Home DOMINIKAN Suster Teresa OP, di Asrama Santa Rosa

Suster Teresa OP, di Asrama Santa Rosa

0

Pena Katolik | Sebagai wujud kasih dan kepedulian yang dipancarkan pada pagi indah di asrama Santa Rosa de Lima, Jl. Ilong, Ngabang oleh suster Dominikan menggambarkan teladan yang khas, Ngabang, 24 Februari 2025.

Kunjungan singkat namun membekas menyuarakan rasa damai bagi sang menikmat yang ikut bergabung dalam percakapan yang biasa itu namun penuh persaudaraan.

Setidaknya itulah yang dituliskan oleh Suster Beatrix OP mahasiswa semester 6 Pendidikan Matematika, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo kampus utama Landak.

Langkah lamban namun pasti menyusuri lorong asrama putri tersebut, para mahasiswi yang beranjak meninggalkan asrama menuju kampus dengan senyum ramah menyapa suster sambil menyalim tangan mereka.

Suster Teresa OP, pembimbing asrama yang berasal dari Kongregasi Dominikan suster di Indonesia memiliki kepribadian yang ceria yang pasti selalu cekatan. Teladannya itu memberikan kesan halus hampir 2 tahun menetap dan ditugaskan diasrama tersebut.

Dia mengungkapkan rasa bahagia dan nyaman tinggal dan mendapatkan misi di Kalimantan Barat.

“Saya merasa tentram dengan suasana alam yang begitu diam dan dikelilingi oleh pepohonan disekitarnya,” ungkap suster dengan mata sambil melihat sekeilingnya.

Suara kicauan burung terdengar jelas sambil memasuki salah satu kamar suster Joy OP yang merupakan suster dari kongregasi suster-suster Dominikan dari Beata Imelda menimpali bahwa tempat yang sangat strategis dan sangat bermanfaat terlebih khusus bagi para mahasiswi yang mungkin berasal dari daerah yang jauh dapat tinggal dan menepat diasrama, ia berbicara dengan bahasa Inggris dengan khas-nya.

Mereka kembali berjalan mengelilingi halaman asrama yang luas itu sambil memperhatikan tanaman yang ditanam oleh suster Teresa.

Bercengrama riang dan membicarakan banyak hal dari dampak sawit di Kalimantan, sumber air bersih yang semakin jarang ditemukan, hingga banjir melanda Kalimantan khususnya di daerah Ngabang.

Mengenal Suku Dayak

Bagi suster Teresa mengenal suku Dayak dan tinggal serta mengambil bagian dalam suku tersebut adalah suatu hadiah yang tak ternilai dalam perjalanan hidupnya, ia berbagi pengalamannya kepada kedua suster lainnya yang memang berasal dari luar negeri itu.

“Walaupun kadang diasrama mengalami kekurangan air, saya tidak menganggapnya sebagai suatu ketidakadilan dari Tuhan, melainkan suatu keadaan yang memperkuat iman saya agar selalu mensyukuri setiap hal yang saya miliki,” ujar suster teresa.

Baginya misi atau tugas itu perlu dijalankan dengan lapang dada, dengan tangan terbuka serta tidak menutup kemungkinan untuk hal-hal baru yang akan datang dikemudian hari.

Pengalaman dan kunjungan singkat itu memberikan dampak yang sangat mendalam bagi para suster yang adalah saudara dalam spiritualitas Santo Dominikus.

Kunjungan itu adalah momen yang baik untuk saling mendukung dan mengetahui terta berbagi keadaan atau pengalaman walaupun terhambat sedikit oleh bahasa inggris yang membuat mereka terpaksa menggunakan bahasa isyarat akan dapat mengerti satu sama lain.

Hal ini membuktikan bahwa bahasa bukanlah penghalang untuk berbagi kasih dan kebahagiaan kepada sesama.

“semoga asrama ini tetap berkelanjutan dan terus berkembang seiring berjalannya waktu serta mendapat dukungan dari banyak pihak,” kata suster Sandra dalam bahasa Italia yang diterjemahkan oleh Suster Joy dalam bahasa Inggris.

 Melalui cerita suster teresa, kunjungan para suster Dominikan dari beata imelda ini tidak hanya terkesan, tetapi memberikan makna bagi tiap suster, membawa kebahagiaan dan persaudaraan dalam menjalani misi masing-masing diberbagai realita kehidupan dan membawa pulang cerita yang mengagumkan serta penuh perjuangan dari seorang suster yaang berasal dari luar provinsi kalimantan bukan hanya untuk dirinya tetapi untuk banyak orang disekitarnya. (Beatrix & Sam).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version