Paus sedih, Kardinal Fernandez, kardinal pertama dan pecinta bahasa Malaysia, meninggal

0
8632

 

Kardinal Anthony Soter Fernandez, Uskup Agung emeritus Kuala Lumpur, di Malaysia.
Kardinal Anthony Soter Fernandez, Uskup Agung emeritus Kuala Lumpur, di Malaysia.

Paus Fransiskus “sedih” mendengar kematian Kardinal Anthony Soter Fernandez dan mengungkapkan “belasungkawa yang tulus” dalam sebuah surat kepada Uskup Agung Kuala Lumpur Mgr Julian Leow Beng Kim dan kepada “para klerus, religius, dan awam dari Keuskupan Agung Kuala Lumpur.”

Menurut komunike dari Keuskupan Agung Kuala Lumpur, kardinal pertama Malaysia itu meninggal Rabu, 28 Oktober pada usia 88 tahun, di sebuah rumah yang dikelola oleh Little Sisters of the Poor di kota Cheras. Kardinal Fernandez, yang menjabat sebagai uskup agung Kuala Lumpur dari 1983 hingga 2003, didiagnosis menderita kanker lidah November 2019 dan telah menerima perawatan paliatif.

Dalam suratnya, Paus berdoa untuk “peristirahatan abadi” Kardinal Fernandez dan mengungkapkan rasa terima kasihnya atas “kesaksian setia kepada Injil, pengabdiannya yang murah hati kepada Gereja di Malaysia dan komitmen jangka panjangnya untuk meningkatkan ekumenisme dan dialog antaragama.”

Dalam surat itu, Paus menulis, “kepada semua orang yang berduka atas meninggalnya Kardinal dengan harapan pasti akan Kebangkitan, saya dengan hormat memberikan Berkat Apostolik saya sebagai janji penghiburan dan perdamaian di dalam Yesus Kristus, Juruselamat kita.”

Fernandez menerima topi merah tanggal 19 November 2016, sebagai kardinal pertama di Malaysia, yang memiliki sekitar satu juta umat Katolik di antara 33 juta penduduknya di Semenanjung Malaya dan Pulau Kalimantan, yang mayoritas Muslim.

Menurut Keuskupan Agung Kuala Lumpur, setelah disemayamkan di Katedral Santo Yohanes di Kuala Lumpur, 29-30 Oktober, Kardinal Fernandez akan dimakamkan 31 Oktober. Upacara pemakaman akan disiarkan lewat saluran YouTube keuskupan agung itu.

Fernandez lahir di Sungai Petani, Distrik Kuala Muda, Kedah, 22 April 1932. Pendidikannya terganggu akibat Perang Dunia II. Menyusul kematian ayahnya tahun 1946, ia diwajibkan bekerja untuk menghidupi ibu dan adik laki-lakinya, menjadi asisten rumah sakit dari tahun 1947 hingga 1954.

Ia ditahbiskan imam di Katedral Maria Diangkat ke Surga Penang, 10 Desember 1966 dan diangkat jadi Uskup Penang 29 September 1977. Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai uskup agung kedua Kuala Lumpur, 30 Juli 1983. Paus asal Polandia itu menerima pengunduran diri Fernandez dari jabatan itu karena sakit tanggal 24 Mei 2003, ketika ia berusia 71 tahun.

Obituari yang disiapkan Keuskupan Agung Kuala Lumpur mengatakan, “Yang Mulia adalah pelopor peningkatan penggunaan bahasa nasional di gereja lokal. Dia mengimbau umat Kristen Malaysia untuk menggunakan Bahasa Malaysia seluas mungkin, ‘bukan hanya karena anak-anak kami lebih mahir dalam bahasa itu, tetapi sebagai tanda komitmen dan cinta kami untuk negara kami’.”

Juga dikatakan, “Dia juga menunjukkan bahwa Gereja harus lebih memperhatikan bahasa dan budaya lokal jika ingin tetap setia pada gagasan inkulturasi pasca Konsili Vatikan II. Karena alasan ini, dia menjadi uskup pertama yang menggunakan Bahasa Malaysia dalam semboyan uskupnya, ‘Keadilan dan Keamanan’ ketika dia ditahbiskan sebagai Uskup di Penang.”

Tokoh agama yang “dikenal sebagai pejuang hak asasi manusia dan pembela orang miskin serta orang terpinggirkan,” lanjut orbituari itu, “meningkatkan program keadilan sosial di bawah Kantor Nasional untuk Pembangunan Manusia (NOHD).”

Karya itu, jelas orbituari itu, “menyebabkan penahanan beberapa pekerja gereja dan relawan dalam Operasi Lallang tahun 1987. Yang Mulia adalah seorang yang berani dan lantang mengkritik penahanan pencegahan tanpa pengadilan di bawah undang-undang yang kejam.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Vatican News/Catholic News Agency)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here