Jumat, November 22, 2024
27.8 C
Jakarta

Paus dalam Audiensi: Kelemahlembutan mempersatukan, kemarahan memisahkan

Seorang perempuan memberikan bunga kepada Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum   (Vatican Media)
Seorang perempuan memberikan bunga kepada Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum (Vatican Media)

Berbicara tentang Sabda Bahagia ketiga dalam Injil Matius “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi,” Paus Fransiskus mengatakan bahwa orang yang lemah lembut adalah baik dan tanpa kekerasan, yang menolak menjadi marah saat kemarahan meningkat.

“Siapa pun bisa tampak lembut hati saat semuanya tenang,” kata Paus kepada para peziarah dalam Audiensi Umum di Aula Paulus VI, Vatikan, 19 Februari 2020 “tetapi bagaimana kita bereaksi saat berada ‘dalam tekanan’ atau diserang, tersinggung, atau diserang?”

Yesus, kata Paus, adalah model kelemahlembutan terutama dalam cara Ia menderita Sengsara.

Alkitab, lanjut Paus, menggunakan istilah “lemah lembut” untuk orang miskin dan mereka yang tidak memiliki tanah. Maka, pernyataan Yesus bahwa orang yang lemah lembut akan mewarisi bumi akan tampak kontradiktif. Dia menjanjikan itu, kata Paus. “Itulah Tanah Perjanjian.”

“Bumi itu adalah janji dan karunia bagi umat Allah serta menjadi tanda dari sesuatu yang jauh lebih besar daripada sebidang tanah.” Paus mengatakan, Sabda Bahagia ketiga itu pada akhirnya mengarahkan kita ke tanah air surgawi kita.

Paus kemudian menggambarkan sifat-sifat seorang murid Kristus yang lemah lembut. “Yang belajar mempertahankan kedamaian mereka, hubungan mereka dengan Allah, dan karunia-karunia Allah: belas kasihan, persaudaraan, kepercayaan, dan harapan.”

Kemarahan adalah kebalikan dari kelemahlembutan, kata Paus. “Kemarahan menghancurkan banyak hal penting kalau dibiarkan tidak terkendali,” tegas Paus seraya menambahkan, “Kemarahan telah menyebabkan banyak saudara tidak lagi berbicara satu sama lain. Kelemahlembutan mempersatukan; kemarahan memecah.”

Orang yang lemah lembut, tegas Paus, mampu “memenangkan hati dan menyelamatkan persahabatan, karena orang marah tetapi kemudian tenang.” Dan, “Inilah cara kita bisa membangun kembali dengan damai.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Devin Watkins/Vatican News)

Artikel Terkait:

Paus memulai katekese Sabda Bahagia, mengandung semacam kartu identitas Kristen

Katekese-tentang Sabda Bahagia: dukacita berakar pada cinta akan Tuhan

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini