Home BERITA TERKINI Selamat Jalan Paus Fransiskus

Selamat Jalan Paus Fransiskus

0

“Sudara-saudari semuanya, Selamat Paskah,” kata Paus Fransikus pada saat menyampaikan berkat Urbi et Orbi di Basilika St. Petrus Vatikan, 20 April 2025. Siapa sangka, salam ini menjadi yang terakhir disampaikan Paus Argentina ini. 

Paus Fransiskus meninggal dunia pada pukul 7.35 pagi waktu Vatikan, Senin Paskah, 21 April, di kediamannya di Wisma Santa Marta. Kabar ini dikonfirmasi oleh Kantor Pers Takhta Suci. Paus berusia 88 tahun itu memimpin Gereja Katolik selama lebih dari 12 tahun.

Kardinal Kevin Farrell secara resmi mengumumkan kematian Paus melalui pesan video.

“Pukul 7.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” kata Farrell.

“Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Ia mengajarkan kita untuk menghayati nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan kasih universal, terutama bagi mereka yang paling miskin dan terpinggirkan.”

Vatikan belum mengumumkan rincian mengenai pengaturan pemakaman untuk paus Amerika Latin pertama dalam sejarah. Namun kemungkinan, ia akan dimakamkan di Basilika St. Maria Maggiore. Sudah beberapa kali, Paus Fransiskus semasa hidupnya berpesan untuk dimakamkan di tempat ini.

Namanya Fransiskus

Jorge Mario Bergoglio lahir pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, dari orang tua imigran Italia. Ia menjalani kehidupan yang menarik dan inspiratif sebelum menjadi Paus Fransiskus, Paus ke-266 Gereja Katolik Roma. Awal mulanya yang sederhana dan pengalaman hidupnya terbukti dalam pendekatannya terhadap kepemimpinan Gereja Katolik di abad ke-21. Namun, meski banyak yang memuji prestasi dan gaya kepemimpinannya, ia tidak kebal dari sisi negatif dan kesalahan umum kepemimpinan publik, ada juga kritik terhadap dirinya.

Pertemuan Jorge Mario Bergoglio dengan Tuhan terjadi dalam salah satu cara yang paling tidak biasa, namun menarik dan unik. Faktanya, ia menerima panggilannya pada tanggal 21 September 1962, ketika ia “mampir ke sebuah gereja untuk membuat pengakuan dosa pada suatu hari musim panas ketika ia berusia tujuh belas tahun”.

Selama pengakuan dosa, Bergoglio mengalami panggilan ilahi. Dia “sangat tersentuh oleh imam yang mendengar pengakuannya sehingga dia mengubah rencananya dan hidupnya (Krames, 2015). Setelah tiga tahun Bergoglio muda menerima takdirnya dan memulai perjalanan yang membawanya ke Roma. Awalnya ingin menjadi dokter, ia berubah pikiran setelah mengalami perjumpaan spiritual, yang terjadi setelah ia membuat pengakuan dosa suatu hari di gereja. Pada tahun 1969 ia ditahbiskan menjadi imam, memperoleh gelar teologi pada tahun 1970, dan pada tahun 1973 ia mengucapkan kaul kekalnya sebagai Jesuit.

Selain kapasitas intelektualnya, Bergloglio memiliki sejarah panjang dalam hal kesederhanaan, kerendahan hati, dan kebaikan hati. Pada tahun 2001, Uskup Agung Buenos Aires itu diangkat menjadi Kardinal. Ia menolak fasilitas mahal yang diberikan pada jabatannya dan memilih kehidupan yang lebih sederhana. Di Buenos Aires, ia tinggal di sebuah flat (apartemen) sederhana, di mana ia memasak makanannya sendiri, sering mengunjungi orang-orang miskin di tempat-tempat yang kabarnya tidak mengenakkan. Ia secara teratur menggunakan transportasi umum, dan menyukai gaya hidup sederhana.

Saat sesekali berada di Roma, ia sering memilih untuk tetap mengenakan jubah hitamnya dan konon katanya ia juga menggunakan kembali rompi cardinal, lungsuran dari pendahulunya. Khotbahnya selalu berdampak di Argentina dan ia sering menekankan inklusi sosial, secara tidak langsung mengkritik pemerintah yang tidak memperhatikan mereka yang berada di pinggiran masyarakat.

Ketika ekonomi Argentina sedang krisis, ia berbicara di rapat umum yang mengecam pemerintah dan menunjukkan dukungan kuat bagi orang miskin yang dianiaya karena menuntut pekerjaan dan menyoroti kontras antara orang kaya (BBC News, 2015). Pada tahun 2005, ia merupakan salah satu kandidat kuat untuk menjadi Paus pada konklaf tahun 2005 dan dilaporkan menjadi pesaing nomor satu Kardinal Joseph Ratzinger, yang terpilih dan menjadi Paus.

Selama penggulingan militer pemerintah Argentina pada tahun 1976, Bergloglio dituduh terlibat dalam penculikan dua imam Jesuit. Setelah memecat para imam karena tidak mematuhi perintah, mereka diculik dan disiksa. Bergloglio mengajukan petisi agar mereka dibebaskan tetapi tidak mampu berbuat banyak untuk membebaskan mereka (Krames, 2015). Selama konklaf 2005, Bergloglio berada di posisi kedua setelah Kardinal Ratzinger. Tetapi Bergloglio sendiri mengakui, ia memilih Josep Ratzinger kala itu.

Setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI yang belum pernah terjadi sebelumnya, sepertinya kelihatan tampak jelas bahwa ada perpecahan yang jelas dalam gereja. Banyak yang tidak menganggap Kardinal Bergoglio sebagai calon terdepan. Di antara para kardinal, satu kelompok menginginkan prinsip-prinsip Gereja Katolik dilindungi, maka mereka lebih memilih seseorang yang tidak akan membuat terlalu banyak perubahan atau kontroversial. Kelompok lain memahami bahwa Gereja membutuhkan seorang reformis yang gigih. Gereja Katolik membutuhkan seorang pemimpin kuat yang mampu mengubah tradisi lama dan menawarkan jalan baru dan lebih relevan bagi Gereja Katolik.

Pada konklaf tahun 2013, para kardinal berkumpul dan membahas kebutuhan mereka akan kepemimpinan, menyampaikan pendapat tentang pemilihan penting ini. Calon media terdepan, Kardinal Angelo Scola (Uskup Agung Milan). Namun dalam pesan singkat dan menyentuh hati, Kardinal Berglolio mampu menggugah hati dan suara yang dibutuhkan. Konon, Kardinal Scola sendiri menyerukan kepada rekan-rekannya untuk memilih Bergoglio. Ia mendapat cukup suara dan terpilih sebagai Paus ke-266 Gereja Katolik Roma. Ia pun terpilih dan mengambil gelar kepausannya dengan nama “Santo Fransiskus dari Assisi dari Italia”. Ia menjadi Paus non-Eropa pertama selama lebih dari 1.000 tahun dan yang pertama dari Amerika Latin.

Paus Penjelajah

Setelah ditahbiskan pada tahun 1969, ia menjabat sebagai provinsial Jesuit, rektor seminari, dan profesor sebelum Santo Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi uskup pembantu Buenos Aires pada tahun 1992. Ia menjadi uskup agung ibu kota Argentina pada tahun 1998 dan diangkat menjadi kardinal pada tahun 2001.

Pemilihan Kardinal Bergoglio yang mengejutkan pada tanggal 13 Maret 2013, di usia 76 tahun menandai beberapa pencapaian pertama yang bersejarah: Ia menjadi paus Jesuit pertama, yang pertama dari Amerika, dan yang pertama memilih nama Fransiskus, yang terinspirasi oleh pengabdian Santo Fransiskus dari Assisi kepada kemiskinan, perdamaian, dan penciptaan.

Masa kepausannya yang berlangsung selama 12 tahun ditandai dengan fokus pada belas kasih, kepedulian terhadap ciptaan, dan perhatian terhadap apa yang disebutnya sebagai “pinggiran” Gereja dan masyarakat. Ia melakukan 47 perjalanan kerasulan di luar Italia, meskipun ia tidak pernah mengunjungi negara asalnya, Argentina.

Selama masa jabatannya, Paus Fransiskus mengkanonisasi 942 orang kudus, jumlah ini paling banyak dibanding paus lainnya sepanjang sejarah. Ia termasuk mengkanonisasi para pendahulunya Yohanes XXIII, Paulus VI, dan Yohanes Paulus II. Ia menerbitkan empat ensiklik dan tujuh nasihat apostolik sambil menyebarluaskan 75 dokumen motu proprio.

Perhentian Terakhir

Paus Fransiskus telah menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, bukan di bawah Basilika Santo Petrus di Vatikan seperti tradisi pada Paus sebelumnya. Keputusan ini mencerminkan gaya hidupnya yang sederhana dan kedekatannya dengan ikon Madonna, yang sering ia kunjungi sebelum dan sesudah perjalanan apostoliknya. ​

Pada banyak kesempatan, Paus Fransiskus meluangkan waktu untuk berdoa di Basilika St. Maria Maggiore ketika saat-saat khusus. Ia juga selalu berdoa di basilika ini saat memulai kunjungannya ke luar negeri dan saat ia kembali. Ia berdoa di hadapan Salus Populi Romani, ikon kono yang menggambarkan Maria dan Bayi Yesus yang tersimpan di basilika ini.

Selain itu, Paus Fransiskus juga telah menyetujui perubahan dalam Ordo Exsequiarum Romani Pontificis, teks resmi yang mengatur upacara pemakaman seorang Paus. Perubahan ini bertujuan untuk menyederhanakan upacara pemakaman, menekankan bahwa mendiang Paus adalah seorang imam dan murid Kristus, bukan figur berkuasa duniawi.

Sebagai bagian dari perubahan tersebut, jenazah Paus tidak akan dipajang di atas panggung tinggi (“catafalque”) seperti tradisi sebelumnya, melainkan ditempatkan dalam peti kayu berlapis seng di Basilika Santo Petrus untuk penghormatan terakhir. ​Keputusan-keputusan ini menunjukkan komitmen Paus Fransiskus untuk hidup sederhana dan menekankan aspek spiritual dalam kepemimpinannya.

Kini Paus Fransiskus telah pergi, kenangannya ketika berkunjung ke Indonesia akan abadi. Selamat jalan Paus Fransiskus. (AES)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version