26.3 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Bacaan dan Renungan; Minggu 10 Oktober 2021; Minggu Pekan Biasa XXVIII

BERITA LAIN

More

    Bacaan I : Keb 7:7-11

    Dibandingkan dengan roh kebijaksanaan, kekayaan kuanggap bukan apa-apa.

    MAKA itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.

    Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya. Namun demikian besertanya datang pula kepadaku segala harta milik, dan kekayaan tak tepermanai ada di tangannya.

    Mazmur Tanggapan: Mzm 90:12-13,14-15,16-17

    Refren: Kenyangkanlah kami dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak sorai.

    • Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, – berapa lama lagi? – dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
    • Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Buatlah sukacita kami seimbang dengan dukacita dimasa lalu, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.
    • Biarlah hamba-hamba-Mu menyaksikan perbuatan-Mu, biarlah anak cucu mereka menyaksikan semarak-Mu, biarlah. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!.

    Bacaan II : Ibr 4:12-13

    Firman Allah sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

    SEBAB firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

    Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

    Bacaan Injil : Mrk 10:17-30

    Orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah

    PADA waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

    Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”

    Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

    Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

    Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

    Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.”

    Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.

    Demikianlah Injil Tuhan.

    Kehidupan Kekal, Shema’ dan Sepuluh Perintah Allah

    KETIKA seorang kaya datang dan memohon untuk kehidupan kekal, Yesus menyebutkan dua prinsip paling mendasar dari agama Yahudi: ‘Shema’ dan Sepuluh Perintah Allah. Shema adalah kata Ibrani pertama dalam “Dengarlah, hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa…” [Ul 6:4]. Shema telah menjadi doa dasar dan pernyataan kredo bagi orang-orang Yahudi sejak zaman Yesus. Seorang Yahudi yang baik akan mendaraskan ‘Shema’ setidaknya tiga kali sehari. Yesus sedikit memodifikasi Shema ketika Dia berkata, “…Hanya Tuhan saja yang baik.” Yesus juga menyebutkan Sepuluh Perintah Allah, setidaknya paruh keduanya. Yesus menekankan kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menghindari hal-hal jahat bagi sesama.

    Yesus mengajarkan pria itu bahwa menjalankan Shema dan melakukan perintah Tuhan adalah apa yang perlu dia lakukan untuk mendapatkan hidup yang kekal. Namun, ada sebuah kejutan yang menarik dalam cerita ini. Orang kaya itu mengatakan bahwa dia telah melakukan hal-hal itu sejak dia masih muda. Sekarang, alih-alih merasa puas dengan pencapaiannya, dia merasa ada sesuatu yang hilang. Meskipun melakukan apa yang dituntut Hukum Allah dan percaya pada satu Tuhan Allah yang benar, pria itu tidak menemukan apa yang benar-benar ia rindukan. Dia berharap Yesus memberikan jawabannya, sebuah mata rantai yang hilang.

    Yesus mengenali ketulusan pria itu dan mengasihinya. Yesus menawarkan kepadanya bagian terakhir yang akan memecahkan teka-teki hidupnya: mengikuti Yesus. Namun, Yesus juga tahu persis satu hambatan besar untuk mengikuti-Nya dan memperoleh hidup yang kekal. Orang ini terikat pada kekayaannya. Jadi, solusinya adalah secara radikal melepaskan diri dari kekayaan, seperti ‘unta melalui lubang jarum’.

    Apakah kekayaan itu jahat? Sama sekali tidak! Harta benda adalah baik karena ini juga diciptakan oleh Tuhan dan berkat Tuhan. St Paulus mengingatkan kita bahwa yang jahat bukanlah kekayaan itu sendiri, tetapi cinta akan uang [1 Tim 6:10]. Kekayaan itu baik jika berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan akhir itu sendiri. Jika kita membaca Injil, kita juga akan melihat bagaimana Yesus mengizinkan diri-Nya dan pelayanan-Nya didukung oleh pria dan wanita yang kaya.

    Mengikuti Yesus berarti menggunakan kekayaan kita untuk melayani Tuhan dan membantu orang lain terutama yang miskin. Mengikuti Yesus berarti kita menyadari bahwa kekayaan adalah berkat Tuhan. Mengikuti Yesus berarti mengakui bahwa mengejar harta benda duniawi tanpa Allah pasti akan kehilangan Allah, sumber segala kekayaan.

    Namun, keputusan untuk mengikuti Yesus dan menjadikan prioritas kita yang lain seperti uang, ketenaran, dan kesuksesan sebagai sarana daripada tujuan adalah pilihan yang radikal. Harta duniawi ini sering memberi kita kesenangan dan perasaan aman instan. Dengan banyak uang, kita dapat melakukan apa yang kita inginkan, dan kita dapat memiliki apa yang kita mau. Namun, kesenangan dan keamanan ini hannyalah fatamorgana. Pada tahun 2008, krisis keuangan melanda banyak negara, dan banyak ekonomi runtuh. Paus Emeritus Benediktus XVI mengingatkan kita, “mereka yang hanya mencari kesuksesan, karier atau uang sedang membangun di atas pasir.” Benar, kekayaan tanpa Tuhan, tidak lain adalah ‘pasir’.

    Kita mencari dahulu Kerajaan Allah, dan sisanya akan diberikan. Kita mengikuti Yesus terlebih dahulu, dan hal-hal lain akan mengikuti.

    Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI