Para Uskup AS serukan doa menjelang peringatan pemboman Hiroshima dan Nagasaki

0
1371
Paus Fransiskus berbicara di Taman Peringatan Perdamaian di Hiroshima dalam kunjungannya ke Jepang tahun 2019 (AFP)
Paus Fransiskus berbicara di Taman Peringatan Perdamaian di Hiroshima dalam kunjungannya ke Jepang tahun 2019 (AFP)

“Tanggal 6 dan 9 Agustus menandai 75 tahun pemboman Hiroshima dan Nagasaki, penggunaan senjata atom yang pertama, dan diharapkan yang terakhir dalam perang.” Para uskup Amerika Serikat (AS) menulis hal itu dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Komisi Keadilan dan Perdamaian Internasional dari Konferensi Waligereja Amerika Serikat, 13 Juli 2020, seraya menyerukan doa perdamaian bagi Jepang menjelang peringatan dua peledakan bom atom tahun 1945 itu.

“Abad ke-21 terus menyaksikan konflik geopolitik dengan aktor-aktor negara dan non-negara, senjata yang semakin canggih, dan semakin berkurangnya dukungan pengendalian senjata internasional. Para uskup AS dengan tabah mengulangi seruan mendesak agar pelucutan senjata nuklir semakin terlaksana,” tulis pernyataan itu.

Sejak kunjungan Santo Paus Yohanes Paulus II ke Jepang tahun 1981, kenang para uskup dalam pernyataan itu, “setiap tahun Gereja Katolik di Jepang merayakan Sepuluh Hari Doa untuk Perdamaian.” Dengan nada yang sama, dalam peringatan ke-75 ini, mereka “mengajak umat Katolik di AS, dan semua orang yang berkehendak baik, untuk ikut bersama dalam solidaritas memanjatkan doa dan merayakan Misa pribadi kita di hari Minggu, 9 Agustus.”

Pernyataan itu juga menulis bahwa “Gereja di AS menyatakan seruan yang lantang dan doanya yang rendah hati untuk perdamaian di dunia kita yang merupakan anugerah Tuhan melalui pengorbanan yang menyelamatkan dari Kristus Yesus.”

Mengulangi kata-kata Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Nagasaki November 2019, para uskup menegaskan bahwa “dunia perdamaian, yang bebas dari senjata nuklir, adalah cita-cita jutaan pria dan wanita di mana-mana.”

Pada kesempatan kunjungannya ke Nagasaki, Paus juga mengimbau agar “tanggapan kita terhadap ancaman senjata nuklir harus disatukan dan digabungkan, diilhami oleh upaya keras namun konstan guna membangun rasa saling percaya dan dengan demikian mengatasi iklim ketidakpercayaan saat ini.”

Para uskup menegaskan kembali seruan Paus untuk “upaya baru mewujudkan dunia keadilan yang tidak didasarkan pada ketakutan atau ancaman pemusnahan nuklir tetapi keadilan dan solidaritas manusia,” dan mengakhiri pernyataan itu dengan mengatakan “ketakutan, ketidakpercayaan dan konflik harus digantikan dengan komitmen bersama kita, dengan iman dan dalam doa, agar perdamaian dan keadilan berkuasa sekarang dan selamanya.”

Satu-satunya penggunaan senjata nuklir pada masa perang terjadi dalam Perang Dunia Kedua, ketika Amerika Serikat membom kota Hiroshima dan Nagasaki masing-masing tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.

Bom Hiroshima menewaskan sekitar 80.000 orang secara instan dan menyebabkan kematian puluhan ribu lainnya. Serangan di Nagasaki tiga hari kemudian langsung menewaskan sekitar 40.000 orang dan menghancurkan sebagian besar kota itu.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here