Senin, Desember 23, 2024
26.6 C
Jakarta

Genosida Banda, Kejahatan Kemanusiaan di Kepulauan Maluku

Lukisan pembantaian orang Banda yang menjadi koleksi di Rumah Budaya Banda Neira, Maluku Tengah. IST

JAKARTA, Pena Katolik – Frans Seda Foundation kembali menyelenggarakan diskusi dan bedah buku di Frans Seda Collection, Perpustakaan Unika Atma Jaya lantai 3, Kampus Semanggi, Jakarta Selatan dalam rangkaian Frans Seda Collection Discussion Series. Kali ini buku yang dibedah adalah buku karya Marjolein van Pagee, FSF Fellows 2016 berjudul “Genosida Banda: Kejahatan Kemanusiaan Jan Pieterzoon Coen” yang baru saja diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Komunitas Bambu.

Selama beberapa dekade, Indonesia dan Belanda berbagi sejarah. Tidak semua sejarah itu terungkap dengan jelas. Beberapa di antaranya masih tertutup kabut, terdapat kontroversi, mengandung bias, atau bahkan menyisakan luka menganga yang tak tersembuhkan.

“Kita perlu kritis terhadap sumber-sumber Belanda agar tidak ikut menyebarkan kebohongan kolonial dan kepalsuan sejarah. Buku ini sendiri sebelumya buku telah terbit dalam bahasa Belanda pada 2021, tepat 400 tahun sejak Jan Pieterzoon Coen pergi ke Banda,” demikian tutur Marjolein van Pagee.

Hadirnya Jan Pieterszoon Coen dan VOC sebagai pendasar kolonialisme Belanda di Nusantara juga menyisakan sejarah kelam dan belum tersibak dengan jelas. Salah satunya adalah proses masuknya VOC ke wilayah Banda untuk mendapatkan komoditi dagang yang berharga, yakni pala. Proses itu ternyata masih menyisakan banyak tanya dan luka.

Dalam upaya membangun jembatan bagi hadirnya sejarah yang berimbang dalam perspektif Indonesia dan Belanda, Frans Seda Foundation mengundang salah satu Frans Seda Foundation Fellows 2016, yakni Marjolein van Pagee –FSF Fellows 2016 dan inisiator “Histori Bersama”– yang telah menulis sebuah buku berjudul Genosida Banda: Kejahatan Kemanusiaan Jan Pieterzoon Coen untuk dapat dibedah dan didiskusikan bersama di Frans Seda Collection bersama dengan Asvi Warman Adam (Peneliti Bidang Sejarah Sosial Politik BRIN) dan Iwan Ong Santosa (Jurnalis Senior Kompas).

“Penyelenggaraan bedah buku yang bekerja sama dengan Pemerbit Komunitas Bambu ini adalah salah satu bentuk implementasi cita-cita untuk menjadikan Frans Seda Collection untuk menjadi “A Living Collection”. Event ini sekaligus untuk mewujudkan misi Frans Seda Foundation untuk membangun jembatan, menciptakan kesempatan bagi sesama, dan mempromosikan keadilan sosial. Frans Seda Collection sejatinya adalah koleksi alm. Frans Seda yang dihibahkan bagi Unika Atma Jaya dan diresmikan oleh Kardinal Ignatius Suharyo pada 1 Desember 2021 lalu…”, demikian jelas Stefanus Ginting, Managing Director Frans Seda.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini