Home BERITA TERKINI Apakah Yesus memiliki selera humor? Ini Kata Kitab Suci

Apakah Yesus memiliki selera humor? Ini Kata Kitab Suci

0

JAKARTA, Pena Katolik – Tertawa memang obat yang manjur. Dalam Injil, Yesus tidak kekurangan selera humor. Bahkan, ia menggunakannya untuk menyembuhkan kebodohan para pengikutnya. Misalnya saja, ketika ia berbicara tentang ragi orang Farisi.

Dalam Injil, kita dapat melihat dia berbagi kegembiraan manusiawi: mengambil bagian dalam pernikahan di Kana; memberkati anak-anak yang cerewet yang coba diusir oleh para Rasul yang keras; memecah-mecahkan roti dengan teman-teman, dan terutama dengan orang-orang berdosa. Rasanya gampang untuk membayangkan bahwa di momen-momen itu, ada banyak tawa dan senyuman yang hadir dari wajah Yesus.

Yesus juga mengagumi ladang bunga lili. Ia bercerita tentang matahari yang terbenam atau benih kecil yang tumbuh menjadi pohon. Ia juga merasakan sukacita yang khusyuk saat mengajar jemaat di sinagoge dan pergi berziarah ke Bait Allah.

Saat berkhotbah, Ia bersukacita dalam Roh Kudus dan memuji Bapa, yang memperkenalkan diri-Nya kepada anak-anak-Nya. Sukacita yang paling mendalam dari Bapa dan Putra terletak pada kasih mereka yang mutlak satu sama lain: “Aku berkenan kepada-Nya.”

Yesus dalam kemanusiaan ilahi-Nya mengalami dan memancarkan sukacita surgawi ini yang juga dapat kita bagikan: “Aku datang kepadamu sekarang, tetapi Aku mengatakan hal-hal ini sementara Aku masih di dunia, supaya mereka memperoleh sukacita-Ku sepenuhnya di dalam mereka” (Yoh. 17:13).

Tertawa menyelamatkan kita dari sikap keras kepala, ketakutan, dan godaan untuk menganggap diri kita terlalu serius. Hidup memang sulit, tetapi tertawa dapat menambah rasa manis dan memberi kita ketahanan.

Hidup Yesus pun penuh dengan tawa. Meskipun tidak ada candaan-candaan Yesus yang tercatat dalam Kitab Suci. Namun dengan mudah kita dapat percaya, bahwa Yesus pun bukan pribadi yang sepenuhnya serius, tentu ada banyak tawa, keramahan selama seseorang dekat dengan-Nya.

Namun, tawa juga perlu kewaspadaan. Ada tawa yang bahkan dipahami dengan penilaian negatif: sarkasme, ejekan, lelucon kasar. Paulus bahkan mengingatkan, “Dia yang ingin tertawa bersama iblis tidak dapat bersukacita bersama Kristus.” (Efesus 5:4). Paulus memperingatkan jemaatnya terhadap jenis tawa negatif ini dalam Surat kepada jemaat di Efesus.

Ungkapan “tertawa terbahak-bahak” menunjukkan bahwa tertawa dapat menyebabkan seseorang kehilangan kendali, atau menjadi tidak manusiawi. Dalam Injil Lukas, empat berkat diikuti oleh empat celaka, di antaranya “Celakalah kamu yang sekarang tertawa, karena kamu akan berduka dan menangis.”

Tetapi ada juga jenis tawa yang baik: tawa yang menyegarkan, ramah, dan berbudi luhur. Pelawak sejati menciptakan tawa karena rasa cintanya. Tawa mereka membuat semua orang merasa senang. Selera humor dan kerendahan hati mereka berjalan beriringan dan berasal dari sumber yang sama.

Barangkali, seperti inilah dapat dibayangkan “selera humor” yang hadir dalam kebersamaan dengan Yesus. Sukacita yang ia bawa, tawa yang tercipta dalam kebersamaan dengan-Nya, berasal dari kasih-Nya kepada sahabat-sahabat-Nya. (AES)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version