29.5 C
Jakarta
Tuesday, April 30, 2024

Empat Dogma Maria

BERITA LAIN

More

    PADA bulan Mei dan Oktober, Gereja Katolik menjadikannya sebagai Bulan Maria. Hal ini menunjukkan, bahwa Maria memiliki peran yang amat penting dalam Gereja. Dari zaman ke zaman, Gereja menetapkan beberapa Dogma Maria.

    Maria Bunda Allah

    Dogma Maria Bunda Allah (Latin: Mater Dei) atau Theotokos (Yunani: [θeoˈtokos]) berkembang terutama dalam Kekristenan Timur. Gelar Maria ini tersebut telah digunakan sejak abad ke-3, dalam tradisi Syria pada Liturgi Mari dan Addai (abad ke-3) dan Liturgi St Yakobus abad ke-4.

    Konsili Efesus pada tahun 431 M menetapkan bahwa Maria adalah Theotokos ‘Bunda Allah’ karena putranya Yesus adalah Allah dan manusia. Yesus adalah satu pribadi ilahi dengan dua kodrat (ilahi dan manusia) yang bersatu secara erat dan hipostatis.

    Pada tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II dan Patriark Gereja Asyur di Timur Mar Dinkha IV menandatangani deklarasi ekumenis, yang saling mengakui keabsahan gelar “Bunda Allah” dan “Bunda Kristus.”

    Deklarasi tersebut mengulangi rumusan Kristologis Konsili Kalsedon sebagai ekspresi teologis dari iman yang dimiliki oleh kedua Gereja, sekaligus menghormati preferensi masing-masing Gereja dalam menggunakan gelar-gelar ini dalam kehidupan liturgi dan kesalehan mereka.

    Maria Diangkat ke Surga (Maria Assumta)

    Pada tahun 1950 Paus Pius XII menyerukan infalibilitas kepausan untuk mendefinisikan dogma Diangkatnya Perawan Terberkati dalam Konstitusi Apostoliknya Munificentimus Deus. Isi konstitusi ini menekankan kesatuan Maria dengan putra Ilahinya, Yesus dan sebagai ibu-Nya, dia adalah ibu dari Gereja-Nya yang adalah tubuh-Nya.

    Dia adalah “Hawa baru” (istilah ini digunakan tiga kali), sejajar dengan Kristus sebagai Adam baru. Dengan asumsi, Maria telah mencapai kebangkitan tubuh terakhir yang dijanjikan kepada semua orang Kristen, dan Gereja telah mencapai keselamatan tertingginya.

    Dogma Maria Diangkat ke Surga mengikuti definisi tahun 1854 dan Maria Dikandung Tanpa Noda (kebebasannya dari dosa asal), keduanya berkembang dari pengakuan statusnya sebagai Bunda Allah, yang berarti bahwa dia, seperti Yesus, tidak berdosa, terpelihara dari kerusakan, dibangkitkan, diterima ke surga, dan penerima kemuliaan jasmani

    Maria Dikandung Tanpa Noda (Maria Imakulata)

    Maria Dikandung Tanpa Noda adalah salah satu dari empat dogma Maria dari Gereja Katolik, yang berarti bahwa itu dianggap sebagai kebenaran yang diwahyukan secara ilahi yang penyangkalannya adalah bid’ah. Dogma ini didefinisikan oleh Paus Pius IX dalam konstitusi apostolik Inefabilis Deus tahun 1854. Konstitusi itu menyatakan bahwa Maria, melalui rahmat Allah, dikandung bebas dari noda dosa asal, melalui perannya sebagai Bunda Allah.

    Perawan Maria yang Terberkati, pada saat pertama kali dikandung oleh suatu anugerah dan hak istimewa yang diberikan oleh Allah Yang Mahakuasa. Karena mengingat jasa Yesus Kristus, Juru Selamat umat manusia, terpelihara bebas dari segala noda dosa asal. Ajaran ini harus dipercaya dengan teguh dan terus-menerus oleh semua orang beriman.

    Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda menegaskan kebebasan Maria dari dosa asal. Konsili Trente, yang diadakan antara tahun 1545 dan 1563 telah menegaskan kebebasan Maria dari dosa pribadi.

    Keperawanan abadi Maria

    Keperawanan abadi Maria adalah salah satu dari empat dogma Maria Gereja Katolik, yang berarti bahwa itu dianggap sebagai kebenaran yang diwahyukan secara ilahi. Dogma ini menyatakan keperawanan Maria sebelum, selama, dan setelah kelahiran Yesus. Definisi ini dirumuskan oleh Paus Martinus I pada Konsili Lateran tahun 649. Maria yang selalu perawan dan tak bernoda yang diberkati dikandung, tanpa benih, oleh Roh Kudus.

    Thomas Aquinas mengatakan bahwa alasan tidak dapat membuktikan hal ini, tetapi itu harus diterima karena itu “cocok”, karena Yesus adalah Putra Tunggal Tuhan, jadi dia juga harus menjadi Putra Tunggal Maria. Karena pembuahan kedua dan murni manusia akan tidak menghormati keadaan rahim sucinya. Secara simbolis, keperawanan abadi Maria menandakan ciptaan baru dan awal yang baru dalam sejarah keselamatan. Hal ini telah dinyatakan dan perdebatkan berulang kali, yang terakhir pada saat Konsili Vatikan II.

    Persatuan Maria dengan Anaknya Yesus dalam karya keselamatan ini dinyatakan sejak saat Kristus dikandung oleh Perawan Maria. Kemudian,  pada saat kelahiran Tuhan, hal ini tidak mengurangi integritas keperawanan ibu-Nya tetapi menguduskannya.

    Antonius E. Sugiyanto

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI