Home BERITA TERKINI Seorang Suster yang Hobi Sepak Bola Kini Menjadi Manusia Tertua di Dunia...

Seorang Suster yang Hobi Sepak Bola Kini Menjadi Manusia Tertua di Dunia yang Masih Hidup

0

PORTO ALEGRE, Pena Katolik – Sr. Inah Canabarro Lucas STJ dinobatkan menjadi manusia tertua di dunia yang masih hidup. Saat berita ini diterbitkan, ia berusia 116 tahun dan 213 hari. Sr. Inah dikenal sebagai pribadi yang ramah dan murah senyum.

Sr. Inah menjadi manusia tertua setelah Tomoko Itooka wafat pada 24 Desember 2024 pada usia 116 220 hari. Sr. Inah adalah biarawati dari Kongregasi St. Theresia dari Yesus. Sr. Inah lahir pada 8 Juni 1908 di Kota São Francisco de Assis di Rio Grande do Sul bagian barat-tengah pada tanggal 27 Mei 1908, dan merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.

Dia adalah cicit buyut dari Jenderal David Canabarro, salah satu pemimpin utama Revolusi Farroupilha (1835–1845) di Rio Grande do Sul.

Sr. Inah Canabarro Lucas STJ menghabiskan hari-hari dengan melukis di atas serbet yang kemudian digunakan di komunitasnya. Gerontology Fandom

Dari Gadis Sakit-Sakitan

Lahir di Brasil bagian selatan, tahun-tahun awal Sr. Inah ditandai dengan kondisi kesehatan yang sering sakit. Saat itu, banyak yang meragukan, ia akan mampu bertahan hidup di masa kanak-kanak. Menurut keponakannya yang kini berusia 84 tahun, Cleber Canabarro, menjelaskan bahwa bibinya lemah saat masih kecil. Tetapi, bibinya akhirnya terus menjalani kehidupan yang tidak pernah dibayangkan oleh siapa pun. Sr. Inah tumbuh dewasa dan berkembang menjadi sosok inspirasi yang luar biasa.

Saat ini, Sr. Inah tinggal di Kota Porto Alegre, Brasil bagian selatan. Biara Santo Enrique de Ossó, bersebelahan dengan Rumah Provinsi Suster Teresian Brasil. Komunitas ini adalah tempat pertama yang dimasukinya pada tahun 1927 saat mulai kehidupan membiara ketika berusia 19 tahun.

Menurut kepala biara, Suster Lúcia Ignez Bassotto, hidup Suster Inah selalu berfokus pada orang lain dan bukan pada dirinya sendiri. Sr. Ianah adalah orang yang sangat tangguh, tidak banyak menuntut, menghargai segalanya, menganggap segalanya baik-baik saja, sangat mengagumi kongregasi, dan perusahaan. Ia berdoa untuk semua orang, ia peduli pada semua orang.”

“Hidupnya sungguh patut dicontoh,” lanjut Suster Lúcia, yang telah mengenal Suster Inah sejak ia masih menjadi mahasiswa di Kota Sant’Ana do Livramento.

Karakteristik lain dari Suster Inah adalah ia selalu ingin aktif. Ia terus berpartisipasi dalam doa komunitas hingga saat ini. Ia suka berada di taman serta menghabiskan waktu bersama para susternya.

Kondisinya saat ini, ia sehari-hari beraktivitas dengan kursi roda. Namun sesuatu yang tidak hilang adalah hidupnya yang terus memancarkan kegembiraan dan humor.

Ketika ditanya tentang rahasia di balik kehidupannya yang luar biasa, Sr. Inah menjawab dengan binar di matanya.

“Saya muda, cantik, dan ramah. Semua sifat yang sangat baik dan positif yang Anda miliki juga,” candanya, seperti dilansir Associated Press.

Iman Katoliknya tetap menjadi landasan hidupnya, iman ini juga yang menjadi landasan selama bertahun-tahun ketika Sr. Inah mengajar, melayani, dan berdoa. Ia juga tetap menjadi sosok yang bersemangat dalam keluarganya.

Canabarro mengunjungi tantenya itu setiap Sabtu. Ia mengungkapkan bagaimana bibinya bersemangat saat mendengar suaranya.

“Para suster lainnya mengatakan bahwa dia merasa bersemangat saat tahu saya ada di dekatnya,” kata Canabarro.

Sr. Inah Canabarro Lucas STJ mendapat hadiah kaos dari tim sepak bola Inter saat ulang tahun ke-1103.Gerontology Fandom

“Hobi” Sepak Bola

Sr. Inah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melayani orang lain. Karyanya meliputi mengajar di sekolah dan mengabdikan dirinya untuk kehidupan religius. Ia bahkan mendirikan dua marching band sekolah di dekat perbatasan Brasil dan Uruguay. Murid-murid Sr. Inah termasuk Jenderal Joao Figueiredo, yang kemudian menjadi penguasa militer terakhir Brasil.

Paus Fransiskus menyampaikan selamat ulang tahun saat Sr. Inah berulang tahun ke-110. Momen ini menjadi kenangan berharga. Sr. Inah, seperti Paus, adalah penggemar berat sepak bola. Tim sepak bola kesayangan Sr. Inah adalah Sport Club Internacional. Di Brasil, club sepak bola ini dikenal sebagai Inter. Pada ulang tahun ke 112, Inter menghadiahi Sr. Inah kaos tim club sepak bola itu dengan tulisan angka 112 sesuai umurnya.

Dan sebagai penggemar sejati, kamarnya sering dihiasi dengan warna merah dan putih yang menjadi ciri khas tim tersebut, simbol dari hasratnya yang tak pernah pudar terhadap permainan tersebut.

“Putih atau hitam, kaya atau miskin, siapa pun Anda, Inter adalah tim rakyat,” Sr. Inah pernah menyatakan dengan bangga.

Sr. Inah Canabarro Lucas STJ mendapat hadiah kaos dari tim sepak bola Inter saat ulang tahun ke-112. Gerontology Fandom

Panggilan Membiara

Saat masih kecil, salah seorang saudara laki-lakinya memberi tahu ibunya bahwa Inah dapat belajar di sebuah biara di kotanya. Inah kemudian bertanya: “Apa itu biara?” Ibunya menjawab bahwa mereka adalah wanita yang mengabdikan diri untuk berdoa kepada Tuhan, dan Inah menjawab: “Saya akan menjadi biarawati.”

Suster Inah masuk biara pada usia 19 tahun, ia menjalani novisiatnya di Suster Teresian di Montevideo, Uruguay sekitar tahun 1928. Pada tahun 1930, ia kembali ke Brasil untuk mengajar bahasa Portugis dan matematika di sebuah sekolah di Tijuca, sebuah lingkungan di Rio de Janeiro. Kemudian, pada awal tahun 1940-an, ia kembali ke Santana do Livramento, di mana ia bekerja sebagai guru.

Selama lebih dari satu abad, ia telah mengalami banyak perubahan di dunia dan di Gereja. Ia telah hidup melalui dua perang dunia dan telah melihat 10 paus. Tahun kelahirannya, paus yang berkuasa adalah St. Pius X.

“Bibi Inah sangat kurus dan langsing sejak ia masih kecil,” kata Kléber Canabarro Lucas, 83, keponakan Sr. Inah yang lain kepada ACI. Karena penampilannya yang ringkih, semua orang mengira ia tidak akan hidup lama.

Guru Sepanjang Masa

Suster Inah adalah seorang guru sepanjang hidupnya. Ia mengajar bahasa Portugis, matematika, sains, sejarah, seni, dan agama di sekolah-sekolah Teresian di Rio de Janeiro, Itaqui, dan Sant’Ana do Livramento, sebuah kota yang ia cintai karena di sanalah ia menghabiskan sebagian besar hidupnya.

Menurut keponakannya, ia adalah seorang guru yang “tegas, disiplin, dan penuh kasih sayang yang memikat semua orang.”

Banyak suster yang saat ini tinggal di Provinsialat di Porto Alegre adalah murid-murid biarawati itu atau bercerita tentang bagaimana Suster Inah membantu mereka menemukan panggilan mereka.

Selain itu, Suster Inah adalah salah satu dari sedikit biarawati di kongregasinya yang masih mengenakan jubah biarawatinya. Menurut para suster di komunitasnya, sejak Konsili Vatikan Kedua (1963–1965) mengenakan jubah biara menjadi pilihan. Setiap orang dapat memilih untuk mengenakannya atau tidak.

“Saya merasa sangat bahagia, sangat bersyukur kepada Tuhan karena Suster Inah yang membimbing saya di sepanjang jalan ini dan sekarang saya dapat berguna baginya, membantunya di saat-saat ketika dia membutuhkan saya,” kata Suster Velmira, yang adalah seorang perawat dan dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi orang yang merawat kesehatan Suster Inah.

Iman Sr. Inah terus menginspirasi banyak orang. Saat dunia mengagumi umur panjangnya, hidupnya tetap menjadi pengingat, bahwa setiap tahun, adalah anugerah yang harus dijalani sepenuhnya. Sebagai orang tertua ke-20 yang tercatat dalam sejarah, Sr. Inah bergabung dengan kelompok eksklusif supercetenarian atau orang-orang yang telah hidup lebih dari 110 tahun.

Sebelumnya, seorang biarawati Prancis (Anda mungkin ingat seorang biarawati, Sr. Lucile Randon DC atau lebih dikenal sebagai Sr. Andre juga pernah dinobatkan sebagai manusia tertua dunia sebelum wafat pada usia 118 tahun. Keduanya memiliki kehidupan yang mengesankan, di mana iman mereka menjadi kesaksian bagi orang-orang di seluruh dunia. (AES)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version