Pena Katolik– Jumat 30 Desember 2022, sekitar pukul 09.00 WIB di Lapas kelas II A Pontianak adalah hari ketiga Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus melakukan perayaan Misa Natal bersama wargabinaan di Lembaga Permasyarakatan tersebut. Sebagai Kalapas Kelas II A Pontianak yang baru, Julianto Budhi Prasetyono menjamu kedatangan Uskup Agustinus pagi itu dengan obrolan santai.
Julianto Budhi Prasetyono mengaku memang selama ini ia telah mendengar bahwa Uskup Agung Pontianak selalu mengunjungi, menguatkan dan turut mengambil peran dalam pembinaan wargaabinaannya di Lapas Kelas II A Pontianak yang setiap tahunnya melakukan perayaan Natal bersama. Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada Uskup Agustinus atas peran mulianya.
“Terima kasih banyak Romo, memang selama ini saya dengar Romo selalu memberikan peneguhan kepada wargabinaan yang ada disini. Saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih banyak untuk pelayanan selama ini,” kata Julianto Budhi Prasetyono dengan posisi duduk hormat menghadap Uskup Agustinus.
Dalam obrolan singkat pagi itu, Uskup Agustinus menitikberatkan diskusinya tentang pentingnya perhatian kepada kaum-kaum yang dianggap sebagai ‘mantan narapindana’ dimana beban mental dan perasaan yang mereka alami selama ini.
Menurut Uskup Agustinus memang tidak banyak yang bisa diberikan kepada wargabinaan, namun yang paling penting adalah kehadiran itulah yang sebenarnya memberikan nilai yang berbeda dalam perayaan misa Natal setiap tahunnya.
“Saya tidak punya apa-apa yang bisa diberikan kepada mereka, hanya kehadiran saya yang bisa saya persembahkan untuk anak-anak saya sebagai wargabinaan di Lapas,” kata Uskup Agutinus.
Dalam kesempatan itu pula untuk pertama kalinya setelah sekian kali pelayanan di Lapas dewasa itu Uskup Agustinus baru mendapat sambutan dan sapaan terima kasih dari Kalapas di Lapas Kelas II A Pontianak.
Inti Natal Adalah Tuhan Mencintai Kita
“Saya tidak punya apa-apa, tapi kehadiran saya lah yang bisa saya persembahankan untuk kalian disini,” kata Uskup dalam Pengantar awal perayaan misa Natal kepada 146 wargabinaan Lapas Dewasa Kristiani, diantaranya ada 86 orang yang beragama Katolik.
Dalam perayaan itu, pesan Natal Uskup Agustinus ungkapkan sebagai tanda bahwa mulianya peran manusia dalam menghayati kerendahan hati dan mau berkorban. Menurut Uskup, peristiwa ini mengajak umat untuk merendahkan diri demi perdamaian dan untuk orang lain.
Dalam Gereja Oikumene Lapas II A Pontianak itu juga – Uskup Agustinus menceritakan kecintaannya kepada anak-anak Natal dengan sedikit berbagi kisah pada Natal bersama anak-anak di Katedral pada 26 Desember 2022 lalu yang dihadiri sebanyak 500-an anak. Uskup Agustinus juga berbagi kisah tentang perhatian cintanya kepada orang-orang non kristiani dalam Open House Keuskupan yang dimulai tanggal 26-27 Desember 2022 hingga ceritanya Natal bersama untuk anak panti Asuhan pada tanggal 2 Januari 2023 mendatang.
Terlepas dari itu semua, Uskup Agustinus menegaskan bahwa gereja harus bertindak demikian sebab gereja tidak bisa berdiri sendiri, oleh karenanya gereja dan semua orang harusnya berjalan bersama untuk perdamaian sejati.
“Semua cerita ini adalah simbol dan saya mau memperhatikan semua kelompok ini. Dalam simbol 3 orang bijak itu, diungkapkan bahwa ada roh yang mendorong mereka untuk pulang lewat jalan lain karena ada keselamatan dalam Yesus. Mereka datang dan pulang bersama-sama untuk dan mencari jalan kebenaran secara bersama,” pungkasnya.
Kita semua “Camat”
Petugas Lapas II A Pontianak, Natalis Kuwin (29) yang kurang lebih 5 tahun bertugas di Lapas Dewasa Kelas II A Pontianak, menyampaikan saat ini terdapat 1056 wargabinaan permasyarakatan dan 146 orang diantaranya adalah kristiani. Menurut Kuwin, pelayanan ini memang dirindukan oleh wargabinaan, sebab yang saat ini mereka butuhkan adalah sapaan dari orang-orang tak sekedar hadiah atau pemberian namun kehadiranlah yang menjadi kerinduan wargabinaan.
Sekilas dalam homili Uskup Agustinus disampaikan bahwa semua manusia yang ada di dunia ini adalah “Camat” alias calon mati. Ia menuturkan waktu covid19 ada salah satu kampung di Mandor yang hilang penciuman, kemudian satu kampung itu tetap bekerja di ladang, kemudian sedikit minum arak dan dalam tempo 5 hari saja semua yang diduga covid sembuh total.
Bapa Uskup juga mengambil pengalaman tentang kenalannya yang notabene adalah orang kaya. Segala-galanya ada tersedia, namun saat terkena covid19 nyawanya tak tertolong. “Ini tandanya apa? Sekalipun kondisi serba ada bahkan sebaliknya, jika Tuhan berkehendak lain maka kehendak-Nya lah yang terjadi,” ujarnya.
Dalam natal 2022 ini, kembali lagi wargabinaan diajak untuk menyadari bahwa kebenaran hanya bisa didapatkan dan diperoleh dengan percaya bahwa Tuhan-lah yang berkuasa atas hidup manusia. Maka dalam mencapai kebenaran sejati itu – seperti yang diteladankan oleh 3 raja dari Timur- umat harus berjalan bersama.
Uskup Agustinus mengakui bahwa secara hukum ia tidak bisa bebaskan anak-anaknya dalam Lapas Dewasa itu, tapi paling tidak kehadirannya itu adalah bentuk gereja dalam mewakili dan mendampingi anak-anaknya sebagai status ‘wargabinaan’.
“Mari berjalan bersama mengatasi kesulitan. Jangan sendiri-sendiri,” tutup Uskup Agustinus.
By. Samuel- Pena Katolik