27.1 C
Jakarta
Friday, May 17, 2024

Paus Fransiskus: Tahbisan Suci Hanya untuk Laki-Laki

BERITA LAIN

More
    Paus Fransiskus saat menyampaikan khotbah dalam sebuah Misa di Vatikan. IST

    VATIKAN, Pena Katolik – Paus Fransiskus menegaskan kembali ketidakmungkinan perempuan menjadi imam, atau bahkan diaken Gereja modern. Ia menyampaikan ini dalam sebuah wawancara untuk sebuah buku yang dirilis Selasa, 24 Oktober 2023 di Italia.

    Paus ditanya apakah beberapa perempuan di Gereja Awal adalah “diakones” atau kolaborator uskup? Atas pertanyaan ini, Paus tegas menjawab bahwa tahbisan hanya untuk laki-laki.

    “Tahbisan Suci hanya diperuntukkan bagi laki-laki,” kata Paus.

    Jawaban Paus atas pertanyaan tentang peran perempuan dalam Gereja dimasukkan dalam sebuah buku yang diterbitkan pada bulan Juni dalam bahasa Spanyol dengan judul El Pastor: Desafíos, razones y refleksiones sobre su pontificado.

    Mengenai kemungkinan adanya diakon perempuan, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa diakonat adalah Tahbisan Suci tingkat pertama dalam Gereja Katolik, yang diikuti oleh Tahbisan Imamat dan akhirnya Tahbisan Uskup. Ia mengatakan bahwa ia membentuk dua komisi pada tahun 2016 dan 2020 untuk mempelajari pertanyaan ini lebih lanjut. Komisi ini mempelajari sebuah penelitian pada tahun 1980-an oleh Komisi Teologi Internasional, tentang diakones.

    “Saya pikir kita akan melemahkan esensi Gereja jika kita hanya mempertimbangkan pelayanan imamat, yaitu pelayanan,” katanya, seraya menunjukkan bahwa perempuan mencerminkan Gereja sebagai mempelai Yesus.

    “Fakta bahwa perempuan tidak memiliki akses terhadap kehidupan pelayanan bukanlah suatu kekurangan, karena tempatnya jauh lebih penting. Saya pikir kita melakukan kesalahan dalam katekese kita, saat menjelaskan hal-hal ini, dan pada akhirnya kita jatuh kembali pada kriteria administratif.”

    “Di sisi lain, sehubungan dengan karisma perempuan, saya ingin mengatakan dengan jelas bahwa dari pengalaman pribadi saya, mereka memiliki intuisi gerejawi yang besar,” ujarnya.

    Ketika dimintai pendapat soal contoh dalam Gereja Lutheran tentang penahbisan perempuan yang membawa lebih banyak orang kepada Gereja, dan selibat imam opsional yang membantu mengatasi kekurangan imam, Paus Fransiskus mengatakan dia tidak sependapat dengan pandangan tersebut.

    “Umat Lutheran menahbiskan perempuan, tapi masih sedikit orang yang pergi ke gereja. Pendeta mereka boleh menikah, tapi meski begitu, jumlah pendeta mereka tidak bisa bertambah. Masalahnya adalah budaya. Kita tidak boleh naif dan berpikir bahwa perubahan terprogram akan memberikan kita solusi.”

    “Reformasi gerejawi saja tidak menyelesaikan permasalahan mendasar. Sebaliknya, perubahan paradigmatiklah yang dibutuhkan,” tambahnya. Paus merujuk pada suratnya kepada umat Katolik Jerman untuk pertimbangan lebih lanjut mengenai masalah ini yang ia tulis tahun 2019.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI