29.1 C
Jakarta
Tuesday, April 30, 2024

Bacaan dan Renungan Selasa 31 Oktober 2023, Pekan Biasa ke- XXX (hijau)

BERITA LAIN

More

    Bacaan I – Rm. 8:18-25

    Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

    Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.

    Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.

    Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

    Demikianlah Sabda Tuhan

    U. Syukur Kepada Allah

    Mazmur 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6

    • Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.
    • Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
    • Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
    • TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
    • Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

    Bacaan Injil – Lukas 13:18-21

    Ketika mengajar di salah satu rumah ibadat, Yesus bersabda, “Kerajaan Allah itu seumpama apa? Dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya.”

    Dan Yesus berkata lagi, “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu seumpama ragi, yang diambil seorang wanita dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi.”

    Demikianlah Injil Tuhan.

    U. Terpujilah Kristus.

    Biji Sesawi

    Injil hari ini, berbicara tentang biji sesawi dan ragi. Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah dengan dua hal: pertama, dengan biji sesawi yang ditaburkan orang di kebunnya.

    Biji sesawi adalah biji paling kecil dari segala jenis benih yang ada di bumi (Mrk. 4:31). Biji itu tumbuh besar (Mat. 13:32) dan menjadi pohon sehingga burung-burung bisa bersarang pada cabang-cabangnya. Kedua, Kerajaan Allah juga diumpamakan dengan ragi yang diadukkan ke dalam tepung terigu sampai khamir seluruhnya.

    Pengaruh dan proses pertumbuhan Kerajaan Allah diumpamakan lewat pengalaman umum manusia, yaitu menabur biji sesawi dan mengaduk ragi dalam tepung terigu. Pengalaman menabur benih akrab dengan pengalaman petani.

    Mereka berharap agar benih yang ditabur bisa bertumbuh. Untuk itu, mereka berjerih lelah melakukan serangkaian proses agar tujuan itu tercapai, seperti menggarap tanah agar mudah ditanami, menabur atau menanam benih sesuai dengan jenis tumbuhan, menyirami atau menakar air sesuai kebutuhan, menyiangi rumput dan ilalang agar pertumbuhan benih itu tidak rusak.

    Bagaimana dengan kita? Apakah yang dapat kita lakukan, untuk menjadi seperti pohon sesawi yang berdaya guna? Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang berdaya guna bagi sesama di sekeliling kita.

    Seperti biji itu kecil namun bisa menjadi pohon yang besar. Demikian juga dengan ragi. Dengan satu sendok ragi saja, tepung sekian kilo bisa khamir seluruhnya hingga berubah menjadi roti yang enak. Perumpamaan ini mengajak kita untuk tetap semangat dan optimis serta memiliki kesabaran dalam menjalani segala hal dalam hidup kita, karena selalu ada proses sebelum ada hasil.

    Hari ini kita ditantang untuk dapat mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini dengan menjadi pribadi yang berdaya guna. Kerajaan Allah memang tidak mengarah pada tempat tertentu, tetapi pada suasana hidup yang aman, damai, dan produktif.

    Suasana hidup seperti itu hanya akan terwujud, jika kita rajin menjumpai Tuhan dalam doa-doa, selalu mengucap syukur atas segala kebaikan Tuhan, patuh melaksanakan perintah-Nya, dan selalu setia kepada-Nya dalam situasi apa pun. Gambaran tentang Kerajaan Allah tidak bisa dilepaskan dari iman yang hidup dan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

    Apa yang dapat kita lakukan untuk dapat menjadi pribadi yang berdaya guna? Kita perlu terus membuka hati untuk bekerjasama dengan karya Allah, membiarkan hidup diatur oleh-Nya.

    Saat kita bisa pasrah, percaya, dan berjalan bersama dengan Allah, saat itu juga iman kita akan tumbuh dan berkembang. Jika iman kita terus bertumbuh, kita akan mampu mewujudkan diri kita menjadi pribadi yang berdaya guna bagi orang lain.

    Paus Fransiskus dalam dokumen persaudaraan manusia menyampaikan harapannya: Deklarasi ini dapat menjadi kesaksian akan kebesaran iman kepada Allah yang mempersatukan hati yang terpecah dan mengangkat jiwa manusia.

    Dengan mewujudkan kerjasama dan kepedulian kepada sesama, kita membangun iman kita dan berusaha mengangkat jiwa manusia dengan menjadi pribadi yang berdaya guna bagi orang lain. Salah satu tantangan yang kerap paling membuat frustrasi bagi pewartaan Injil adalah keengganan orang Katolik/Kristen untuk melibatkan diri pada tugas-tugas yang paling sederhana sekalipun.

    Alasan penolakannya kerap kali didasarkan pada kerepotan, kekurangan waktu, urusan keluarga dan pekerjaan yang masih banyak membutuhkan perhatiannya dan sebagainya. Memang benar bahwa kita punya tanggungjawab pribadi, keluarga dan juga tugas yang dibebankan dari pekerjaan resminya.

    Tapi untuk terlibat dalam karya pewartaan Injil, tidak perlu merasa takut karena kebutuhan besar yang dihadapi setiap hari itu. Setiap orang di antara kita bisa terlibat dalam berbagai hal dan keterlibatan kita walaupun kecil, juga bisa berpengaruh amat besar bagi orang lain.

    Injil Lukas ditulis untuk orang-orang Kristen yang sedang mengalami penganiayaan. Sepertinya ada kuasa yang begitu besar yang akan menghancurkan Kekristenan dan orang-orang Kristen awal kerap merasa lemah dan putus asa atas kesulitan itu.

    Sebagai pengarang Injil, Lukas ingin menghibur dan menyemangati jemaatnya: walaupun ada rintangan yang besar untuk mewartakan Injil, namun mereka mampu memberikan pengaruh yang baik bagi orang lain.

    Gambaran tentang biji sesawi dan ragi yang Yesus pakai untuk mengumpamakan mengenai Kerajaan Allah, maknanya kurang lebih sama. Apa yang kecil, yang bisa kita lakukan, bisa membuat pengaruh yang besar.

    Biji itu kecil namun bisa menjadi pohon yang besar. Demikian juga dengan ragi. Dengan satu sendok ragi saja, tepung sekian kilo bisa beragi semua hingga berubah menjadi makanan yang enak. Perumpaan ini mengajak kita untuk tetap semangat dan optimis dan penuh kesabaran dalam menjalani tugas apapun yang dipercayakan kepada kita.

    Dua minggu yang lalu, ada pengurus sebuah kelompok kategorial yang menceritakan kepada saya bahwa beberapa teman akan mulai lagi melakukan kegiatan bersama dari sekian lama yang sudah kosong. Teman-teman yang diajak, menanggapinya dengan positif dan antusias. Saya hanya mengatakan kepada mereka, terus lakukan itu. Jangan menyerah.

    Mereka yang ingin menggerakkan teman-teman yang lainnya itu adalah seperti biji sesawi dan ragi. Maka pertanyaannya adalah “hal-hal kecil” apa yang bisa kita lakukan? Ada banyak sekali!

    Doa Penutup

    Ya Bapa, semoga hidup kami akan menjadi berkat, kesaksian akan cinta yang tulus dan mengampuni. Amin.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI