Home BERITA TERKINI Graha Maria Velangkanni, Rumah bagi Beragam Budaya

Graha Maria Velangkanni, Rumah bagi Beragam Budaya

0
Graha Maria Annai Velangkanni Medan, Sumatera Utara. IST

MEDAN, Pena Katolik – Graha Maria Annai Velangkanni Medan, Sumatera Utara tampak dari luar seperti kuil Buddha dengan unsur India dan Tiongkok. Nama “Annai Velangkanni” berasal dari bahasa Tamil “Bunda Velankanni”, nama ini mengadopsi Kuil Maria India yang terkenal di Tamil Nadu.

Pastor James Barathaputra SJ, seorang Yesuit India, yang bekerja sebagai misionaris di Indonesia selama lebih dari 50 tahun dan memprakarsai pembangunan graha ini. Ia ingin menciptakan tempat yang terbuka untuk semua budaya dan tradisi. Gereja, yang dibuka pada tahun 2005 ini ingin mewartakan kabar baik Yesus dan untuk mempromosikan devosi kepada Maria.

“Saya memikirkan tempat di mana setiap orang dapat merasa di rumah dan mencari kedamaian, penghiburan dan penyembuhan dari Maria, Bunda kita,” jelasnya.

Ini adalah salah satu Kuil Maria yang paling indah di Indonesia dan sangat populer saat ini. Umat ​​Katolik Indonesia memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria, yang khususnya terlihat pada bulan-bulan Maria di bulan Mei dan Oktober. Tempat-tempat suci Maria di 37 keuskupan Indonesia kembali menjadi tujuan banyak peziarah sejak berakhirnya pembatasan yang diberlakukan oleh pandemi bulan ini. Umat mengambil bagian dalam ziarah dan kunjungan ke gereja-gereja, tempat-tempat suci dan gua-gua Maria terdekat di seluruh nusantara. Paroki, komunitas dan kelompok Katolik mengatur ziarah ke pusat-pusat Devosi Maria yang paling penting, di mana Rosario juga menjadi fokus khusus.

Banyak di Indonesia

Di pulau Jawa, pulau utama kepulauan, di Yogyakarta di (Keuskupan Agung Semarang) ada Gua Maria Sendangsono. Ini adalah “Gua Lourdes” tertua di Indonesia. Gua Maria ini diberkati pada tanggal 8 Desember 1927. Di sinilah kelompok pertama orang Jawa dibaptis oleh misionaris Yesuit Pastor Van Lith (SJ).

Sekitar 35 km sebelah selatan Semarang, di Kerep Ambarawa berdiri patung Maria setinggi 30 meter yang didirikan pada tahun 1954 dalam rangka Tahun Maria yang diproklamirkan oleh Paus untuk memperingati ulang tahun dogma Dikandung Tanpa Noda.

Lebih jauh ke timur adalah Poh Sarang, sebuah desa kecil terpencil di lereng Gunung Klothok di wilayah Kediri. Ada juga gua Lourdes di sini, yang juga dikunjungi oleh penganut agama lain. Selain Gua St. Mary, ‘Rumah Rosario Kecil’ juga terletak di sini, dan umat Katolik di kawasan itu secara tradisional berkumpul di bukit untuk Jalan Salib.

Di Keuskupan Bogor di Jawa Barat, umat beriman juga datang dari Jakarta untuk berdoa Rosario di Biara Maria Dikandung Tanpa Noda di Bukit Kanada di wilayah Banten, yang dibangun di sini pada tahun 1988 oleh biarawati Fransiskan dari Sakabuini, sedangkan Biara Maria Kuil di Sawer Rahmat (Kuningan) di Keuskupan Bandung didirikan pada tahun 1990 oleh masyarakat pedesaan setempat. Itu dapat dicapai melalui jalan setapak dengan Stasiun Salib.

Di pulau Flores, jantung Katolik Indonesia, ada situs ziarah Maria. Di Keuskupan Maumere, dekat Desa Wuli Wutik, di puncak bukit berdiri patung “Maria, Bunda Segala Bangsa” setinggi 28 meter, yang didirikan di sini oleh para Pasionis di sebelah Pusat Spiritualitas .

Di Belu di pulau Timor juga ada patung Maria yang megah di sebuah teluk yang disebut “Teluk Gurita”. Dari sini para peziarah dapat mengagumi matahari terbenam yang indah di atas laut dan jeda yang setia untuk merenungkan keajaiban penciptaan dan pergi “ad Jesum per Mariam“.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version