“Kita harus siagakan iman kita, supaya tidak goyah biarpun diterpa badai cobaan dan godaan. Kita harus siagakan ekonomi kita supaya dapat bertahan juga di masa-masa sulit seperti itu. Iman kita siagakan dengan kerajinan dalam kegiatan-kegiatan kerohanian, seperti peribadatan dan pendalaman Iman. Ekonomi kita siagakan dengan kerajinan bekerja dan perilaku ekonomi yang tepat.”
Pesan itu disampaikan oleh Uskup Manado Mgr Benedictus E Rolly Untu MSC dalam Surat Puasa Uskup Keuskupan Manado 2021 berjudul “Gereja yang Mengasuh” yang diterbitkan di Manado, pada Hari Orang Sakit Sedunia ke-29, 11 Februari.
Umat Keuskupan Manado, tegas Mgr Rolly, “mau bertobat dan membaharui diri, komunitas kita, Paroki kita, Gereja kita, di masa Prapaskah ini, dengan meningkatkan kualitas iman dan ekonomi” di tengah pandemi Covid-19 dan bencana alam yang mengingatkan semua pihak untuk selalu bersiap siaga sesuai pesan Juru selamat, “Hendaklah kamu juga siap-sedia, karena anak manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan” (Luk. 12:40).
Dalam surat puasa itu Mgr Rolly mengingatkan bahwa Tema APP 2021 adalah “Membangun ekonomi yang berbela rasa (semakin beriman, semakin bertobat, semakin solider).” Tema itu, kata uskup, didalami lewat katekese dan ibadat serta ditindaklanjuti dengan perubahan perilaku ekonomi kita.
Pandemi masih menguji ketulusan solidaritas manusia. Penanganan korban banjir, longsor dan angin puting beliung yang menimpa Sulawesi Utara, Januari 2021, sudah membuktikan betapa mulia gerakan solidaritas kemanusiaan itu, sekecil apapun juga pemberian atau perbuatan solidaritas itu, tulis Mgr Rolly seraya menegaskan, “Kita mau bertobat dan membaharui diri, komunitas kita, Paroki kita, Gereja kita, di masa Prapaskah ini, dengan menguji dan mengembangkan solidaritas kita.”
Mgr Rolly menegaskan, salah satu pertobatan pastoral untuk mengisi masa Prapaskah ini adalah menjadikan paroki dan Gereja sebagai “ruang kudus,” ruang perjumpaan untuk merangkul dengan ajakan Juruselamat, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbadan berat,” dan menawarkan “Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat.12:28).
Sebagai ruang kudus, lanjut Mgr Rolly, paroki dan Gereja menyiapkan dan menawarkan kekudusan kepada mereka yang sedang mencarinya. “Biarlah mereka mencari bukan di tempat lain melainkan di dalam lingkungan Paroki, di dalam lingkungan Gereja, di dalam persekutuan kita. Kita bertobat sambil menghadirkan Gereja yang mengasuh, mengasuh dengan kasih. Kasih, itulah kualitas yang diminta oleh Yesus dari Petrus, dengan tiga kali menanyainya “Apakah engkau mengasihi Aku” (Yoh. 21:15-17).
Menurut Mgr Rolly, pengasuhan tanpa kasih hanya akan merusak masa depan Gereja. “Di Tahun Santo Yosep ini, kita belajar mengasuh dengan hati seorang bapa (patris corde). Gereja mengakui keteladanan Santo Yosep lewat lagu ‘amanlah dalam tanganmu Maria dan anaknya,’ (PS.645).”
“Gereja yang mengasuh adalah Gereja yang dengan kasih yang tulus merangkul dan mendampingi sehingga semua tiba di tanah air surgawi. Gereja mengasuh sambil mempertegas keberpihakkannya, yaitu preferential option for the poor. Mereka yang miskin, mereka yang terpinggirkan, mereka yang menderita, dalam rupa-rupa konteks pergumulan hidup mereka, mereka semua menunggu keputusan dan tindakan kepedulian Gereja yang mengasuh,” tulis Mgr Rolly seraya menyebut dua wujud kepedulian Gereja yang mengasuh di keuskupannya yakni Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari (GOTAUS) dan Tabungan Umat Peduli Pendidikan (TUPP).(PEN@ Katolik/michael)