Senin, November 25, 2024
32.6 C
Jakarta

Para imam Dominikan rayakan 14 tahun masuk kembali Indonesia

Empat imam Dominikan (OP) di Pontianak bersyukur atas 14 tahun kembalinya Misi Imam Dominikan di Indonesia (PEN@ Katolik/semz)
Empat imam Dominikan (OP) di Pontianak bersyukur atas 14 tahun kembalinya Misi Imam Dominikan di Indonesia (PEN@ Katolik/semz)

Maria Magdalena adalah perempuan cantik dari Magdala, dekat Danau Galilea. Dia bangga akan kecantikannya. Banyak orang mengenalnya sebagai pendosa besar. Tetapi, setelah berjumpa dengan Yesus, dia merasakan penyesalan mendalam atas hidupnya yang jahat.

Gereja Katolik merayakan Pesta Santa Maria Magdalena tanggal 22 Juli 2020. Tanggal itu, 14 tahun lalu, tepatnya 22 Juli 2006, Misi Para Imam Dominikan (Ordo Pewarta, OP) masuk kembali ke Indonesia dengan semangat pendirinya Santo Dominikus. Santa Maria Magdalena adalah Pelindung Ordo Pewarta.

Untuk mensyukuri perayaan itu, para imam Dominikan di Pontianak berdoa Rosario dan merayakan Misa, yang dipimpin Pastor Johanes Robini Marianto OP dengan konselebran Pastor Andreas Kurniawan OP, Pastor Edmund Nantes OP, dan Pastor Mingdry Hanafi Tjipto OP. Misa di Biara Dominikan Pontianak itu ditayangkan dengan aplikasi Zoom dan diikuti oleh lebih dari 100 imam, suster, frater dan awam Dominikan seluruh Indonesia.

Misi Para Imam Dominikan dimulai di Indonesia setelah satu tahun tahbisan pertama imam Dominikan asal Indonesia yang dibina di Filipina, Pastor Adrian Adiredjo OP dan Pastor Johannes Robini Marianto OP, 29 April 2005. Dan saat ini, setelah 14 tahun, Ordo Dominikan Provinsi Filipina sudah memiliki lima imam setelah tahbisan Pastor Andreas Kurniawan OP, Pastor Mingdry Hanafi Tjipto OP, dan Pastor Valentinus Bayuhadi Ruseno OP. Jumlah frater pun semakin banyak, baik yang masih di Surabaya dan yang sudah di Filipina. Selain itu, para imam OP di Indonesia kini memiliki dua rumah biara, di Pontianak dan di Surabaya.

Menurut Pastor Nantes dalam homili, sewaktu dia masih provinsial, Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus datang kepadanya dan meminta untuk membuat dan membantu formasi para imam di Kalimantan Barat. “Saya lihat ini suatu tugas yang mulia,” kata imam asal Filipina itu. Dan hingga kini, empat imam Dominikan di Keuskupan Agung Pontianak masih diberi kepercayaan oleh uskup, “untuk melakukan misi, terutama di bidang intelektual (pendidikan).”

Para imam OP di Pontianak membantu pendidikan calon imam di STT Pastor Bonus dan Seminari Tinggi Antonino Ventigmilia serta terlibat dalam karya dialog dialogantaragama (CRID) dan pelayanan pastoral mahasiswa Katolik. Mgr Agus juga mempercayakan para imam Dominikan di Pontianak mengelola STKIP Pamane Talino Ngabang, Landak, yang dipersiapkan jadi Universitas Katolik pertama di Kalimantan Barat. Sementara di Surabaya, para imam Dominikan ambil bagian dalam pengelolaan paroki untuk orang asing dan Paroki Redemptoris Mundi, dan membantu pembangunan Fakultas Filsafat dan Teologi di Surabaya.

Maria Magdalena, kata Pastor Nantes, digambarkan dan diceritakan sebagai saksi yang melihat kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Dialah pewarta pertama tentang kebangkitan Tuhan yang memberitakan kabar baik itu kepada para rasul, dengan mengatakan, “Aku telah melihat Tuhan.” Maria Magdalena menjadi salah satu orang suci pelindung Ordo Pewarta, “karena lewat sikap hidupnya yang membawa kabar kebangkitan.”

Santo Dominikus mendirikan Ordo Dominikan 22 Desember 1216. Namun baru sekitar 300 tahun kemudian Indonesia merasakan kehadiran Tuhan Yesus lewat misi Dominikan. Para imam Dominikan pernah hadir di Indonesia sejak 1551 hingga 1769. Pastor Antonio da Crus membangun seminari di Larantuka tahun 1556 dan pewartaan menjalar ke Solor tahun 1559 dengan 200 orang dibaptis menjadi Katolik. Antara tahun 1555-1599 sebanyak 500.000 orang di Ende dibaptis.

Misi Dominikan kemudian menyebar ke Panarukan, Jawa, (1560-1638), Timor (1556-1641) dengan 5000 baptisan oleh Pastor Antonio Taveira OP, Makasar (1601) oleh Pastor Hermanimo, Sunda Kecil (1674) oleh 16 Dominikan, dan Aceh (1575) oleh Pastor Antasio de Jesus, Pastor Gasparda Lisbon, kemudian (1617) masih di Sumatera-Aceh ada Pastor Joao da Cruz.

Pastor Robini dalam sambutannya memohon doa dan dukungan atas pelayanan misi Dominikan di Indonesia, “semoga ke depan semakin banyak bibit baru Imam Dominikan di Indonesia untuk mewartakan iman, mewartakan Injil seturut semangat Bapa Pendiri.”(PEN@ Katolik/samuel)

Para imam Dominikan berdoa Rosario (PEN@ Katoliki/semz)
Para imam Dominikan berdoa Rosario (PEN@ Katoliki/semz)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini