Inti Pokok Konsili Vatikan II “Gaudium et Spes”

0
1014

Pena Katolik- Dalam tulisan Pengantar Marcel Beding (Jakarta, 12 April 1967) dalam buku saku “Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral, Gaudium et Spes, Tentang Geredja Dalam Dunia Modern” yang dicetak di percetakan Arnoldus Ende- Flores mengulas pandangan pokok dan inti dari Konsili Vatikan II.

Dalam tulisan itu, masih menggunakan bahasa Indonesia ejaan lama dengan DJ = J, J = Y, TJ = C, OE = U, NJ = NY, SJ = SY, CH = KH dan yang disebut dengan ejaan Van Ophuijsen yang berlaku kurang lebih dari tahun 1901 sampai dengan tahun 1947, serta sebagian lagi masih digunakan pada standar ejaan Republik alias ejaan Soewandi / Suwandi yang berlaku sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1972. Setelah tahun 1972 negara kita menggunakan standar Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Isi kata pengantar itu kurang lebih menjelaskan tentang Konsili Ekumenis Vatikan Kedua telah mengakui dan menerima dunia sekarang ini seperti apa adanya.

Konstitusi GAUDIUM ET SPES ini dalam bagian permulaannya secara ringkas melukiskan dunia moderen sekarang ini.

Pertama-tama, dan yang paling menarik, ialah bahwa dunia sekarang ini adalah suatu dunia yang sedang berubah.

Suatu dunia yang penuh pengharapan besar, tetapi juga penuh keputusasaan, penuh masalah-masalah yang tak terpecahkan, penuh pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban.

Suatu dunia yang penuh pertentangan, dimana kemakmuran yang melimpah berdampingan dengan kemelaratan yang makin hari makin bertambah besar. Sistim ekonomi yang lebih banyak berlaku sekarang malahan menyebabkan yang miskin makin tambah miskin sedangkan yang kaya makin bertambah kaya.

Dunia sendiri mengetahui lebih banyak

Dokumen ini pada mulanya tidak luput dari jaman ke jaman. Ada sementara orang mengatakan, Ah, ini bukan barang baru. Semua orang sudah tahu. Buka saja suatu majalah atau surat kabar, buku-buku tentang sosiologi, ekonomi atau politik, hadiri saja sesuatu kongres Aksi Katolik atau Kerasulan Awam, maka pastilah perlukisan tentang dunia seperti ini akan anda jumpai -—dan barangkali disajikan dengan istilah-istilah yang lebih tepat.”

Pendapat ini mungkin benar juga. Akan tetapi hal yang menarik dari bagian pendahuluan dokumen ini bukanlah kenyataan bahwa bagian tersebut itu dimaksudkan untuk mengajarkan sesuatu hal baru kepada dunia — karena memang dunia sendiri mengetahui lebih baik keadaannya sendiri daripada Gereja — melainkan kenyataan bahwa Gereja melukiskan keadaan dunia dewasa ini dengan cara yang tepat sekali: bukan baru melainkan tepat, itulah soalnya.

Gereja berkata: Saya mengakui dunia ini, saya mencintai menerima dunia ini seperti adanya.” Inilah yang sebenarnya baru dan amat penting sekali. ,,Inilah dunia yang diberikan Allah kepada saya untuk dicintai,” begitu kata Geredja, ,,setelah Allah sendiri memberikan kepada Putera-Nya. Saja menerima dunia ini dan ingin berdialog dengannya. Seraja ia sendiri berhadapan dengan harapan-harapan serta rencana-rencananya, saja tidak akan mengambil sikap mengecam, menggerutu dan negatif terhadap dunia ini.”

Dan sesungguhnya kenyataan-kenyataan aktual dalam dunia sekarang inilah yang memungkinkan adanya sesuatu dialog. Pada dasarnya Gereja dan dunia merupakan hal yang sama saja, terutama masing-masing mempunyai cara sendiri dan memiliki sumber-sumber yang berlainan.

Kepenuhan dan kesempurnaan

Dunia mengolah sumber-sumber duniawiannya yang banyak tetapi terbatas: sedangkan Gereja menimba kekayaannya dari terang dan rahmat Allah.

Tetapi sesungguhnya Gereja dan dunia mengejar satu hal yang sama. Gereja dan dunia menjurus kesatu sasaran tunggal, ialah kepenuhan atau kesempurnaan manusia.

Dokumen pastoral ini, yang teks Latinnya terdiri dari 30.000 kata terbagi dalam dua bagian besar. Bagian pertama melukiskan keadaan dunia dan manusia sekarang, dan memberikan sejumlah prinsip-prinsip pokok untuk menggauli kedua hal itu.

Bagian kedua menerapkan prinsip-prinsip itu atas masalah-masalah yang mendesak bagi dunia dan manusia sekarang ini.

Ditandaskan bahwa Gereja hidup dalam dunia ini dan pada zaman sekarang ini, dan bahwa Gereja harus kokoh berdirinya menghadapi segala gelombang perubahan yang dialami dunia dan manusia sekarang. Tetapi Gereja harus juga mengambil peranan yang aktif dalam mencari penyelesaian masalah-masalah jang beranekaragam menjangkut manusia seluruhnya.

Berupaya menjawab persoalan

Gereja di dalam dokumen ini berusaha memberikan jawab atas beberapa persoalan yang penting dan mendesak dewasa ini: soal perkawinan dan keluarga, Gereja dan kebudayaan, ekonomi dan perdagangan, perdamaian dunia, perang nuklir, perserikatan bangsa-bangsa, dll.

Memang belum semua persoalan itu diberi jawaban terakhir dan secara resmi. Karena itu juga telah ditunjuk beberapa komisi yang harus meneliti lebih jauh dan mempelajari lebih mendalam lagi beberapa persoalan yang sulit dan rumit.

Dokumen konsili ini harus acapkali menyibukkan semua anggota Gereja, rohaniwan maupun awam, agar kita sekalian dalam masa sesudah konsili ini dapat bertindak atau berkelakuan sebagai orang katolik sejati didalam karya-kerasulan kita, dengan kesetiaan yang besar kepada Gereja sesuai dengan semangat ,,aggiornamento” yang telah dihembuskan keseluruh tubuh Gereja melalui Konsili Ekumenis Vatikan Kedua itu.

“Inilah intisari pokok dokumen konsili ini, Semoga bermanfaatlah buku kecil ini! ” tulis Marcel Beding , Jakarta, 12 April 1967. Samuel – Pena Katolik

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here