VATIKAN, Pena Katolik – Orang biasa bilang -demikian kata pepatah lama- “Tak kenal, maka tak sayang”. Pepatah klasik Indonesia ini digemakan kembali oleh Yang Mulia Dubes RI untuk Tahta Suci Laurentius Amrih Jinangkung. Ia sampaikan saat berlangsung pertemuan daring perdana antara sejumlah jurnalis Katolik bersama jajaran editor Vatican News -Kantor Berita Vatikan- hari Jumat petang tanggal 8 Oktober 2021 kemarin.
Amrih sudah sejak 14 September 2020 lalu telah menjelaskan tujuan pertemuan poros Vatican City-Jakarta yang dia inisiasi itu secara ringkas melalui paparan pepatah lama di atas. Kebutuhan untuk saling kenal dan bertemu di layar virtual itu dipicu oleh keprihatinan beliau sebagai Dubes RI untuk Tahta Suci. Menurut alumnus Kolese de Britto Yogyakarta ini, Indonesia adalah negara besar dengan banyak “kisah baik” yang layak mendapat perhatian Vatikan.
Namun, Vatican News sebagai portal resmi Kantor Berita Vatikan, dirasa kurang memberi ruang untuk paparan liputan tentang Indonesia. Juga sebalinya, berita-berita baik tentang Vatikan belum secara rutin dan banyak menghiasi halaman dan lama media Indonesia.
Meretas prakarsa baik
Ini harus “didobrak”. Setidaknya, perlu ada gerakan terobosan baru agar kedua belah pihak bisa memperoleh manfaat baik. Untuk keperluan ini, KBRI untuk Tahta Suci lalu menggandeng PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia) sebagai mitranya untuk menggolkan maksud mulia tersebut.
Jadilah, pertemuan tripartite perdana secara daring itu akhirnya terjadi hari Jumat petang kemarin.
Indonesia yang punya kedekatan dengan Vatikan sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya di tahun 1945. Vatikan merupakan negara pertama yang menyatakan dukungan politiknya terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.
Ditilik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan peran penting Tahta Suci Vatikan yang mendukung kemerdekaan RI, maka Kedubes RI untuk Tahta Suci merasa perlu melakukan terobosan baru agar di kemudian hari bisa terjalin komunikasi baik antara Vatican News dengan media Indonesia.
Tentunya, media di Indonesia sangat membutuhkan informasi terkini dan valid yang bukan ngasal atau pun ngarang dari Vatican News sebagai sumber paling resmi dan Tahta Suci. Bukan dari Kantor-kantor media Barat yang kadang “aliran politiknya” macam-macam.
Pun pula sebaliknya, Vatican News yang juga kadang kebingungan mencari kontak yang beneran dan ngasli dari Indonesia bisa difasilitasi oleh Kedubes RI untuk Tahta Suci dan PWKI.
Akhirnya gagasan jempol ini nbisa sukses diwujudkan dalam pertemuan Jumat petang pukul 17.00 WIB di Indonesia atau pukul 12.00 siang waktu Roma.
Pertemuan pertama ini dihadiri oleh beberapa wartawan senior Indonesia dengan beberapa petinggi Vacitan News dan media afiliasinya. Taruhlah itu nama-mana penting di Kantor Pemberitaan Vatikan yakni: Direktur Kantor Pemberitaan Vatikan: Mr. Andre Tornielli; Editor Vatican News: Stefano Leszczynsk; Editor Agenzia Fides: Paolo Affatato; Editor l’Ossevatore Romano: Marco Belizzi; dan Editor Vatican News Desk Bahasa Jerman: Christine Seuss.
Leszczynski didapuk menjadi moderator diskusi. Editor senior yang dulu bekerja untuk Vatican Radio ini pernah datang ke Yogyakarta menghadiri perhelatan 7th Asian Youth Day tahun 2017 bersama Paolo Affatato dari Agenzia Fides. Sedang, Marco Belizzi dari l’Osservatore Romano juga pernah datang beberapa kali ke Indonesia untuk lawatan jurnalistik -liputan peristiwa gerejani.
Dari Indonesia ikut bergabung dalam pertemuan perdana ini adalah: Kornelius Purba – wartawan senior Jakarta Post yang didapuk menjadi fasilitator diskusi pemula ini. Putut Prabantoro, pendiri PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia), di tengah kesibukan lawatannya ke Padang masih menyediakan untuk pertemuan penting ini. Mathias Hariyadi dari AsiaNews.it dan Sesawi.Net mewakili PWKI sebagai lembaga karena Ketuanya Ovier berhalangan hadir lantan tugas kantor. Ia didapuk menjelaskan profil PWKI secara ringkas. Tri Agung Kristanto alias Tra dari Kompas Ceta; Setyo Hutomo alias Tomy, penggiat media; Markus Makur dari Flores, NTT, yang kini menjadi kontributor untuk Kompas.com; Yophieandi dari Kompas TV; dan Stefanus Akim dari media terbitan Pontianak.
Semua tampil di layar virtual dan ikut memberi pandangan dan gagasan tentang ide besar meretas jalinan kerjasama antara Vatican News dan media terbitan di Indonesia. Semua gagasan yang sifatnya urun rembug ini penting agar di kemudian hari bisa dirancang platform kerjasama teknis dan operasional yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Menjadi rumah bersama
PWKI berdiri tahun 2005. Bersama Peter Gero, Putut menginisiasi berdirinya paguyuban yang menjadi forum ajang komunikasi kekeluargaan antar sesama wartawan Katolik dari berbagai media di seluruh Indonesia.
Keberadaan PWKI sebagai entitas baru direstui kiprahnya oleh Julius Kardinal Darmaatmadja SJ – Ketua KWI waktu itu. Kini, PWKI sudah beranggotakan 1.000 orang yang berasal dari berbagi media di seluruh tanah air.
Pertemuan tripartite kemarin menyepakati atmosfir positif akan terbukanya peluang bisa berjejaring dengan para sahabat seprofesi di Vatican News. Diskusi hangat yang terjadi kemarin membuat kurun waktu 1,5 jam tak terasa berlalu cepat.
Keputusan di akhir memang belum seterang rembulan di waktu purnama. Tetapi gambaran akan kebutuhan kedua belah organisasi ini sudah tersurat dan tersirat.
Tinggal sekarang dimulai komunikasi secara langsung dan tertata untuk saling membantu dalam ranah masing-masing. Kita tunggu kiprah para pejuang tinta eh tuts ini sambil menghafalkan potongan kata-kata penting dalam bahasa Italia: Ciao bella. Scusi – grazie mille.