Jumat, Juni 13, 2025

Jalan Kudus “Koboi” dari Argentina

ARGENTINA, Pena Katolik – Córdoba adalahs sebuah daerah pegunungan dan perbukitan yang sangat luas. Di tempat itu, banyak orang tinggal bercampur baur, penggembala hewan ternak tinggal bersama penyamun, kaum miskin dan terpinggirkan.

Di wilayah pegunungan itulah Pastor Jose Gabriel del Rosario Brochero, dengan keledai buruk muka yang menjadi tunggangannya, mengunjungi mereka satu persatu. Ia menyapa mereka dengan kasih yang hangat, serta mengobati yang sakit di tengah amuk lepra yang melanda.

Tak hanya itu, sesekali dari mulutnya yang sering terlihat mengisap rokok, Pastor Brochero meneriakkan kata-kata umpatan khas daerah itu. Bukan karena marah, namun itulah “bahasa rakyat”, bahasa keseharian masyarakat kecil yang biasa kerja kasar dan berpendidikan renda.

“Hei carbon (bajingan-red) bagaimana kabarmu?” kata Pastor Brochero mengwali perbincangannya dengan umat yang ia kunjungi.

Patung St. José Brochero TOSD. IST

Koboi Argentina

Dalam pelayanannya, Pastor Brochero dikenal karena kesehariannya mengendarai keledai untuk menjangkau desa-desa yang terpencil. Hal ini menjadikannya dijuluki Imam Koboi.

Pastor Brochero dan keledainya, kini menjadi legenda. Ia dikenl karena ke mana pun ia pergi, ia menaiki seekor keledai. Dengan penuh kesabaran, ketangguhan, dan cintanya dalam menghadapi kesulitan alam, seperti hempasan salju yang menggigit kulit, Brochero membawa kabar gembira bagi kaum pinggiran.

Pastor Brochero memperkuat iman mereka dengan latihan rohani dan doa, mengirim komuni, membacakan Kitab Suci, dan merawat yang sakit. Selain itu, ia pun mengajak umatnya membangun jalan-jalan penghubung dan jembatan agar komunikasi satu sama lain dapat terjadi. Dengan begitu, pertolongan bagi yang sakit dapat tiba tepat pada waktunya.

Setelah proses beatifikasi yang berlangsung sekitar setengah abad, St. José Brochero TOSD dinyatakan sebagai orang suci pada tahun 2016 oleh Paus Fransiskus, yang kebetulan sama berasal dari Argentina. Kemungkinan besar, Paus Fransiskus merupakan salah satu penggemar terbesar koboi ini. Meski umpatan selalu keluar dari mulutnya setiap hari, St. Brochero dikanonisasi di Lapangan St. Petrus, Vatikan pada 16 Oktober 2016. Ia menjadi santo pertama dari Argentina.

Imam Keuskupan Agung Córdoba

Brochero masuk seminari untuk menjadi calon umam di Seminari Tinggi St. Maria Loreto pada tanggal 5 Maret 1856. Saat itu, ia berusia enam belas tahun. Selama studinya, ia bertemu dengan calon presiden Miguel Ángel Juárez Celman.

Brochero “menerima” tonsur pada tanggal 16 Juli 1862, yaitu mencukur sebagain rambutnya sebagai tanda pengabdian, sebagai tanda ia masuk dalam kehidupan membiara. Ia menjadi subdiakon pada tanggal 26 Mei 1866 dan kemudian menjadi diakon pada tanggal 21 September 1866.

Pada tanggal 26 Agustus 1866, Diakon Brochero bergabung ke dalam Ordo Ketiga Santo Dominikus. Ia lalu ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Agung Córdoba oleh Mgr. José Vicente Ramírez de Arellano pada tanggal 4 November 1866, saat itu usianya usia 26 tahun. . Misa perdananya ia rayakan di Kapel Seminari “Nuestra Señora de Loreto”, dekat Katedral Córdoba pada 10 Desember tahun yang sama.

Pada Desember 1869, Brochero diutus sebagai gembala di Paroki San Alberto, dan melayani umat di Córdoba. Saat itu, ia harus melayani 10 ribu umat di San Alberto yang tersebar di kawasan seluas 4.336 kilometer persegi. Mereka tinggal di tempat-tempat terpencil tanpa jalan-jalan penghubung, tanpa sekolah, dan terpisah satu sama lain. Mereka dibatasi pegunungan Sierras Grandes yang menjulang setinggi 2.000 meter di atas permukaan laut. Pastor Brochero kemudian diangkat sebagai prefek studi seminari dan mendapat gelar Magister Filsafat pada 12 November 1869.

Pilihan menjadi imam nyantanya juga menemui tantangan. Kadang, Brochero bingung dengan panggilan apa yang harus ia ikuti, menjadi awam atau imam. Ketidakmampuannya dalam mengambil keputusan membuatnya menderita. Suatu hari, ia mendengar khutbah dari seorang imam yang menggerakkan hatinya berpikir tentang pengorbanan. Dan seketika itu juga, ia memutuskan untuk mendengarkan panggilan itu tanpa ragu dan tanpa goyah. Baginya, menjadi imam ialah sebuah resolusi tak tergoyahkan lagi.

Namun ketika sudah ditahbiskan, totalitas pelayanannya membuat dirinya digerogoti penyakit yang sama dengan orang-orang yang ia layani. Lepra yang dideritanya kian parah dari hari ke hari. Brochero pun mulai mengundurkan diri dari tugas pelayanan. Ia tinggal beberapa tahun bersama saudara-saudaranya di tanah kelahirannya. Namun karena desakan umat yang telah dilayaninya, ia kemudian pindah ke rumah retret Villa del Transito, yang sebelumnya ia bangun. El cura gaucho akhirnya wafat dalam kondisi buta pada 26 Januari 1914.

Beberapa hari setelah wafatnya, sebuah media cetak Katolik di Córdoba menulis perjuangannya dari awal hingga akhir: “El Cura Brochero sangat sadar bahwa ia mengalami sakit yang ia bawa sampai mati. Sakit karena ia mengunjungi orang-orang sakit. Akhirnya ia sendiri memeluk penyakitlepra.”

Pastor Brochero dikanonisasi di Lapangan St. Petrus, Vatikan oleh Paus Fransiskus pada 16 Oktober 2016. Paus menunjukkan kebesaran hati dari Pastor Brochero dalam pesan singkatnya.

“Pastor Brochero selalu berkeliling sambil berbuat baik. Hidupnya di Amerika Selatan adalah kenyataan hadirnya Kerajaan Allah di tengah-tengah kaum marginal,” kata Paus Fransiskus.

Kanonisasi St. José Brochero TOSD. IST

Yang Pertama

Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasi Héctor Valdivielso Sáez pada tahun 1999, yang saat itu dianggap sebagai “orang suci Argentina pertama”. Ia lahir di Buenos Aires tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Spanyol, tempat ia meninggal sebagai martir.

Pastor Brochero masih tinggal di kota asalnya, Córdoba, di mana ia meninggal dalam keadaan buta dan menderita kusta pada tanggal 26 Januari 1914. Dengan demikian, St. Brochero menyandang gelar orang suci Argentina “asli” pertama.

Paus Fransiskus menggambarkan Brochero menggunakan salah satu gambaran favoritnya, “seorang gembala dengan bau domba” dan seorang “pelopor” penginjilan. St. Brochero membawa pesan Kristus ke “pinggiran eksistensial,” mereka yang “miskin di antara orang miskin.”

Lahir pada tahun 1840 di Santa Rosa de Río Primero, St. Brochero selalu dikenal sebagai “imam koboi” karena ia menunggangi keledainya yang terkenal, Malacara. Dari kota ke kota, ia bepergian untuk memenuhi kebutuhan penduduk pedesaan. Ia dikenal berkhotbah dengan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan jemaatnya, sehingga mereka bisa memahami dan menghayati. Kita dapat mengatakan bahwa St. Brochero memang seorang pelopor enkulturasi Injil.

Pastor Brochero konon juga dikenali “bermulut kotor” dan seorang perokok berat. Sesaat setelah ditahbiskan, ia langsung pergi menolong orang sakit dan sekarat yang menjadi korban epidemi kolera yang melanda kota Cordoba pada tahun 1867.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1869, ia bekerja di Paroki San Alberto, yang sekarang dikenal sebagai Lembah Traslasierra, di Kota Villa del Tránsito. Tempat ini sekarang disebut Villa Brochero, sebagai penghormatan kepada St. Brochero. Ia membangun gereja, kapel, sekolah, dan jalan di pegunungan untuk orang-orang yang tinggal tersebar di bagian terpencil Sierra Grandes tanpa jalan atau sekolah. Ia juga merencanakan jalur kereta api yang melintasi lembah itu. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini