; mimpi itu adalah benar dan maknanya dapat dipercayai.”

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

MT Dan. 3:57-61

  • Pujilah Tuhan, hai segala buatan Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
  • Pujilah Tuhan, hai segala malaikat Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
  • Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tentara Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Bacaan Injil – Lukas 21:5-11

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus:

“Apa yang kamu lihat di situ? Akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?”

Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.

Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Tanda-Tanda Zaman

Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya tentang runtuhnya Bait Allah dan tanda-tanda zaman: peperangan, gempa bumi, kelaparan, dan berbagai bencana. Murid-murid terkejut karena Bait Allah adalah simbol kemegahan iman mereka. Namun Yesus mengingatkan bahwa segala sesuatu yang tampak megah di dunia ini tidaklah kekal.

Pesan Yesus bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk meneguhkan iman. Ia ingin para murid memahami bahwa iman tidak boleh bergantung pada bangunan fisik atau simbol duniawi, melainkan pada Allah yang hidup. Ketika dunia diguncang oleh krisis, peperangan, atau bencana, kita diajak untuk tetap teguh dan tidak panik.

Yesus juga mengingatkan agar kita tidak mudah tertipu oleh “mesias palsu” atau berita yang menyesatkan. Dunia modern penuh dengan informasi yang beredar cepat, sering kali menimbulkan kebingungan. Firman ini mengajak kita untuk memiliki kebijaksanaan rohani: menyaring informasi, tetap berpegang pada kebenaran Injil, dan tidak hanyut dalam ketakutan.

Renungan ini relevan dengan kehidupan kita saat ini. Kita melihat berbagai krisis: konflik antarbangsa, bencana alam, krisis lingkungan, bahkan krisis moral. Semua ini bisa membuat kita gelisah. Namun Yesus menegaskan bahwa semua itu hanyalah bagian dari perjalanan sejarah manusia. Yang terpenting adalah bagaimana kita menanggapi dengan iman, pengharapan, dan kasih.

Yesus mengajak kita untuk melihat tanda-tanda zaman bukan sebagai akhir segalanya, melainkan sebagai panggilan untuk semakin dekat kepada Allah. Ketika dunia goyah, kita diingatkan bahwa hanya Allah yang menjadi dasar kokoh hidup kita. Maka, mari kita menjadikan doa, firman, dan kasih sebagai pusat hidup, agar kita tidak mudah goyah oleh ketidakpastian dunia.

Hari ini, mari kita belajar untuk membaca tanda-tanda zaman dengan mata iman. Bukan dengan rasa takut, melainkan dengan keyakinan bahwa Allah selalu menyertai. Biarlah setiap krisis menjadi kesempatan untuk memperdalam iman dan memperkuat kasih kita kepada sesama.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkau mengingatkan kami bahwa segala yang megah di dunia ini akan berlalu. Ajarlah kami untuk tidak takut menghadapi tanda-tanda zaman, tetapi tetap teguh berpegang pada-Mu. Lindungilah kami dari kebingungan dan mesias palsu, agar kami selalu setia pada kebenaran Injil. Berilah kami hati yang bijaksana untuk membaca peristiwa hidup dengan iman, dan keberanian untuk menjadi saksi kasih-Mu di tengah krisis dunia. Semoga hidup kami selalu berakar pada-Mu, dasar yang kokoh dan tak tergoyahkan. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin.

***

Santa Katarina dari Aleksandria, Perawan dan Martir

Sejak Abad Pertengahan banyak gereja ditahbiskan dengan nama pelindung Santa Katarina. Demikian pula banyak anak puteri diberi nama Katarina. Dari antara mereka, beberapa orang kemudian menjadi orang kudus terkenal, seperti misalnya: Katarina dari Genoa, Katarina dari Siena; dan Katarina Laboure.

Buku-buku kisah para Kudus dan sejarah umat Kristen pertama melukiskan Katarina dari Aleksandria sebagai seorang martir dan perawan yang cantik rupawan dan sangat pandai. Ia iahir pada abad ketiga dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya di Aleksandria. Sayang bahwa riwayat hidupnya telah dibumbui dengan berbagai cerita ajaib, sehingga sulit bagi kita untuk mengenal cerita historis yang sebenarnya. Kisah yang ada muncul agak kemudian dan tanpa makna historis.

Ketika menanjak dewasa, ia didesak orang-tuanya agar cepat-cepat berumahtangga. Tetapi Katarina selalu menjawab: “Saya hanya mau menikah dengan lelaki yang lebih cakap, lebih pandai, lebih kaya dan lebih berkuasa daripada saya.” Banyak lelaki tertarik, padanya dan bermaksud menikahinya. Beberapa orang pelamar datang, tetapi tak satu pun dari antara mereka berkenan di hatinya. Lalu Katarina mengunjungi seorang rahib yang suci dan pandai untuk meminta petuahnya. Rahib itu bercerita banyak tentang Tuhan Yesus, Raja segala raja yang lebih berkuasa, lebih pandai dan lebih suci daripada semua raja di seantero jagad.

Berkatalah Katarina, “Kalau begitu, saya akan mengabdi Raja Yesus Kristus dan hanya kepadaNya saya mengabdi!” Ketika itulah ia mulai mengenai dan memeluk iman Kristen. Ia dengan tekun mempelajari segala sesuatu yang berkenaan dengan ajaran iman Kristen dan mendermakan harta kekayaannya kepada kaum miskin.

Katarina menjadi semakin terkenal di Aleksandria. Ketenaran namanya sempat terdengar oleh Kaisar Roma Maksimianus dan membuatnya iri hati dan cemburu. Untuk menjebak Katarina, Maksimianus memerintahkan agar Katarina menyembah patung dewa-dewa kafir Romawi. Hal ini ditolaknya dengan tegas.

Selanjutnya untuk membawa Katarina kepada jalan yang sesat, ia dihadapkan kepada 50 orang filsuf untuk membuktikan kepalsuan imannya. Tetapi ia memenangkan perdebatan itu dan mempermalukan mereka. Di hadapan mereka ia menyajikan kebenaran iman Kristen disertai bukti-bukti yang tak dapat dibantah kebenarannya. Dari keterangan-keterangannya, beberapa filsuf menemukan kebenaran sejati yang dicarinya selama ini dan bertobat menjadi Kristen mengikuti Katarina.

Gubernur menjadi sangat marah dan menjatuhkan hukuman bakar hidup-hidup atas para filsuf itu. Karena senjata perdebatan tak mempan untuk menaklukkan Katarina maka kekerasan serta kelaliman para algojo mendapat giliran. Katarina disekap di dalam penjara dan selama dua jam lamanya dia disesah dengan cemeti tajam. Namun siksaan-siksaan itu tidak pernah mempan untuk menaklukkan keteguhan imannya.

Katarina kemudian dijatuhi hukuman mati dengan gilasan roda kayu besar berduri. Tetapi secara ajaib roda itu terbongkar dan hancur berkeping-keping. Tanda-tanda ajaib ini menunjukkan bahwa Tuhan menyertai hambanya dan memberinya kekuatan sehingga ia tidak menyerah pada kekerasan orang-orang kafir itu. Akhirnya jalan satu-satunya yang ditempuh oleh musuh-musuhnya ialah memenggal lehernya dengan pedang. Dengan cara itu Katarina mengakhiri hidupnya sebagai seorang martir Kristus di hadapan para algojo kafir. Peristiwa ini terjadi pada tahun 307 di Aleksandria.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini