Merauke, Pena Katolik – Ribuan umat Katolik memadati kawasan Patung Hati Kudus Yesus di Bandara Mopah, Merauke, dalam perayaan ekaristi kudus memperingati 120 tahun masuknya misi Katolik di Papua Selatan. Perayaan yang berlangsung meriah pada 14 Agustus 2025 itu juga dimeriahkan oleh tarian penyambutan khas Marind dari umat Paroki Buti, Lingkungan Gauda.
Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC, yang memimpin misa, menyampaikan rasa haru dan syukur atas kesetiaan umat Katolik di wilayah terpencil seperti Kabupaten Mappi. Ia memuji kesederhanaan umat di pelosok Papua Selatan yang tetap memberikan hati sepenuhnya untuk Gereja Katolik.
“Saya sangat terharu. Mereka tinggal jauh dari pusat, namun semangat iman mereka luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus sungguh bekerja di tanah Papua Selatan,” ujarnya di hadapan puluhan imam dan ribuan umat yang hadir.
Kenangan dan Harapan
Mgr. Mandagi mengungkapkan, momen ini menjadi refleksi besar terhadap perjuangan para misionaris awal, baik imam maupun awam, yang dengan segala keterbatasan membawa Injil ke tanah Papua Selatan.
“Mungkin ini terakhir kali saya berkhotbah dalam perayaan seperti ini. Tahun depan akan ada Uskup Agung Merauke yang baru,” katanya dengan nada emosional.
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Mappi baru-baru ini, Mgr. Mandagi meresmikan beberapa gereja dan mengurapi umat dengan minyak krisma di Bade. Ia menyaksikan sendiri semangat umat yang sederhana namun antusias, sekaligus menyoroti tantangan seperti masih kuatnya kepercayaan terhadap dukun meskipun ada layanan kesehatan gratis dari pemerintah.
Kehadiran Tokoh-Tokoh Penting
Perayaan ini juga dihadiri sejumlah tokoh penting Katolik di Papua Selatan, antara lain Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo, Bupati Merauke Yoseph Bladib Gebze, Ketua Majelis Rakyat Papua Selatan Damianus Katayu, dan Wakil Ketua DPRK Papua Selatan Dominikus Cambu.
Bupati Merauke dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada para misionaris dan umat awam dari berbagai daerah seperti Kei, Tanimbar, Flores, Toraja, dan Batak, yang telah berperan besar dalam pertumbuhan Gereja di Papua Selatan.
“Tanggal 14 Agustus bagi kami adalah hari keramat, saat Injil pertama kali masuk ke tanah ini melalui para misionaris MSC,” ujar Yoseph.
Ia juga mengapresiasi peran suku-suku lokal seperti Marind, Muyu, Mandobo, Yaghai, Awyu, Asmat, Kaigar, dan Wiyagar sebagai penerima pertama Injil yang kini telah menyebar luas di seluruh wilayah Papua Selatan.
Tantangan dan Masa Depan Gereja
Superior Daerah Papua MSC, Romo Felix Amias, MSC, mengabarkan bahwa perayaan ini telah dilaporkan ke Provinsial MSC di Jakarta dan diteruskan ke Dewan Jenderal MSC di Roma. Ia menilai 120 tahun kehadiran misi Katolik di Papua Selatan sebagai buah dari karya Roh Kudus, bukan semata jasa manusia.
Namun, Mgr. Mandagi juga mengingatkan bahwa tantangan Gereja di era modern semakin kompleks, termasuk korupsi dan materialisme. Ia menyampaikan keinginan agar suatu saat nanti ada Uskup Agung dari orang asli Papua, asalkan memiliki kualitas dan panggilan yang sejati.
“Lebih baik yang terbaik, entah orang asli Papua atau bukan. Tapi kalau bisa, ya orang asli yang muda dan energik,” tegasnya.
Makna Keluarga dan Iman
Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo menutup perayaan dengan ajakan kepada umat Katolik untuk memperkuat hidup doa dan liturgi dalam keluarga. Ia menekankan pentingnya menempatkan kehidupan rohani di atas kepentingan materi dan dunia kerja.
“Keluarga harus menjadi satu kesatuan doa. Jangan sampai dunia profan dan produktivitas melupakan nilai-nilai keluarga,” pesannya.
Laporan oleh: Agapitus Batbual