Sabtu, Juli 27, 2024
26.1 C
Jakarta

Kekerasan terhadap umat Kristen meningkat di India meskipun lockdown

Umat Kristen di India menghadapi peningkatan penganiayaan terhadap umat Kristen (AP)
Umat Kristen di India menghadapi peningkatan penganiayaan terhadap umat Kristen (AFP)

Persecution Relief baru-baru ini merilis laporan setengah tahunan yang merinci tindakan penganiayaan anti-Kristen di India. Data menunjukkan “gambaran sangat suram” kebebasan beragama di negara ini, menurut lembaga ekumenis Kristen itu. “Kejahatan karena kebencian terhadap umat Kristen di India meningkat 40,87 persen,” kata laporan itu. Peningkatan terjadi meskipun lockdown nasional berlangsung tiga bulan untuk membendung penyebaran infeksi Covid-19.

Persecution Relief, menurut Wikipedia, adalah organisasi nirlaba India yang didirikan tahun 2016 oleh Shibu Thomas. Organisasi antardenominasi itu didedikasikan untuk membantu Gereja di India itu melaporkan kasus-kasus penganiayaan agama ke seluruh dunia .

Kelompok pengawas mencatat 293 insiden penganiayaan anti-Kristen dalam enam bulan pertama tahun 2020. Enam dari kasus itu mengakibatkan pembunuhan. Dua wanita diperkosa dan dibunuh karena iman mereka, dan dua wanita lainnya dan seorang gadis berusia 10 tahun diperkosa karena menolak meninggalkan agama Kristen.

Uttar Pradesh “tetap menjadi negara bagian paling bermusuhan terhadap umat Kristen di India,” kata laporan itu. Enam puluh tiga kejahatan rasial dilaporkan di sana. Polisi mengancam seorang pendeta akan masuk penjara bersama keluarganya jika dia tidak meninggalkan agama Kristen, demikian laporan Persecution Relief. Negara Bagian Tamil Nadu melaporkan 28 kasus, salah satunya bangunan gereja yang dibakar habis bulan Juni.

Shibu Thomas, pendiri Persecution Relief, mengatakan kepada UCA News, penganiayaan terhadap umat Kristen telah menjadi semakin umum dan data yang dikumpulkan hanya “puncak gunung es.” Dikatakan, lembaga itu hanya bisa melaporkan sebagian kecil dari kekerasan aktual yang dilakukan terhadap umat Kristen di berbagai negara. “Banyak orang tidak melaporkan, karena takut akan pembalasan dari para penyiksa dan mesin administrasi. Beberapa kasus di desa-desa pedalaman juga tidak dilaporkan karena mereka begitu terpisah tanpa listrik dan hubungan telepon.”

Laporan itu mencatat, Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS baru-baru ini menambahkan India ke dalam daftar negara-negara “Particular Concern” (memerlukan perhatian khusus). Tetapi, laporan Persecution Relief mengatakan, “ada harapan, karena mata Tuhan tertuju pada bangsa yang diberkati ini dan umat minoritas Kristen di India berlutut sambil berdoa untuk situasi saat ini.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Devin Watkins/Vatican News)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini