Pen@ Katolik

Bacaan Injil Hari Senin 04 April 2022; MInggu Prapaskah V

Bacaan I: Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-6

PADA waktu itu Susana dijatuhi hukuman mati atas tuduhan berbuat serong. Maka berserulah Susana dengan suara nyaring, “Allah yang kekal, yang mengetahui apa yang tersembunyi, dan mengenal sesuatu sebelum terjadi, Engkau pun tahu, bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku.

Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan sesuatu pun dari yang mereka dustakan tentang aku.” Maka Tuhan mendengarkan suaranya. Ketika Susana dibawa ke luar untuk dihabisi nyawanya, Allah membangkitkan roh suci dalam diri seorang anak muda, Daniel namanya.

Anak muda itu berseru dengan suara nyaring, “Aku tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!” Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya, “Apa maksudnya kata-katamu itu?”

Daniel pun lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Katanya, “Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti?

Kembalilah ke tempat pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan ini!” Maka bergegaslah rakyat kembali ke tempat pengadilan. Orang tua-tua berkata kepada Daniel, “Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahulah kami sebab Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua.”

Lalu kata Daniel kepada orang yang ada di situ, “Pisahkanlah kedua orang tua-tua tadi jauh-jauh, maka mereka akan diperiksa.” Setelah mereka dipisahkan satu sama lain, Daniel memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya,

“Hai engkau yang sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh.

Oleh sebab itu, jikalau engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?” Sahut orang tua-tua itu, “Di bawah pohon mesui!” Kembali Daniel berkata, “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri!

Sebab malaikat Allah telah menerima firman dari Allah untuk membela engkau!” Setelah orang itu disuruh pergi, Daniel pun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang itu, “Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu birahi telah membengkokkan hatimu.

Kamu sudah biasa berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel, dan mereka pun terpaksa menuruti kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu! Oleh sebab itu katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka bercampur?

Sahut orang tua-tua itu, “Di bawah pohon berangan!” Kembali Daniel berkata, “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya engkau binasa!”

Maka berserulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu.

Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya. Sesuai dengan Taurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang tak bersalah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6

Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Bacaan Injil: Yoh 8:12-20

SEKALI peristiwa, Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar.” Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.

Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.

Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” Maka kata mereka kepada-Nya: “Di manakah Bapa-Mu?” Jawab Yesus: “Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku.”

Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.

Demikianlah Injil Tuhan

Mengampuni, Memberi Ruang Gerak ke Depan

MERENUNGKAN perikop Injil hari ini, terdapat dua kutub cara pandang yang jauh berbeda dalam melihat seorang pendosa atau seorang yang jelas terbukti salah tindakannya: satu sisi para ahli Taurat dan kaum Farisi yang sangat getol menegakkan hukum Musa, “merasa jijik” melihat seorang PSK alias tuna susila alias pelacur tertangkap basah dan penuh nafsu kebencian untuk menyeretnya ke depan YESUS.

Di sisi lain, TUHAN YESUS yang tetap dingin, tenang, penuh wibawa dan tidak banyak cakap, tetapi penuh belas kasih menyaksikan seorang keturunan Hawa digelandang “rame-rame” hanya untuk dihabisi dengan lemparan batu-batu kali hingga meradang nyawanya. Itulah hukum rajam bagi seorang pezinah, demikian hukum Musa yang selalu dikibarkan oleh para ahli Taurat untuk menunjukkan bahwa mereka sangat menguasai secara detil bunyi peraturan Musa itu.

Jika para ahli Taurat itu sungguh menguasai hukum Musa, buat apa mereka sampai tega menyeret seorang pelacur dibawa kepada TUHAN YESUS? Mengapa perempuan itu tidak langsung dilempari batu saja di tempat ia berzinah? Ini semua taktik licik dan perbuatan munafik dari kaum Farisi dan ahli Taurat yang sengaja ingin mencobai YESUS, bagaimana sikap-NYA terhadap hukum Musa itu. Jika YESUS terbawa secara emosional turut memberikan sinyal “silahkan,” maka mereka akan pasti akan beramai-ramai merajam perempuan itu di halaman Bait ALLAH. Namun, jika YESUS sampai berani membela perbuatan menjijikkan pelacur itu, maka YESUS-lah sendiri yang akan ditangkap dan diseret ke Mahkamah Agama karena menentang hukum Taurat.

Tetapi mereka “kecele”. TUHAN YESUS tidak emosional mengamini mereka, tetapi tidak juga membela perbuatan zinah itu. DIA malah dengan tenang membungkukkan Diri dan pura-pura menulis sesuatu di tanah. Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu jawaban-NYA dan mendesak-NYA terus. Akhirnya dengan tenang YESUS berdiri dan berkata: ” ‘Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’. Lalu IA membungkuk pula dan menulis di tanah.” (Yoh. 8: 7). Dengan jawaban-NYA yang di luar skenario yang diharapkan itu, mereka hanya bisa saling pandang dan akhirnya pergi “ngeloyor” satu per satu dari mulai yang senior sampai ke yang yunior. Dan setelah mereka pergi, TUHAN YESUS menghampiri perempuan itu dan bertanya: “  ‘Hai, perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?’ Jawabnya: ‘Tidak ada TUHAN’. Lalu kata YESUS: ‘AKU-pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang’  “ (ayat 10-11).

Apakah YESUS lalu membenarkan perzinahan? Tidak sama sekali! Perzinahan tetap suatu tindakan salah dan berdosa. Maka YESUS dengan tegas berpesan: Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang!

Artinya TUHAN masih memberi kesempatan orang untuk hidup ke depan dengan lebih baik. Hidup dengan lembaran baru yang penuh dengan harapan dan optimisme karena sudah dibebaskan dari cengkeraman dosa!

Tidak ada kompromi dengan dosa! Dosa tetap dosa! Tetapi terhadap orang, pelaku atau pendosanya YESUS menaruh belas kasih. Maka TUHAN YESUS mengampuni perempuan pendosa itu, yang berarti memberi kesempatan untuk bangkit kembali dan memberi ruang gerak untuk mengadakan pembaharuan diri. DIA tidak menghakimi dan menghukumnya, seperti sikap batin orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, yang secara sengaja mau minta penegasan dan restu YESUS untuk merajamnya.

Perempuan yang terbelenggu oleh dosanya sendiri dan perilaku “menghakimi” para pemimpin agama, merasa kehilangan harga diri dan gairah hidup. Tetapi dengan sikap TUHAN YESUS yang memberi pengampunan dengan lemah lembut dan penuh belas kasih itu, semangat hidupnya bangkit kembali.

Orang yang mendapatkan pengampunan mengalami suatu harapan baru dan akan hidup yang lebih membahagiakan, seperti dialami juga oleh Rasul Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi dalam Bacaan Kedua, ia mengatakan bahwa telah terjadi pembaharuan sikap: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi, karena pengenalan akan KRISTUS. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan KRISTUS YESUS, TUHAN-ku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena DIA-lah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh KRISTUS.” (Flp. 3: 7,8).

Terhadap orang yang mengalami pengampunan dan pertobatan, ALLAH juga berfirman melalui Nabi Yesaya: “Janganlah ingat-ingat hal yang dahulu…. Lihat, AKU hendak membuat sesuatu yang baru yang sekarang sudah tumbuh…..” (Yes. 43: 18, 19). Hal ini berarti bahwa dengan pertobatan dan pengampunan itu, mari kita mulai lembaran hidup yang baru dan jangan terpaku serta hanya menangisi berbagai pengalaman buruk atau tindakan kelam masa lalu hingga tidak berani untuk meneruskan hidup ini. Kita harus tetap maju bergerak ke depan dengan penuh iman dan optimisme, namun tetap rendah hati.

Marilah pada masa Prapaskah menjelang Pekan Suci, kita coba mencari dan mengenal kembali TUHAN YESUS  serta mohon pengampunan-NYA lewat Sakramen Tobat supaya kita juga bisa memperbaharui kembali tekad, semangat dan gairah hidup kita ke depan!

Doa

Ya TUHAN, aku bersyukur, karena belas kasih-MU aku masih KAU beri kesempatan untuk bertobat. Ampunilah segala dosa dan kesalahanku. Ajarilah aku untuk selalu menyapa dan bukan menghakimi mereka yang menjauh dari pada MU. Amin.

PK/hr.