27.1 C
Jakarta
Saturday, May 4, 2024

Bacaan dan Renungan Injil Hari Minggu 11 September 2022; Beato Yohanes Gabriel Perboyre, Martir; Minggu Biasa XXIV

BERITA LAIN

More

    Bacaan Pertama: Keluaran 32:7-11,13-14

    Menyesallah Tuhan atas malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.

    Di Gunung Sinai Allah berfirman kepada Musa, “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak peri lakunya. Begitu cepat mereka menyimpang dari jalan yang Kupe-rintahkan kepada mereka.

    Mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah serta mempersembahkan kurban sambil berkata: Hai Israel, inilah allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.”

    Lagi firman Tuhan kepada Musa, “Telah Kulihat bangsa ini, dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk! Oleh sebab itu biarkanlah murka-Ku bangkit terhadap mereka, dan Aku akan membinasakan mereka; tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.”

    Lalu Musa mencoba melunakkan hati Tuhan, Allahnya, dengan berkata, “Mengapakah, Tuhan, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?

    Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepadamu keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.” Dan menyesallah Tuhan atas malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.

    Mazmur Tanggapan: Mzm. 51:3-4,12-13,17,19

    Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim dan belas kasih-Mu tak terhingga.

    • Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, Menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
    • Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, Dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku.
    • Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu. Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; Hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

    Bacaan Kedua: 1 Timotius 1:12-17

    Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.

    Saudaraku terkasih, aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita, yang menguatkan aku, karena Ia menganggap aku setia, dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Padahal tadinya aku seorang penghujat dan seorang penganiaya yang ganas.

    Tetapi kini aku telah dikasihi-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman. Malahan kasih karunia Tuhan kita itu telah dilimpahkan kepadaku bersama dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

    Sabda ini benar, dan patut diterima sepenuhnya, yaitu bahwa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Dari antara mereka akulah yang paling berdosa.

    Tetapi justru karena itu, aku dikasihani, agar dalam diriku sebagai orang yang paling berdosa ini, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan memperoleh hidup yang kekal.

    Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak tampak, yang esa. Amin.

    Bait Pengantar Injil: 2 Korintus 5:19

    Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.

    Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya, dan telah mempercayakan berita perdamaian itu kepada kami.

    Bacaan Injil: Lukas 15:1-32

    Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat.

    Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa, dan makan bersama-sama dengan mereka.”

    Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba lalu kehilangan seekor, tidak meninggalkan yang 99 ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

    Dan kalau telah menemukannya ia lalu meletakkan domba itu di atas bahu dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata, Bersukacitalah bersama aku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.

    Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, lalu kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

    Dan kalau telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata, “Bersukacitalah bersama aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.

    Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” Yesus berkata lagi, “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.

    Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskan semua harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.

    Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya, Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku, dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.

    Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayah itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

    Kata anak itu kepadanya, Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, kenakanlah itu kepadanya; pasanglah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.

    Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.

    Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semua itu. Jawab hamba itu, Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan sehat.

    Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

    Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya, Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

    Demikianlah Injil Tuhan.

    Perumpamaan Kehilangan

    Dalam Injil Lukas bab 15, Yesus mengetengahkan tiga perumpamaan tentang kehilangan, menemukan, dan bersukacita. Orang-orang yang terbuang dari masyarakat, para pemungut pajak, dan orang-orang berdosa mendekati Yesus yang ingin mendengar apa yang dia katakan.

    Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, masih curiga kepada Yesus, dan mengeluh tentang Dia bergaul dengan orang berdosa. Untuk itulah Yesus memberi tahu mereka tiga perumpamaan ini. Perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang.

    Dalam cerita pertama, perumpamaan tentang “Domba yang Hilang”, gembala meninggalkan 99 domba untuk mencari satu domba yang hilang. Ketika dia menemukannya, gembala itu bersukacita tidak sendirian seperti dalam versi Matius, tetapi dengan teman dan tetangganya.

    Dengan cara yang sama, Allah bersukacita: “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

    Kisah kedua, tentang seorang wanita miskin yang tidak akan berhenti mencari sampai dia menemukan dirhamnya yang hilang, memuat pesan yang sama.

    Mengapa orang-orang Farisi mengeluh? Mereka harus bersukacita ketika yang terhilang ditemukan seperti digambarkan Yesus: “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

    Perumpamaan tentang anak yang hilang. Akhirnya kita sampai pada apa yang mungkin merupakan perumpamaan yang paling berkesan dalam Injil, kisah yang kita kenal sebagai Anak yang Hilang.

    Sama seperti dalam Domba yang hilang dan Dirham yang hilang, cerita yang hanya ditemukan dalam Injil Lukas ini menggambarkan tentang Allah sang pencari. Ayah yang pengasih adalah pusat dari perumpamaan ini.

    Meskipun puteranya melarikan diri dengan warisan ayahnya dan menghambur-hamburkan uang, sang ayah menunggunya, berharap dia kembali. Setelah puteranya kembali, sang ayah yang “penuh belas kasihan,” itu berlari untuk memeluk dan memaafkannya sebelum sang putra dapat mengucapkan satu kata pertobatan.

    Pada titik ini kegembiraan dimulai: ”Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.”

    Kita belajar bagaimana proses pertobatan si anak yang hilang itu berlangsung. Yang membuat anak bungsu itu kembali dan bertobat adalah penderitaannya. Ketika ia berkekurangan, ia menyadari dirinya. Pertimbangan dia untuk kembali adalah: “betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya!”

    Pertimbangannya itu membawa dia pada suatu keputusan: “aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku.” Ia menindaklanjuti rencana itu: maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketetapan hatinya yang baik itu segera dilaksanakannya tanpa ditunda-tunda.

    Sikap sang ayah -yang selalu menanti sang anak dan kini kembali- melahirkan sukacita: ”Segala sesuatu yang dilakukan karena Cinta berbuah kebesaran dan keindahan.” Allah adalah Pribadi yang penuh pengertian, penyayang, pemaaf. Allah melihat hati yang gelisah. Ia menjangkau mereka yang menyesal, terbuka dan rendah hati dan punya keinginan bertobat.

    Kalau surga dan para malaikat bergembira atas satu orang yang bertobat, kita bisa membayangkan gemuruh kehebohan sorga jika lebih dari satu orang bertobat. Hari ini kita juga belajar “Lebih baik untuk mencintai dan kehilangan, dan menemukannya kembali daripada tidak pernah mencintai sama sekali.”

    Perumpamaan tidak berakhir di situ. Sebaliknya, ada satu kisah lagi, yaitu tentang reaksi putra yang lebih tua. Anak lelaki ini yang tidak pernah pergi, sama seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merasa mereka benar, menolak masuk ke rumah ayahnya untuk ikut bersukacita.

    Dia merasa telah melayani ayahnya. Dia telah mematuhinya. Mungkin itu bukan karena cinta. Gambaran anak sulung itu menjadi gambaran orang-orang Farisi dan ahli Taurat atau siapa pun juga yang bersungut-sungut melihat pertobatan dan tidak senang kebaharuan hidup sesama.

    Doa

    Allah Bapa kami yang maharahim, meskipun kami mencari jalan sendiri yang lain de-ngan jalan-Mu, namun Engkau datang juga kepada kami. Orang berdosa Kau ajak bertobat dan yang ter-sesat Kau cari. Perkenankanlah kami selalu saling memberi kesempatan, mencari yang hilang, dan bangga serta gembira, karena persahabatan kami dengan Dikau dapat dipulihkan kembali. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

    Sumber https://renunganhariankatolik.org/

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI