Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Senin 6 Februari 2023; Peringatan Wajib St. Paulus Miki

Bacaan Pertama Kejadian 1:1-19

“Allah bersabda dan terjadilah demikian.”

Pada awal mula Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan masih kosong. Gelap gulita meliputi samudera raya. Dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Allah bersabda, “Jadilah terang!” Maka jadilah terang. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nya dari gelap. Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Maka jadilah petang dan pagi: hari pertama.

Allah bersabda, “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.” Maka Allah menjadikan cakrawala, dan Ia memisahkan air di bawah cakrawala dari air di atasnya. Dan jadilah demikian. Allah menamai cakrawala itu langit. Maka jadilah petang dan pagi: hari kedua.

Allah bersabda, “Hendaklah segala air di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut.

Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Allah bersabda, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian.

Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari ketiga.

Allah bersabda, “Jadilah benda-benda penerang di cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap, menunjukkan hari dan tahun; dan sebagai penerang pada cakrawala, biarlah benda-benda itu menerangi bumi.”

Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan dua benda penerang yang besar, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang kecil untuk menguasai malam; dan Allah menjadikan juga bintang-bintang.

Semuanya itu ditaruh Allah di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keempat.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 104:1-2a.5-6.10.12.24.35c

Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.

atau Semoga Tuhan bersukacita atas karya-Nya.

  • Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang ibarat mantol.
  • Engkau telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyah untuk selama-lamanya. Dengan samudera raya bumi ini Kauselubungi, air telah naik melampaui gunung-gunung.
  • Di lembah-lembah Engkau membualkan mata air yang mengalir di antara gunung-gunung, burung-burung di udara bersarang di dekatnya, bersiul-siul dari antara dedaunan.
  • Betapa banyak karya-Mu, ya Tuhan, semuanya Kaubuat dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!

Bait Pengantar Injil PS 963

Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.

Yesus mewartakan Kerajaan Allah, dan menyembuhkan semua orang sakit. Alleluya.

Bacaan Injil Markus 6:53-56

“Semua orang yang menjamah Yesus, menjadi sembuh.”

Pada suatu hari Yesus dan murud-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada.

Ke mana pun Yesus pergi, – ke desa-desa, ke kota-kota atau ke kampung-kampung, – orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi sembuh.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Mukjizat Spektakuler

Pada Renungan Harian Katolik Senin 6 Februari 2023 dapat kita lihat dalam bacaan injil Markus 6:53-56 penginjil Markus mengisahkan cerita pendek saja (4 ayat) tentang perjalanan Yesus bersama murid-murid-Nya. Setelah sebelumnya berturut-turut dua kisah mukjizat spektakuler dilakukan Yesus: penggandaan lima roti dan dua ikan (Mrk. 6:30-44), serta Yesus berjalan di atas air (Mrk. 6:45:52).

Kali ini kisah dikemas singkat dan tampak sederhana, tak ada ribuan massa yang harus diberi makan atau badai dan lautan yang harus ditaklukan. Yesus pun tampaknya seperti tak melakukan sesuatu aksi secara ‘aktif’.

Di kisah-kisah sebelumnya Yesus tampil aktif: berinisiatif, mendekat, dan pada puncaknya Dia beraksi membuat mukjizat dahsyat, yang memperlihatkan kuasa dari dalam diri-Nya. Cerita kali ini minus hal-hal tersebut.

Pergerakan terjadi dari dan di diri orang-orang. Mereka berlari-lari, mengusung yang sakit, menghampiri, mengenali, dan memohon pada Yesus. Dan apa yang dilakukan Yesus? Tidak diceriterakan.

Dari keempat ayat, satu-satunya tindakan aktif yang dilakukan Yesus adalah keluar dari perahu (ay. 54). Namun di sinilah titik awalnya, ketika Yesus keluar dari perahu. Karena Ia keluar, orang-orang dapat melihat, mengenali dan berpeluang menghampiri-Nya. Itu pun yang kerap terjadi di dalam hidup kita.

Yesus tak mau selalu mendominasi pergerakan, terkadang Ia hanya keluar, muncul menunjukkan kehadiran-Nya di tengah-tengah kita. Dan Ia menunggu kita yang melihat dan mengenali-Nya serta mau datang menghampiri-Nya.

Tuhan menciptakan manusia bukan untuk sekadar duduk pasif dan menunggu Tuhan terus berinisiatif untuk memberi. Tuhan juga ingin melihat inisiatif merdeka muncul dari kita manusia untuk-Nya.

Mukjizat tak hanya terjadi ketika Tuhan bertitah dan beraksi. Mukjizat juga bisa terjadi karena usaha dan gerakan manusia untuk “menjamah” Tuhan. Seperti yang terjadi dalam kisah di Injil Markus hari ini, “…dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja.

Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.” (ay. 56). Ini sebenarnya ungkapan kerendahan hati yang menganggap diri tak layak menyentuh Yesus secara langsung. Tapi jelas ini bukan soal jubah Tuhan sakti.

Jubah hanya alat, sarana yang menghubungkan khalayak pada Yesus. Dengan menyentuh jumbai jubah-Nya, mereka telah ‘menyentuh-Nya’.

Mirip saat kita berusaha menemui Tuhan lewat doa, menjamah Tuhan dengan menyentuh patung Yesus di Gereja, atau berusaha mencium Tuhan dengan mencium salib rosario kita. Simbol, tanda, gestur, semua itu adalah ungkapan iman kita pada-Nya.

Kesembuhan terjadi bukan karena jubah yang sakti, atau seberapa banyak dan bagus atribut rohani yang kita miliki. Semua itu hanyalah benda, material semata. Kesembuhan bisa terjadi karena pertama-tama Tuhan bersedia untuk “keluar” menemui kita.

Selanjutnya, dibutuhkan sikap proaktif dari manusia, untuk bergerak menghampiri Tuhan, mengungkapkan iman kepercayaannya. Hanya orang yang mengenal Yesus yang akan bergegas menghampiri-Nya.

Hanya orang yang percaya kepada-Nya yang akan datang memohon kepada-Nya, untuk sekadar menjamah jumbai jubah-Nya. Yang terjadi kemudian? “Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.”

Doa Penutup

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu. Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://www.renunganhariankatolik.web.id/

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini